KabarNTB, Sumbawa Barat – Bupati Sumbawa Barat mempertanyakan komitmen Pemerintah Provinsi NTB dalam.mendukung perkembangan olahraga sepak bola di daerah ini.
Bupati menyatakan, mendukung kemajuan sepakbola sebagai olahraga rakyat, tidak sekedar dengan retorika, tetapi harus dengan gerakan dan upaya nyata.
“Kalau hanya retorika semua orang bisa. Tapi gerakan nyatanya seperti apa, itu yang terpenting,” kata Bupati saat membuka Kongres Luar Biasa (KLB) Asosiasi Kabupaten (Askab) PSSI Sumbawa Barat, di Taliwang, kamis 28 September 2017.
Pernyataan Bupati yang juga Ketua Klub Persatuan Sepakbola Kemutar Telu (PSKT) itu, menanggapi fakta bahwa hingga sekarang hadiah turnament sepakbola piala gubernur NTB tahun 2015 yang dilaksanakan oleh Asprov PSSI NTB hingga saat ini belum juga diberikan oleh panitia. Saat ini PSKT keluar sebagai runner up (juara 2).
“Bagaimana sepakbola NTB mau maju, kalau hal-hal seperti ini tidak bisa diatasi,” cetusnya.
Piala Gubernur NTB, 2015 diikuti oleh klub-klub terbaik dari seluruh kabupaten/kota di NTB.
Ketua Harian PSKT KSB, Manurung Young mengungkapkan, sesuai surat undangan yang dikirim panitia kepada klub, tournament tersebut akan memperebutkan hadiah puluhan juta.
“Di undangan tertulis jumlah hadiah, untuk juara 1 sebesar Rp 25 juta, juara 2 Rp 20 juta danjuara 3 Rp 18 juta. Tapi sampai sekarang hadiah tersebut tidak diberikan oleh panitia,” ungkap Manurung.
Alasan panitia saat itu, katanya, hadiah itu akan dianggarkan di APBD Perubahan NTB tahun 2016. Tetapi ternyata juga tidak ada. Ia mengaku sempat mengecek pengalokasian anggaran itu melalui Bappeda NTB dan mendapat jawaban tidak dialokasikan.
“Jadi sampai saat ini meski sudah sekitar dua tahun lewat, hadiah itu tak kunjung diserahkan ke klub,” timpalnya.
Yang menjadi keberatan klub, kata Manurung, bukan soal nilai hadiah itu yang tidak seberapa dibandingkan biaya yang mesti dikeluarkan masing-masing klub untuk mengikuti tournament itu. Tetapi kondisi saat ini sama dengan pihak panitia tidak menghargai upaya klub untuk mengembangkan diri melalui kompetisi – kompetisi yang jujur dan bertanggungjawab. Juga mencerminkan tidak adanya dukungan untuk kemajuan sepabola NTB secara umum.
“Padahal semua klub saat itu mendaftar dengan biaya Rp 10 juta. Jadi Kalau ditotal dengan 9 klub yang ikut kompetisi, uang pendaftaran saja mencapai Rp 90 juta, lebih besar dari hadiah yang mesti dikeluarkan panitia,” katanya.(EZ)
Komentar