PDAM Sumbawa Barat Jadi Pilot Project Program Penurunan NRW BPPSPAM

KabarNTB, Sumbawa Barat – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sumbawa Barat menjadi Pilot Project Program Penurunan Non Revenue Water (NRW) untuk wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Pengelola System Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

NRW merupakan kondisi dimana banyak air PDAM yang hilang akibat berbagai faktor yang menyebabkan kerugian dan menurunnya kinerja bisnis PDAM.

Direktur PDAM KSB, Bambang ST, dalam pengantarnya pada kegiatan Workshop penurunan NRW di Taliwang, Kamis 9 Nopember 2017, mengakui kebocoran air cukup tinggi. Hal itu disebabkan bencana alam, termasuk laju pembangunan yang cukup pesat, khususnya dalam hal pembangunan infrastruktur jalan dan drainase.

“Kami terus melakukan upaya untuk mengurangi tingkat kehilangan air, termasuk membenahi sistem administrasi dan membentuk tim tekhnis penanggulangan kehilangan air,” jelas Direktur PDAM dihadapan perwakilan BPPSPAM, konsultan dan pihak terkait lainnya yang menjadi peserta workshop.

Bambang juga mengakui kendala utama dalam hal mengurangi tingkat kehilangan air adalah pembiayaan. Dengan tarif air yang masih rendah (belum ada penyesuaian tarif sejak beberapa tahun). Disatu sisi, PDAM juga dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

“Karena itu kami sengaja meminta BPPSPAM untuk membantu dalam hal supervisi, evaluasi sekaligus untuk memberi masukan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan kualitas SDM PDAM. Prinsip kami, kendala yang bukan pengahalang untuk mensejajarkan diri dengan PDAM di daerah lain,” pungkasnya.

Konsultan BPPSPAM, Bambang Hersunoko, menjelaskan, hasil perhitungan BPKP, kehilangan air PDAM KSB di Tahun 2016 mencapai 41,55 persen. Kondisi itu, menurutnya, menjadi salah satu penyebab PDAM rugi yang berujung pada penurunan kinerja PDAM, sehingga berada dibawah level sehat.

Ia mengungkapkan, jika dikonversi dalam.bentuk uang, tahun 2016 tercatat PDAM rugi sebesar Rp 5 miliyar atau lebih tinggi dari nilai kerugian di tahun 2015 yang mencapai Rp 4,1 miliyar.

Hasil kajian konsultan, faktor penyebab kebocoran itu adalah faktor fisik, dimana paling dominan disebabkan pipa bocor, dan fasilitas yang tidak bekerja maksimal.
“Jika cepat ditanggulangi (perbaikan) maka faktor ini tidak kan berpengaruh signifikan terhdap timbulnya kerugian,” jelasnya.

Faktor kedua adalah faktor komersial yang berkaitan erat dengan masalah administrasi, mulai dari pembacaan meter yang masih manual, kesalahan input data pemakaian dan konsumsi tidak resmi (pencurian air).

“Paling tinggi potensi kehilangan air justeru dari faktor ini. Karena itunkami merekomendasikan agar PDAM.mengutamakan mengatasi faktor komersial,” jelasnya.

Konsultan BPPSPAM juga merekomendasikan PDAM untuk mengusulkan pemutihan aset yangbsudah tidak memiliki nilai ekonomis kepada pemerintah daerah, karena berdampak pada tingginya beban penyusutan tiap tahun. Jika diputihkan maka hasil perhitungan nilai kerugian bisa turun.

“Hal ini akan otomatis merubah catatan rugi laba. Mengingat potensi penambahan pendapatan PDAM tahun 2017 juga cukup bagus. Potensi itu dari MBR dan dari pelanggan yang pada 2016 berjumlah 10.533 lalu naik menjadi 12 ribu lebih pelanggan di 2017,” tandasnya.

Workshop dibuka oleh Sekretaris Daerah KSB Abdul Aziz,l dan diisi dengan penandatangan MoU antara Pemda KSB dengan BPPSPAM.(EZ)

iklan

Komentar