Peserta AUYS Ikuti Pacuan Kuda Sumbawa

Sumbawa, KabarNTB – Para participant atau peserta ASEAN University Youth Summit (AUYS), menimbah pengalaman berharga selama mengikuti rangkaian agenda di Sumbawa, khususnya di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Selasa (26/01/2016).

Berangkat dari Hotel Cirebon dan Parahyangan, rombongan bertolak ke Desa Penyaring, sekitar pukul 07.30 Wita. Sekitar 15 menit perjalanan menggunakan sejumlah bus, rombongan akhirnya tiba di Lapangan Desa Penyaring untuk mengikuti pembukaan kegiatan kunjungan mereka di Desa Penyaring.

Di Desa Penyaring, mereka disambut tokoh masyarakat dan pelaksana tugas Camat Moyo Utara, Sahabuddin, S.Sos., M.Si., yang mengucapkan selamat datang di Moyo Utara khususnya Desa Penyaring.

Sahabuddin menjelaskan kepada para participant potensi budaya dan pariwisata di Desa Penyaring. Diantaranya Arena Pacuan Kuda Angin Laut, Pantai Ai Loang, serta potensi ekonomi seperti usaha permen susu.

“Penduduk di sini membuat permen dari susu kerbau murni yang diolah masih secara tradisional. Sehingga keasliannya rasanya tidak hilang seperti produk pabrikan,” ujarnya.

Ia berharap, kunjungan singkat tersebut dapat membantu lebih mengenalkan Desa Penyaring kepada dunia bahwa di Indonesia khususnya di Pulau Sumbawa, terdapat potensi wisata yang tidak kalah indahnya dan dapat bersaing dengan daerah lain.

Setelah dipersilahkan untuk melihat dari dekat kepada potensi yang dimaksud, para participant kemudian dikelompokan menjadi 9 spot atau grup. Spot 1 hingga 3 berkunjung ke SDN Penyaring untuk melihat secara dekat proses belajar mengajar di SDN tersebut.

Di sekolah tersebut, participant membagi pengalaman dan pengetahuan dengan para siswa. Termasuk mengenalkan adat dan budaya asal mereka masing-masing.

Noppawan Weeraprasit, Mahasiswa asal Rangsit University Thailand, mengakui program seperti ini sangat hebat. Pasalnya selama ini dirinya selalu ingin tahu cara anak-anak di Indonesia belajar.

“Dengan program seperti ini saya dia mengetahui bagaimana cara anak-anak belajar,” katanya dalam bahasa Inggris.

Karena hanya mampu berbahasa Thailand dan Inggris, Noppawan kemudian mengajarkan bahasa Inggris kepada para siswa. Karena dengan belajar bahasa Inggris mereka bisa pergi ke mana saja. Bahkan juga akan mendapat pengalaman baru.

Kunjungannya ke Sumbawa sebagai duta Thailand sangat ia nikmati. Di samping bertukar pengalaman juga bisa bertukar budaya.

‘’We can share the language, the culture and anything (kita bisa berbagi mengenai bahasa, budaya dan semuanya),” ujarnya.

Sisanya spot 4 hingga 9 mendapat kesempatan melihat secara dekat proses pembuatan permen susu di rumah warga yang menjadi home industri.

Spot 8 sebagai salah satu spot yang mengikuti proses pembuatan permen susu diisi oleh mahasiswa dari Filipina dan Indonesia, bahkan seorang dosen dari sebuah Universitas di Serawak, Malaysia.

Setelah menyaksikan secara langsung proses pembuatan permen susu dan pengemasannya, para participant merasakan langsung pemerasan susu sapi. Sebenarnya yang hendak diperas adalah susu Kerbau, hanya saja ketika itu Kerbaunya tidak ada.

Participant dari De La Salle University, Dasmarinas, Philipina asal Lyka Nerisse B. Larin, mengaku baginya ini adalah pengalaman pertama baginya dan teman-temannya. Karena tidak setiap hari Ia melihat cara memerah susu sapi. Lagi pula, ia mendapat kesempatan untuk ikut langsung memerah susu. ‘’It’s a new experience. We don’t usually do that (ini pengalaman baru. Karena kami biasanya tidak melakukan hal itu),” katanya.

Lyka yang juga mengunjungi lokasi pembuatan permen susu berpendapat bahwa program seperti ini sangat menyenangkan. Apalagi pengalaman yang dirasakannya tersebut dapat merubah hidup. Jika kegiatan AUYS kembali dilaksanakan, dia berharap dapat mengunjungi tempat yang lebih banyak.

Usai di Desa Penyaring, para participant kemudian bertolak ke Hotel Samawa Seaside untuk melepas penat sesaat sembari menikmati indahnya panorama pantai dan Teluk Saleh yang berlatar Pulau Moyo. Kesempatan tersebut dimanfaatkan para participant untuk berfoto-foto dan bertukar kontak sesama mereka.

Puas menikmati indahnya panorama di Seaside, mereka diajak menonton pacuan kuda di arena pacuan kuda Angin Laut. Participants sangat antusias menyaksikan kuda pacu adu kencang larinya dari atas tribun penonton. Terlebih lagi ketika mereka mengetahui bahwa joki yang menunggang kuda adalah anak kecil (joki cilik).

Para participant menyemangati para joki ketika melintas di depan tribun penonton. Apalagi ketika balapan dimulai, para peserta meluapkan kegembiraannya sampai melompat dari tempat duduk menyemangati kuda yang menjadi andalan masing-masing.

“Pacuan kuda ini seronok. Memang di Malaysia ada, tapi di Sumbawa jokinya para budak-budak (anak-anak),” aku Nurhayati, participant asal University Utara Malaysia. (K-K)

iklan

Komentar