Danrem Nyatakan Bulog ‘Main-Main’

Sumbawa, KabarNTB – Danrem 162 Wirabhakti, Kolonel CZI. Lalu Rudy Irham Sri Gede, dalam kunjungan kerjanya di Sumbawa Besar, Senin (15/02/2016), menyentil kinerja Badan Urusan Logistik (Bulog) NTB dan Sumbawa terkait komitmennya dalam program swasembada pangan untuk menjamin ketahanan pangan.

Danrem menerangkan, sangat ironis negara dunia mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara agraris yang pola penanaman padinya bisa sepanjang tahun. Kemudian peningkatan panen 6,4 persen secara nasional naik. Tapi untuk menyiapkan cadangan beras nasional tidak mampu dilakukan sebanyak 2 juta ton.

Khusus NTB, Danrem menilai naik di atas rata-rata nasional 6,8 persen tapi tidak mampu menyiapkan 100.000 ton, padahal produksinya 2,1 juta ton.

Ia mencontohkan Sumbawa dengan produksi 420.000 ton, dengan tingkat konsumsi masyarakat Sumbawa sekitar 200.000 ton yang artinya surplus 220.000 ton.

“Disuruh ambil ke Bulog di atas 220.00 ton atau 250.000 ton, tidak mampu juga. Baru hanya 8000an ton. Makanya saya bilang, Bulog ada ‘main-main’,” tandas Danrem.

Danrem mengakui sudah membantu Bulog untuk mencapai target yang diberikan. Dengan cara mempertemukan antara penjual dengan Bulog, tapi beda 500 rupiah tidak mau dibeli Bulog. Kedua, dengan cara menahan sementara truk yang akan menjual gabah atau beras ke luar Sumbawa atau NTB dalam hal ini hendak dijual ke Seragen dan Jember di Jawa Timur. Sampai-sampai TNI-AD diprotes anggota dewan dengan mempertanyakan kewenangan TNI menahan.

“Saya tidak menangkap tapi menahan sesaat dan memanggil Bulog untuk membeli beras atau gabah ini. Dicek sama Bulog tapi tidak sesuai criteria,” ungkap Danrem.

Tapi setelah pihaknya mengecek ternyata beras tersebut dijual ke Bulog Jawa Timur dan dibeli Bulog Jawa Timur. Lalu Danrem pun mempertanyakan letak perbedaan criteria Bulog NTB dengan Bulog Jawa Timur.

Pihaknya juga menemukan 1900 hektar di Sumbawa mau panen raya sekitar 3 minggu. Melihat peluang tersebut pengusaha luar pun berbondong-bondong untuk membeli. Karena mereka menganggap di Sumbawa harganya murah dan dari kaca mata bisnis masih ada keuntungan bagi pengusaha.

Supaya tidak dijual ke orang di luar NTB tegas Danrem, maka harus ditahan sementara tapi Bulog tidak mau. Itupun sudah dilakukan tiga kali. Artinya dapat disimpulkan Bulog main-main dalam hal ketahanan pangan.

Begitu juga ketika klimaks panen raya, Bulog mengeluarkan beras yang ada di gudangnya ke mana-mana. Begitu sudah menipis di NTB, Bulog memasukan beras dari luar. Sehingga terjadi permainan transportasi.

Karena hal tersebutlah Bulog ungkap Danrem, enggan mau bertemu dengannya. Karena akan selalu disentil terkait persoalan ketahanan  pangan. Bahkan Gubernur NTB pun tidak mau bertemu dengan  Bulog jika tidak memperbaiki sistemnya.

“Pak Gubernur sendiri sudah mengintruksikan kepada Kapolda dan saya untuk jangan menerima beras impor masuk ke NTB. Usir kapal itu. Karena kita tahu kita surplus dan penghasil maka harus tegas,” tandas Danrem.

Danrem memperjelas bahwa penolakan terhadap impor beras tersebut  bukan impor dari luar negeri tapi impor dari luar daerah NTB.(K-K)

iklan

Komentar