Sumbawa, KabarNTB – Pengurus Cabang Ikatan Bidan Indonesia (PC IBI) Sumbawa, berharap bersama pemerintah saling mendukung dalam rangka penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Selain itu IBI melalui penasehat, Hj. Emma Nursiani, menyebutkan sesuai visi misi IBI ingin dimatchingkan dengan visi misi Bupati Sumbawa. Sambung Emma Nursiani, IBI telah membuat planning untuk bertemu dengan jajaran biroktat dan turun ke ranting-ranting untuk memberikan pembinaan.
“Komitmen bersama IBI sebenarnya dari awal beliau sebelum menjadi Bupati sampai sekarang menjadi Bupati,” kata Emma Nursiani, seusai bertemu Bupati Sumbawa, HM. Husni Jibril, di ruang kerjanya, Senin (07/03/2016).
Sementara itu, Ketua PC IBI Sumbawa, Ummi Kalsum, menjelaskan, di samping bersilaturrahmi dengan Bupati, pihaknya juga berkonsultasi dan meminta pengarahan terkait eksistensi IBI. Ada beberapa tantangan yang dihadapi, mulai dari jumlah Bidan yang mencapai 795 dengan status PNS hanya 200 dan sisanya masih sukarela dan tingkat pendidikan yang rata-rata masih D3.
“Hal itu merupakan sesuatu tantangan bagi kami terutama dalam menghadapi era globalisasi dan MEA. Tentu perlu ada peningkatan kapasitas, karena kita juga tidak mau tinggal diam. Bidan itu haru cerdas intelektual, emosional dan spiritual,” sebutnya.
Ummi memaparkan, program pemerintah diharapkan sejalan dengan program IBI dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat. Hanya saja pada pelaksanaanya IBI mengalami permasalahan, terutama persoalan anggaran.
Beberapa masalah yang terjadi, pada Bidan di Rumah Sakit dan Puskesmas kebanyakan tenaga sukarela dibandingkan dengan PNS yang 200 orang dan PTT 157 orang. Sementara beban kerja mereka hampir sama atau sama dengan PNS, tapi mereka belum tersentuh dengan pelatihan peningkatan kapasitas.
“Yang turun ke Dikes hanya pelatihan Bidan PTT dan PNS. Oleh karena itu kami berharap ada pelatihan mandiri,” kata Ketua IBI.
Kemudian sambungnya, tantangan berikutnya berupa angka kematian ibu dan angka kematian anak masih tinggi. Tentu menjadi PR dan perhatian Bidan, meski trendnya sudah bergeser yang tadinya di Puskesmas tapi sekarang di Rumah Sakit. Artinya, Bidan di lapangan sudah dapat menapis mana kasus yang bisa ditangani atau mana ibu hamil yang harus dirujuk dan butuh pertolongan ahli atau bidan specialis.
Persoalan lainnya, dalam hal melaksanakan kegiatan terhambat sarana mobilisasi untuk bintek ke Desa. Di samping itu, IBI berharap ada bantuan untuk melanjutkan pendidikan para Bidan yang masih D3 dalam rangka menjawab tantangan MEA. (K-K)
Komentar