Dispar NTB : “Tembok Hall di Mantar untuk Ruang Penitipan Barang”

KabarNTB, Sumbawa Barat – Kabid Pengembangan Destinasi, Dinas Pariwisata NTB L Kusuma Wijaya, menyebut desain bangunan hall yang dibangun di Desa Mantar Kecamatan Poto Tano, bertujuan untuk mengakomodir kebutuhan atlet dan wisatawan yang berkunjung.

Dihubungi KabarNTB via sambungan telephon, Ahad siang 8 September 2019 Sukma Wijaya menjelaskan, dalam desain itu, dinding tidak full melingkupi seluruh bangunan.

“Yang dinding full hanya pada ruangan khusus yang dimaksudkan sebagai tempat penitipan barang para atlet paralayang maupun wisatawan. Selebihnya adalah hall (ruang terbuka tanpa dinding),” ujarnya.

Menurutnya, wisatawan atau atlet paralayang yang datang ke Mantar pasti membawa barang. Jadi mereka tidak perlu lagi kerepotan atau menempatkan barang menumpuk disembarang tempat.

Bangunan hall paralayang di Desa Mantar, Sumbawa Barat yanh diprotes Ketua MPC KSB

“Selain mengganggu juga tidak aman. Makanya nanti disiapkan tempat penitipan,
lengkap dengan petugasnya. Jadi atlet maupun wisatawan tenang karena barang mereka aman,” paparnya.

Terkait protes keras yang disampaikan Ketua Mantar Paralayang Club, tentang desain bangunan, Kusuma Wijaya menyatakan pihaknya siap melakukan penyesuaian jika memang desain tersebut mengganggu aktifitas paralayang.

Menurut dia, semangat yang terpenting adalah kebutuhan di lokasi tersebut (untuk atlet maupun wisatawan) bisa memenuhi.

“Ya nanti kita sesuaikan, dindingnya kita turunkan kalau memang mengganggu. Saya rasa tidak ada yang terlalu baku lah. Yang penting apa yang menjadi kebutuhan disitu bisa sama-sama saling memenuhi (baik fungsi maupun kenyamanan),” sebutnya.

Seperti diberitakan, Ketua MPC KSB, H Deden Zaedul Bahri memprotes keras, mengancam akan merobohkan dan melaporkan ke Polisi proyek pembangunan hall dimaksud. Selain dinilai mengabaikan kearifan lokal serta adat istiadat masyarakat setempat, desain hall dengan dinding juga bisa mengganggu penerbang yang akan take off dari landasan yang berada persis di depan bangunan hall dimaksud.

Ia juga mempersoalkan tidak adanya koordinasi dari instansi terkait sebelum pembangunan dilaksanakan. Padahal lahan tempat hall itu merupakan milik MPC dan sisa bongkaran kayu dan genteng dari hall sebelumnya tidak diketahui keberadaannya.

Menanggapi protes tersebut, Kusuma Wijaya menyatakan, semua masalah bisa dikomunikasikan.

“Kalau memang ada yang diprotes, tidak perlu seperti itu, toh bisa bisa kita komunikasikan. Kita juga sangat selektif memberi dukungan dan program. Prinsipnya bagi kita, ya sama-sama saling mendukung. Kita prihatin, karena ga gampang dapat dukungan. Kalau diginikan semua orang, kan ga ada yang mau mendukung kita nanti,” pungkasnya.(EZ)

iklan

Komentar