Dari Batu Hijau – Doha, Bukan Jalan-Jalan Biasa

*Oleh : Arie Burhan (Department Communication) PT. Amman Mineral Nusa Tenggara

Bulan mei lalu, mendapat kabar bahwa Program Batu Hijau Bootcamp PT Amman Mineral Nusa Tenggara kategori “Manajemen Reputasi dan Brand Online”memenangi Golden World Awards IPRA  2016. Tentu rasa senang dan bangga menyelimuti perasaan saya mendengar kabar itu karena telah menjadi bagian dari program yang mendapat penghargaan dari Asosiasi Public Relation Internasional.

Pun, tidak pernah ada dalam angan-angan dan mimpi untuk menerima langsung di negara mana penghargaan itu akan diterima. Kabar baik datang lagi pada awal September, saya dan Pak Jarot mendapatkan kehormatan untuk mewakili PT Amman Mineral Nusa Tenggara untuk menerima penghargaan itu di Doha, Qatar.

Berikut cacatan perjalanan saya dan Pak Jarot mulai dari urusan administrasi hingga berdiri di atas panggung Golden World Awards IPRA 2016 di Doha, Qatar.

Setelah ditunjuk mewakili PT Amman Mineral Nusa Tenggara untuk menerima Golden World Awards IPRA 2016 saya memastikan paspor yang pernah diterbitkan tahun 2012 masih berlaku. Belum ada pengalaman mengurus visa keluar negeri membuat saya harus banyak tanya dan mengunggah internet. Melalui link IPRA saya mendapatkan informasi bahwa Hotel Marriot, Doha sebagai tempat Gala dapat mempermudah pengurusan visa bagi peserta. Saya mendapatkan semua persyaratan termasuk melibatkan tim internal yang biasa menangani urusan keimigrasian agar berjalan lancar.

Dalam 1,5 bulan sebelum keberangkatan, saya mendapatkan hak cuti meninggalkan kantor. Belasan hari selama masa cuti, saya manfaatkan waktu untuk keperluan pribadi termasuk fasilitas hp, email dan akun media sosial dinonaktifkan. Cuti yang tertutup dari hingar bingar dunia maya dan nyata. Saya juga menganggap permohonan visa yang ditangani tim internal sudah terbit saat kembali masuk kantor. Setelah masa cuti berakhir dan semua fasilitas hp dan medsos kembali diaktifkan, bukan visa yang di dapat malah permohonan saya yang ditolak. Saya cemas bagaimana caranya agar visa itu bisa cepat terbit sementara waktu berangkat sangat mepet hanya tiga minggu lagi. Negara Arab mengharuskan nama pemohon visa dengan tiga kata. Saya mengirimkan persyaratan kepada tim internal untuk proses penambahan nama di Kantor Imigrasi Sumbawa.

Dua minggu sebelum keberangkatan rasa cemas dan gundah meliputi hati saya menunggu visa terbit dari kedutaan Qatar. Sampai hari terakhir pada minggu kedua itu rasa cemas makin bertambah karena visa yang ditunggu belum juga terbit. Dengan pasrah mengatakan ‘Bisakah saya berangkat ke negara di Timur Tengah itu?

Melalui proses panjang dan berliku, akhirnya satu minggu menjelang keberangkatan tim internal mengabarkan visa saya telah diterbitkan dari kedutaan Qatar. Tentu saja saya sangat senang dan suka cita karena semua urusan administrasi yang berkaitan dengan kunjungan keluar negeri sudah selesai.

Jum’at (4/11), Menumpangi Sea Plane  PK-TVW mengawali perjalanan saya dan Pak Jarot menuju Bali. Setiba di terminal domestik bandara I Ngurah Rai, Bali, kami berjalan mengikuti arah panah penunjuk jalan menuju terminal penerbangan Internasional. Tiket, paspor dan visa sebagai syarat untuk bisa masuk ke ruangan check-in Qatar Airways kami siapkan. Satu jam lebih antri menunggu giliran untuk mendapatkan tiket nomor kursi penerbangan.

Setelah urusan tiket dan imigrasi selesai, pukul 19.00 wita penumpang Qatar Airways Boing 777-300ER JET boarding dan mengambil ancang-ancang untuk meninggalkan Bandara Internasional I Ngurah Rai, Denpasar, Bali melintasi samuder apasifik menuju Doha, Qatar.

Sembilan jam waktu tempuh Bali – Qatar saya manfaatkan untuk beragam kegiatan: bermain game,  nonton tv, video sesuai selera penumpang. Hidangan makanan ala Qatar Airways juga disajikan. Rasa kantuk juga datang saat jam tubuh sudah mulai lelah. Setelah bangun dari tidur roda Boing 777-300ER JET tidak terasa mendarat dengan aman di Bandara Internasional Doha, Qatar pukul 23.50 waktu Doha. Perbedaan 5 jam selisih waktu dengan Indonesia bagian tengah membuat waktu malam kami bertambah panjang. Kami melapor ke imigrasi Qatar kemudian menukar cash US$ dengan Qatar Real lalu istirahat di restaurant memesan kopi, jus dan snack aneka rasa ala Qatar di Bandara Doha.

Dari bandara, kami langsung menuju hotel Marriot untuk check-in dan istirahat. Setelah mendapatkan kamar, mencari signal wi-fi untuk mengecek beberapa informasi serta melanjutkan tidur beberapa jam sampai waktu subuh. Setelah shalat subuh, jogging sebagai menu aktivitas tubuh di pagi hari waktu Qatar dilakukan seirama mengikuti alunan musik padang pasir.

