Upacara Unik, Warga Pulau Bungin Peringati HUT RI Di Tengah Laut

Sumbawa, KabarNTB – Momentum upacara perayaan HUT Kemerdekaan RI sudah lazim diselenggarakan dengan penuh khidmat di lapangan terbuka, namun ada hal yang berbeda dilakukan Warga Pulau Bungin Sumbawa.

Kali ini warga Pulau Bungin Kecamatan Alas, dalam HUT Kemerdekaan RI ke-70 menyelenggarakan upacara bendera di tengah laut, Senin (17/08). Upacara tersebut dihadiri oleh Camat Alas, Kapolsek Alas, Danramil dan jajaran pemerintahan Kecamatan Alas.

Upacara ini menjadi unik, karena para peserta mengikuti upacara dari atas perahu masing-masing. Sedikitnya sekitar 100 perahu ikut serta menjadi peserta upacara dengan muatan 5 hingga 20 orang.

Para petugas upacara juga demikian, komandan upacara, dan penyanyi inti berada di atas perahu kecil. Sedangkan para tamu undangan menempati keramba jaring apung milik kelompok nelayan setempat. Bagi pengibar bendera yang terdiri dari 3 orang pelajar, melakukan pengibaran bendera dengan cara yang tak lazim pula. Mereka bertiga mengawali proses pengibaran dengan mendayung sebuah sampan kecil menuju lokasi tiang bendera yang telah dimodifikasi sedemikian rupa menggunakan sebuah keramba apung.

Sekitar pukul 11.30, upacara bendera pun dimulai. Warga sekitar sangat antusias dan khidmat mengikuti prosesi pengibaran bendera merah putih. Bagi warga Pulau Bungin, kegiatan ini menjadi sejarah di pulau terpadat di dunia tersebut karena selama ini tidak pernah diselenggarakan kegiatan upacara bendera peringatan HUT Kemerdekaan Indonesia.

Namun kali ini menjadi yang pertama dengan nuansa khas suku bajo yang mendiami hampir seluruh sudut perairan Nusantara. Momentum ini juga dianggap sebagai wujud aktualisasi kiprah suku Bajo di Pulau Bungin khususnya dalam mengisi kemerdekaan negara Republik Indonesia.

Bertindak selaku inspektur Upacara, Ketua Karang Taruna setempat, Sahabuddin, menegaskan dalam amanatnya, bahwa melalui upacara ini warga Pulau Bungin mendukung program pemerintah menjadikan Indonesia sebagia Poros Maritim Dunia.

Momentum ini jelasnya, menjadi bukti kepada negara dan masyarakat umum bahwa di Pulau Bungin juga berkibar Bendera Merah Putih.

“Kontribusi nyata masyarakat Pulau Bungin dengan melaksanakan upacara bendera apung ini. Bukti lainnya, masyarakat Pulau Bungin juga ikut serta dalam memerangi dan mengusir penjajah Belanda dan Jepang,” tegasnya.

Hal tersebut sambungnya, tertuang dalam syair yang turun temurun diwariskan kepada keturunan warga Pulau Bungin. Kadang kala para orang tua menyanyikan syair yang salah satu liriknya berbunyi “dipepek tikolo’ balande” artinya “memukul kepala orang Belanda”. Syair lainnya juga salah satu bagian liriknya berbunyi “lepak jepang”, yang berarti “menampar orang Jepang”.

Dalam upacara tersebut, ia menyelipkan pesan menjaga aset maritim dari serbuan kolektor asing untuk dibawa ke luar negeri. Seperti akuarium terbesar di Dubai, museum Den Haag di Belanda dan Great Barier di Australia. “Aset-asetnya berasal dari Indonesia dan dirampas dibawa ke luar negeri. Untuk menyelematkan aset yang masih tersisa, maka hadirlah museum nelayan di Pulau Bungin,” kata Tison sapaannya.

Di akhir amanat upacara tersebut, ia menekankan bahwa di Pulau Bungin terkenal dengan budaya dan kearifan lokalnya dalam menjaga ekosistem laut. Hal ini penting karena laut merupakan sumber kehidupan masyarakat.

“Besar harapan kami agar ke depan kegiatan ini terus dilanjutkan dan dengan armada yang lebih besar lagi,” pungkasnya. (K-K)

Komentar