Berpusat di Lotim, Tapi Sumbawa – KSB Terdampak Paling Parah Akibat Gempa 19 Agustus

KabarNTB, Sumbawa Barat – Gempa tektonik yang mengguncang NTB pada Ahad 19 Agustus siang sekitar pukul 11.30 WITA berkekuatan 6.5 SR dan gempa berkekuatan 7.0 SR yang terjadi 19 Agustus malam sekitar pukul 23.30 WITA berpusat di bawah laut dan menimbulkan dampak paling parah di dua kabupaten di Pulau Sumbawa, kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).

Badan meteorologi klimatologi dan geofisika (BMKG) menyatakan gempa tersebut dan beberapa gempa susulan setelahnya, termasuk yang terjadi pagi ini, Selasa 21 Agustus sekitar pukul 09.09 WITA, berpusat di Lombok Lombok Timur. Gempa pagi tadi, dalam keterangan yang tertulis di situs www.bmkg.go.id menerangkan bahwa gempa berlokasi di 8.44 LS dan 116.94 BT, 42 KM Timur Laut, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) pada kedalaman 10 KM.

Jika dilihat dari peta lokasi gempa yang dirilis BMKG, pusat gempa tersebut justeru lebih dekat ke Pulau Sumbawa, karena pusatnya berdekatan dengan Pulau Panjang di Perairan Selat Alas, Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa yang berbatasan langsung dengan perairan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat.

Kondisi ini yang menyebabkan Kecamatan Poto Tano dan Seteluk di Kabupaten Sumbawa Barat, serta kecamatan Alas Barat dan Kecamatan Alas di Kabupaten Sumbawa menjadi wilayah terdampak paling parah ketika gempa 7.0 SR terjadi.

Data sementara sampai saat ini di Kabupaten Sumbawa terdapat 6 orang korban jiwa akibat gempa dan 1 orang korban jiwa di Kabupaten Sumbawa Barat.

Dampak lainnya adalah kerusakan parah pada rumah penduduk dan fasilitas umum yang mencapai angka ribuan unit di Sumbawa dan KSB. Di Kecamatan Alas Barat Kabupaten Sumbawa saja, data sementara pemerintah kecamatan setempat mencatat ada 3.328 unit rumah dan fasilitas umum yang rusak parah akibat gempa.

Itu belum termasuk jumlah pengungsi yang mencapai puluhan ribu orang. Saat ini warga Sumbawa dan KSB rata-rata tinggal di tenda darurat di pengungsian. Mereka masih trauma untuk kembali ke rumah masing-masing karena gempa susulan masih saja terjadi.

Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumbawa Barat, Trisman ST, mengatakan, gempa 7.0 SR yang terjadi pada Ahad malam (19 Agustus), secara teori beda historical dengan gempa Lombok.

Ketua KNPI yang juga alumni fakultas tekhnik geologi Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makasar itu, mengatakan, kalau melihat pola pergerakan gempa sudah mulai konsiten ke timur.

Trisman sepakat semestinya ada pergeseran perhatian, penangangan dan kebijakan terkait bencana ini.

“KNPI akan berkordinasi dengan pakar gempa untuk meminta penjelasan lebih lanjut. Saat ini kita fokus pada penanganan korban gempa, tenda dan  bantuan/posko, memaksimalkan dapur umum, serta tim asessment dinas terkait untuk kerusakan dan korban,” jelasnya.

Sementara di media sosial, para netisen mulai menyuarakan pentingnya perhatian yang sama dari pemerintah untuk korban gempa di Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat.

“Gempa lagi mengawali pagi. Gempanya sudah bergeser ke timur, sudah masuk wilayah Sumbawa. Tapi BMKG masih menyebut titik gempa di Lombok Timur. Saya protes! Bukan protes memperebut gempa, tapi protes utk menghindari kesalah pahaman bahwa hanya Lombok saja yg terkena gempa yg berimbas pada penganaktirian korban yg jatuh di Pulau Sumbawa,” tulis seorang netisen di akun Facebook @Deaweng Arieyanto.

Saat gempa pertama memporak Lombok, kami di Pulau Sumbawa tak begitu terdampak. Sebagai saudara se NTB penggalangan dana meriah di jalan dan Tiang Nam. Tapi beda hari ini, gempa telah bergeser ke Pulau Sumbawa. Saya protes bukan iri, tapi menghindari pada beda perlakuan akibat kesalahan penyebutan,” ujarnya dalam status yang sama yang diupload hari ini.(EZ)

iklan

Komentar