Ironis ! yang Lezat Justru Mematikan

Oleh : Berliana Febrianti

Bahan kimia merupakan sesuatu yang tak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari. Termasuk makanan dan minuman yang kita konsumsi juga mengandung bahan kimia.

Saat ini, untuk menarik perhatian konsumen dan mendapatkan untung yang berlimpah, makanan dibuat sedemikian rupa agar terasa lezat, terlihat menarik, dan tahan lama, tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Untuk mencapai tujuan tersebut, pada makanan di tambahkan bahan kimia berbahaya yang dinamakan zat aditif.

Permenkes 472/Menkes/Per/V/96 menyebutkan bahwa bahan berbahaya adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung, yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mtagenik, korosif dan iritasi. Berdasarkan data statistik mencatat bahwa lebih dari 7 juta kecelakaan akibat keracunan bahan kimia terjadi setiap tahun, dengan lebih dari 75% nya adalah anak dibawah 6 tahun.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ), menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 47 produk makanan anak-anak yang mengandung pemanis dan pewarna berbahaya. Hal tersebut serupa dengan pernyataan Kepala BPOM DKI Jakarta yang menyebutkan bahwa ada 40% jajanan anak-anak yang menggunakan zat kimia berbahaya.

Data ini berdasarkan pada riset dan temuan BPOM DKI Jakarta akhir Desember 2009 lalu. Kondisi yang semakin memburuk ini tentu membuat kita prihatin dengan keselamatan anak bangsa dimana dampak dari penggunaan maupun konsumsi bahan kimia tersebut dapat menimbulkan beberapa penyakit serius, seperti kanker dan gangguan saraf.

Kebanyakan orang tidak peka dan acuh tak acuh terhadap penggunaan bahan kimia di kehidupan sehari-hari tanpa memikirkan akibat dan dampak kedepannya.
Karena sejatinya, penggunaan bahan kimia jika tidak mengikuti aturan pemakaian akan menimbulkan efek terhadap kesehatan manusia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Efek konsumsi dalam jangka pendek misalnya sakit kepala, mual, hilang koordinasi, ataupun sesak nafas. Sedangkan efek konsumsi jangka panjang lebih beresiko seperti kerusakan hati dan organ lainnya, kanker, tumor, bahkan kerusakan pada otak dan saraf. Rendahnya pengetahuan konsumen tentang efek jangka panjang inilah yang membuat mereka tetap mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bahan kimia, karena mereka menganggap mereka masih “baik-baik saja”.

Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya mereka perlahan-lahan “menabung” efek yang akan muncul dikemudian hari. Begitu berbahayanya efek bahan kimia sampai bisa dikatakan, lebih baik kita mngkonsumsi makanan yang jatuh di lantai daripada harus mengkonsumsi makanan yang di dalamnya terkandung bahan kimia berbahaya.

Memang, dalam kehidupan kita sehari-hari juga dibutuhkan beberapa bahan kimia, namun juga harus diwaspadai penyalahgunaannya. Beberapa bahan kimia seperti asam benzoate, dan kaliun sulfit sudah diatur penggunaannya dan diperbolehkan penggunaannya dalam makanan seperti dalam peraturan Menteri Kesehatan No. 722 tahun 1998.

Namun tetap saja, kita sebagai konsumen yang cerdas harus tetap waspada terhadap makanan apa saja dan bahan apa saja ynag terkandung di dalamnya. Karena bisa saja makanan yang kita konsumsi ternyata berpotensi menjadi penyakit bagi tubuh kita.

Sangatlah tidak mungkin jika kita meracuni masyarakat kita, bukan? Karena itu dibutuhkan kesadaran dari berbagai pihak untuk menanggulangi penyalahgunaan bahan kimia tersebut demi menyelamatkan anak cucu kita sebagai generasi masa depan yang sehat.(*)

*) Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

iklan

Komentar