KabarNTB, Sumbawa Barat – Kisruh akibat tidak didaftarkannya KH Amir Ma’ruf Husain (Ustadz Ma’ruf) sebagai bakal calon legislatif (Bacaleg) ke KPU oleh pengurus DPC Partai Bulan Bintang (PBB) Sumbawa Barat, berlanjut. Bukan hanya simpatisan PBB di Taliwang (Dapil 1 KSB), khususnya yang selama ini mendukung Ustad Ma’ruf yang memilih berpaling, tetapi salah satu kader terbaik partai besutan Yusril Ihsa Mahendra itu, Fud Syaifuddin yang sekarang menjabat sebagai Wakil Bupati Sumbawa Barat, juga ikut mundur.
Kepada KabarNTB, Kamis 19 Juli 2018, Fud Syaifuddin menyatakan keputusan pengunduran diri dari PBB atas berbagai pertimbangan. Termasuk salah satunya, karena persoalan internal yang tengah terjadi di DPC PBB.
“Terhitung sejak hari ini (Kamis), saya mundur dari PBB. Keputusan saya ini sudah saya pertimbangkan dengan matang. Saya juga sudah menyampaikan ke pengurus DPW PBB NTB,” ungkap politisi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua IV DPW PBB NTB itu.
“Ada banyak hal yang membuat saya memilih mundur. Mungkin ini jalan terbaik yang harus saya ambil. Saya juga berterimakasih atas kebersamaan selama ini. Mudah-mudahan dengan tidak adanya saya di PBB, partai ini akan semakin besar,” imbuhnya, sembari memastikan untuk sementara dirinya tidak akan terlibat dalam partai politik manapun.
Mantan Wakil Ketua DPRD KSB sebelum terpilih sebagai wakil bupati pada Pilkada tahun 2015 itu, mengaku, pilihan untuk mundur sebenarnya tidak berawal dari keinginan pribadinya, Ia mengungkap, pengurus DPC PBB KSB pernah mendesak agar dirinya mundur. Namun karena berbagai hal, desakan itu tidak diindahkannya. Tetapi setelah melihat dinamika yang terjadi saat ini, Ia memantapkan hati untuk meninggalkan PBB.
Apalagi, sebagai kader PBB sekaligus pengurus DPW PBB NTB, dirinya tidak pernah diajak berkomunikasi tekait urusan partai. Termasuk dalam hal penentuan bakal calon anggota legislatif (Bacaleg) yang diusung DPC PBB KSB, dirinya tidak pernah dilibatkan dan diajak berkomunikasi.
Menurutnya, komunikasi mutlak dibutuhkan, apalagi menghadapi Pemilu 2019 mendatang. Komunikasi merupakan bagian dari upaya mempertahankan perolehan suara PBB. Pada pemilu 2014 lalu, PBB menempati posisi nomor dua perolehan suarat di KSB.
“Jujur saja, caleg-caleg yang didaftarkan PBB saja saya tidak tahu. Dan ternyata bukan saya saja, pengurus DPC yang lain juga demikian. Mereka tidak pernah diajak berkomunikasi. Mungkin saya ini dianggap menghambat. Jadi, lebih baik saya mundur sehingga ada kesempatan bagi pengurus untuk membesarkan PBB di KSB,” ujarnya.
Fud Syaifuddin juga menyinggung soal tidak dimasukkannya Ustad Ma’ruf dalam daftar Bacaleg yang didaftarkan ke KPU KSB. Padahal pengasuh pondok pesantren Al Ikhlas Taliwang itu, merupakan kader potensial dan saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD KSB. Kondisi itu dianggap Fud merupakan wujud tidak sejalannya pengurus partai dengan kader.
“Ketika Ustad Ma’ruf yang notabene merupakan pengurus DPC PBB tidak diakomodir, Saya melihat ini sudah tidak sejalan,” timpalnya.
Ia menyesalkan tidak diakomodirnya Ustad Ma’ruf. Menurutnya kondisi itu menunjukkan buruknya komunikasi yang dibangun di internal PBB KSB. Selain itu, pengurus DPC PBB semestinya juga meminta pertimbangan dari KH Zulkifli Muhadli (Kyai Zul) yang sekarang menjabat sebagai majelis pertimbangan partai (MPP) DPW PBB NTB, sebelum mengambil keputusan penting, termasuk dalam hal penentuan Bacaleg.
“Kok langsung dicoret begitu saja. Kalau memang ada kesalahan yang dilakukan, kenapa tidak diselesaikan dengan duduk bersama. Dengan Kyai Zul yang menjadi panutan semua kader saja tidak ada komunikasi, apalagi dengan kita. Ini juga menjadi salah satu alasan saya memilih mundur,” demikian Fud Syaifuddin.
Sementara itu, Ustad Ma’ruf sendiri, pasca resmi tidak didaftarkan sebagai Bacaleg oleh DPC PBB, memutuskan mundur dan langsung didaftarkan sebagai Bacaleg oleh DPD Partai Gerindra untuk Daerah Pemilihan KSB 1.(EZ)
Komentar