Sabtu (5/5),saya dan Pak Jarot mendatangi restoran hotel untuk melihat menu yang tertata rapi di tempatnya. Ada nasi, daging, ayam, roti, dan buah-buahan serta masih banyak yang lainnya. Saya mengambil banyak buah iris, papaya, melon, semangka, anggur dan jeruk kemudian sedikit nasi, sepotong roti kecil dan sayuran biji-bijian. Tidak ada makanan yang bisa membuat selera makan saya bertambah dengan menu yang tersedia.

Untuk mengisi waktu luang sebelum Gala, kami jalan-jalan mengunjungi mall City Center Doha ingin melihat kebiasaan masyarakat Doha. Dibanding mall-mall di Indonesia yang selalu padat dengan orang hilir mudik, mall Doha sepi tidak banyak orang belanja di dalamnya. Setelah beberapa jam berkeliling dan belanja makanan dan buah-buahan alakadarnya kami kembali ke hotel dan masuk di kamar Pak Jarot untuk makan siang sesuai menu yang kami pilih dan beli di supermarket.

Kami sengaja membeli makanan di supermarket ingin membandingkan dengan rasa makanan yang ada di restoran hotel dan rasanya masih sama saja. Setelah makan kami berbagi buah-buahan dan kembali ke kamar untuk istirahat dan menunggu acara Gala dimulai.

Saat itu hari mulai malam, sementara saya tidak merubah waktu Indonesia tengah dengan waktu Qatar pada jam tangan saya. Perubahan secara otomatis hanya terjadi pada jam android HP saya sebagai patokan kapan pagi, siang dan malam.

Jam tangan saya menunjukan pukul 22.30 wita,  atau pukul 17.30 waktu Doha, jam tubuh sudah mulai terasa lelah dan ngantuk pertanda badan minta istirahat malam bila di Indonesia, sementara acara Gala dimulai pukul 19.00 waktu Doha atau pukul 00.00 wita.

Melalui telepon di kamar hotel saya menghubungi Pak Jarot untuk menentukan waktu kumpul di Lobby. Dua puluh menit sebelum acara dimulai kami sudah di ruang tunggu dan mendapatkan meja no.19 di ruangan Gala.

Pukul 19.00 waktu Doha semua peserta berkumpul di ruang tunggu,berkenalan dan berfoto di backdrop IPRA yang sudah disiapkan panitia sambil menikmati snack dan minuman yang disiapkan pramusaji hotel. Lebih dari satu jam berada pada ruang tunggu, menunggu perwakilan Pemerintah Qatar yang turut hadir mengikuti dan menyaksikan jalannya Gala.

Saya masih penasaran dengan posisi meja no.19 kemudian mendekati dan mengajukan isyarat kepada penjaga pintu untuk sejenak melihat posisinya. Dia memberi isyarat pintu ruangan Gala belum waktunya untuk dibuka. Saat perwakilan pemerintah Qatar  tiba mereka duduk dan diskusi dengan panitia di ruang tunggu. Setelah semuanya lengkap dan siap untuk dimulai pintu ruangan Galapun dibuka.Seluruh peserta masuk dan menempati posisi dan tempat duduk yang sudah ditentukan, kami utusan PT Amman Mineral Nusa Tenggara duduk satu meja dengan utusan dari Makedonia dan Turki. Lampu menyoroti panggung IPRA pertanda acara dimulai. Satu demi satu peserta dipanggil,dibacakan ringkasan dan kategorinya sebagai pemenang untuk maju dan tampil di atas panggung kehormatan IPRA.

Rasa haru, senang dan bangga terpancar bagi setiap utusan saat menerima penghargaan. Begitu panjang terasa pengumuman itu sementara rasa hati saya tak menentu menanti giliran untuk merasakan sensasi panggung kehormatan IPRA. Ditambah dengan acara makan dan minum membuat acara bertambah panjang. Saat nama PT Amman Mineral Nusa Tenggara #Batu Hijau Bootcamp disebutkan saya dan Pak Jarot maju dan berdiri di atas panggung kehormatan menerima penghargaan Golden World Awards IPRA. Suasananya spektakuler dan sangat membanggakan dan mengharukan kami berdua saat sorotan cahaya lampu dengan banyak pasang mata termasuk kamera mengabadikan dan menyoroti kami di atas panggung IPRA.“Sungguh luar biasa dan menakjubkan”.

Rasa lelah di badan sebelum acara dimulai hilang karena diliputi  rasa senang, bangga dan bahagia. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 24.00 waktu Qatar, masing-masing peserta masih sibuk dengan Kamera, HP, termasuk pose untuk welfi secara bergantian dan bersama-sama di atas panggung IPRA.

Berkumpul bersama 56 pemenang dalam Golden World Awards IPRA sungguh menyenangkan, membanggakan dan membahagiakan.

PT AMNT satu-satunya perusahaan tambang pertama asal Indonesia yang menerima penghargaan Golden World Awards IPRA (The International Public Relation Association) 2016.

Terimakasih PTAMNT, terima kasih Batu Hijau Bootcamp, terima kasih Bootcampers yang telah mengantarkan kami duduk dan berdiri sejajar dengan seluruh peserta di dunia untuk menerima GWA IPRA 2016.

Semoga sinar mentari pagi di atas bukit reklamasi Batu Hijau terus memberi asa, dan keelokan senja di Pantai Rantung, Sumbawa Barat, mempertemukan kita kembali.

 

Komentar