Mataram,KabarNTB – Pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam tiga bulan terakhir ini meningkat signifikan jika dibanding dengan bulan-bulan sebelumnya.
“Ada peningkatan kunjungan berobat yang signifikan, karena berbagai penyebab seperti kesadaran keluarga pasien atau karena faktor lain (pasien baru),” kata Direktur RSJ Mataram dr Elly Rosila W SpKj di Mataram, Jumat.
Ia mengatakan, sejak Januari hingga pertengahan Maret 2013 ini, setiap hari pasien gangguan kejiwaan yang datang berobat di RSJ Mataram berkisar antara 90 hingga 100 orang. Bahkan, hari-hari tertentu lebih dari 100 orang.
Pada periode yang sama di akhir 2012, jumlah pasien rawat jalan di RSJ itu berkisar antara 50-70 orang, sehingga ada peningkatan yang cukup signifikan di awal 2013.
Hanya saja, Elly enggan merinci asal-usul pasien rawat jalan yang jumlahnya meningkat itu, ketika ditanya wartawan.
“Saya belum bisa merinci, tetapi ada datanya, nanti bisa dilihat bersama,” ujarnya ketika ditanya adakah pasien rawat jalan yang berasal dari kalangan politisi, mengingat ekskalasi politik di wilayah NTB beberapa bulan terakhir ini mengalami peningkatan.
Selain proses penyelenggaraan pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB, juga proses pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Lombok TImur, serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bima, yang akan diselenggarakan bersamaan pada 13 Mei 2013 untuk tahapan pemungutan suara.
Sejak beberapa bulan terakhir ini pun para politisi dari berbagai partai politik sibuk merekrut calon anggota legislatif (caleg) untuk Pemilu 2014, dan cukup banyak politisi yang kebingungan mencari parpol untuk menjadi caleg, karena KPU hanya meloloskan 10 parpol peserta Pemilu 2014.
Sementara puluhan parpol yang pernah menjadi peserta Pemilu 2009 teringkir, padahal pengurus parpol itu sudah banyak beraktivitas sampai dinyatakan tidak lolos menjadi peserta Pemilu 2014.
Hal itu rentan menimbulkan stress berat dan gangguan kejiwaan, yang dapat berujung penanganan di RSJ Mataram.
“Kalau pasien politisi saya tidak bisa jelaskan, tapi rillnya memang kunjungan pasien rawat jalan meningkat signifikan. Saya menyebutnya karena kesadaran sanak keluarga pasien gangguan jiwa yang semakin baik, sehingga mau datang ke rumah sakit,” ujar Elly.
Untuk pasien rawat inap, lanjut Elly, relatif sama dari tahun ke tahun, yang berkisar antara 50-100 orang perhari atau hampir 10.000 orang setahun. Sesekali melebihi kapasitas tampung 100 tempat tidur.
Versi manajemen RS Jiwa Mataram, sejak 2006 hingga 2007 terjadi peningkatan pasien RSJ Mataram sebesar 17,21 persen untuk pasien rawat jalan dan 22,93 persen pasien rawat inap.
Total kunjungan pasien yang mengalami gangguan mental emosional di RSJ Mataram dalam tahun 2007 itu mencapai 9.206 kunjungan, sebanyak 48,29 persen diantaranya merupakan kelompok usia produktif yakni 25 – 44 tahun.
Tahun-tahun berikutnya juga mengalami peningkatan, dan selama 2012 rata-rata kunjungan pasien RSJ Mataram mencapai 30 – 40 orang/hari untuk pasien rawat jalan dan 70 – 80 orang pasien rawat inap dari kapasitas tampung tempat tidur aktif sebanyak 100 unit.
Hasil diagnosa, pasien RSJ Mataram terbanyak terindikasi mengalami gangguan skizofrenia (masyarakat Lombok menyebutnya Jogang atau gila), gangguan depresi, kecemasan dan pobia, yang pada umumnya dilatari oleh persoalan ekonomi (kemiskinan), status sosial, faktor keturunan dan pengaruh lingkungan.
“Yang dominan karena faktor ekonomi, ada juga karena terlalu lama menganggur dan tak kunjung mendapat pekerjaan, akibat PHK dan penyebab ekonomi lainnya,” ujarnya.
Elly yang juga psikiater itu mengakui, penanganan gangguan kejiwaan di wilayah NTB masih mengacu kepada hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) di wilayah NTB tahun 2007 (survei berikutnya 2017 atau setiap10 tahun).
Dari hasil SKMRT 2007, rumah tangga dewasa yang menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa berat mencapai 0,96 persen dari total penduduk NTB yang mencapai 4,2 juta jiwa.
Sementara gangguan kesehatan jiwa ringan mencapai 12,8 persen, sehingga menempatkan peringkat NTB diatas nasional yang mencapai 11,6 persen dan dari 33 provinsi NTB, dan berada pada peringkat 10 besar nasional.
Jika mengacu kepada data SKMRT itu maka ada sekitar 40 ribu penderita gangguan jiwa berat dan lebih dari 500 ribu orang warga NTB menderita gangguan jiwa ringan.
SKMRT itu juga menunjukkan gangguan mental emosional yang ditemukan pada penduduk pada usia 15 tahun ke atas. (ant)
Sumber : antaramataram.com
Komentar