Taliwang,KabarNTB – Atap sejumlah rumah yang ada di Taliwang dan Sumbawa Barat umumnya dinilai memiliki ciri khas dan kesamaan dengan rumah suku Banjar yang ada di Propinsi Kalimantan Selatan.Hal ini disampaikan Raja Banjar H. Pangeran Khairul Saleh saat berbincang dengan media ini Rabu (19/11) kemarin.
“ Bisa jadi ini merupakan peninggalan Banjar yang ada di Taliwang,” katanya.
Raja Banjar yang sekaligus menjabat sebagai Bupati Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan ini hadir di Sumbawa Barat bersama istri Ratu Hj Raudatul Jannah, guna memenuhi undangan Bupati Sumbawa Barat, Dr. KH.Zulkifli Muhadli, SH MM dalam rangka peringatan Harlah KSB ke -11.
Raja dan Ratu Banjar ini berada di Sumbawa Barat selama sehari dan menginap di Grand Royal Hotel Taliwang bersama sejumlah staf pemkab Banjar.
Selama berada di Taliwang , Raja Banjar sempat berziarah ke makam Datu Pangeran Gusti Mesir Abdurrahman yang merupakan leluhurnya di komplek pemakaman Masjid Nurul Falah Taliwang.
“ Suku Banjar adalah suku perantau, Sumbawa merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan termasuk dari kalangan bangsawan Banjar,” kata Pangeran Khairul Saleh.
Dijelaskan Pangeran Khairul Saleh Raja Banjar, ada 3 Periodesasi kedatangan suku Banjar ke Sumbawa yakni awal Abad 17 Raden Subangsa, keturunan dari Kesultanan Banjar Syarief Hidayatullah I Bin Rahmatullah menikah dengan Mas Surabaya, Puteri Selaparang.
Hasil perkawinan tersebut memperoleh keturunan yakni Raden Mataram. Mereka menetap di daerah Taliwang yang bernama Karang Banjar. Sepeninggal Mas Surabaya. Raden Mataram kembali ke Selaparang Sedang Raden Subangsa kembali menikah dengan Dewa Mas Penghulu (Putri Raja Selaparang) dari Permaisuri Sumbawa dan selanjutnya menetap di Sumbawa.
Dari perkawinan ini lahir seorang putra bernama Dewa Mas Bantan yang kemudian dikenal dengan nama Dewa Mas Bantan Datu Loka Sultan Harunnurrasyid I (1675 – 1702). Sultan Harunnurasyid ini oleh masyarakat di Sumbawa dikenal dengan Sultan Sumbawa III. Selanjutnya, Dewa Mas Bantan menikah dengan putri Sultan Goa Karaeng Meppaiyo yang bernama Halimah Daeng Tomy Karaeng Tannisanga. Buah perkawinan tersebut memperoleh keturunan bernama mas Palembang Dewa madja Djereweh, Mas Madinah Sultan Djalaluddin I, Dewa Iya Datu Balasao, Desa Isa Karaeng Barong Patola.
Setelah beberapa dekade kemudian, datang lagi ke Taliwang, Gusti Amin yang merupakan keturunan dari Pangeran Jaya Kusuma. Gusti Amin sendiri memiliki kedekatan dengan kuat dengan Dewa Mas Mappasusung Datu Poro Putra Dewa Madja Djereweh yang kebetulan saat itu menjadi Riwabatang Datu Taliwang karena kekosongan pemimpin. Saat itu Datu Taliwang berperang ke Selaparang.
Semasa Dewa Mas Mappasusung Datu Poro diangkat menjadi Sultan Sumbawa dengan gelar Sultan Muhammad Kaharuddin I. Gusti Amin kemudian diangkat menjadi Datu Taliwang.
Periodesasi ketiga kedatangan Bangsawan Banjar ke Taliwang adalah saat Gusti Amin menjadi Datu Taliwang. Dimana Gusti Mesir Abdurrahman dan Gusti Aceh yang keduanya merupakan putra dari Pangeran Datu Aria atau cucu dari Sultan Banjar Tahmidullah menuju Taliwang.
Gusti Mesir Abdurrahman dinikahkan dengan Karaeng Bontomasugi Datu Ponto Paja, anak tiri dari Sultan Muhammad Kaharuddin I (putri permaisuri I. Sugiratu Karaeng Bontoparang dengan suami pertama keturunan bangsawan Gowa Ahmad Daeng Mamarro Karaeng Bontolangkasa).
Sepeninggal I. Sugiratu Karaeng Bontoparang Sultanah Siti Aisyah, Tana Samawa bersepakat mengangkat Gusti Mesir Abdurrahman yang telah diberi gelar adat Datu Pangeran sebagai Sultan Sumbawa dengan gelar Yang Mulia Dewa Masmawa Sultan Djalaluddin II. Setelah pengangkatan Gusti Mesir Abdurrahman Datu Pangeran Anom maka saudara beliau Gusti Aceh diangkat sebagai Datu Taliwang, Kemudian Sepeninggal Gusti Aceh sebgai Datu Taliwang kemudian diangkat dari keturunan langsung Dinasti Dewa Dalam Bawa yakni Dewa Mappaconga Mustafa yang menjadi Datu di Taliwang. Dewa Mappaconga Mustafa kemudian menjadi Riwa Batang dari Sultan Sumbawa, Sultan Machmud yang diangkat sebagai Sultan pada usia 9 tahun.
“ Sejak masa kerajaan dahulu atau sekitar abad ke 17, penduduk yang mendiami suatu daerah telah berbaur dengan daerah lain. Bugis, Makasar, Bali dan sebagainya. Oleh karenanya tidak asing bagi sebuah daerah, termasuk NTB dan Khususnya di Sumbawa, terkenal dengan banyak suku termasuk diantaranya Banjar,” demikian cerita Raja Banjar Pangeran Khairul Saleh kepada media ini, yang dikutip dari berbagai sumber sejarah dan disampaikan dengan gaya santun oleh Raja sekaligus Bupati Banjar tersebut.(Kn-01)
Komentar