1.751 Ekor Ternak Telah Dilayani dalam Program Upsus SIWAB di KSB

KabarNTB, Sumbawa Barat – Sampai saat ini, sebanyak 1.751 ternak di Kabupaten Sumbawa Barat telah di inseminasi (menjadi akseptor) dalam program Upaya Khusus Sapi Kerbau Indukan Siap Bunting (Upsus SIWAB) tahun 2018.

Koordinator Inseminasi pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) KSB, drh. Hendra Zakariah mengatakan, tahun ini merupakan tahun kedua pelaksanaan Upsus SIWAB di KSB.

“Tahun 2017 lalu, KSB ditargetkan sebanyak 2.000 akseptor (ternak penerima inseminasi), yang terealisasi sebanyak 1.754 ekor. Sementara angka pelayanan sebanyak 2.313 kali, karena untuk satu ekor ternak belum tentu bisa langsung bunting hanya dengan satu kali pelayanan. Dari jumlah itu, sebanyak 1.228 (70 persen) bunting, sedangkan angka lahir mencapai 982 atau 80 persen dari total jumlah akseptor yang bunting,” ,” jelasnya, Kepada KabarNTB, Rabu 15 Agustus 2018.

Kegiatan inseminasi yang dilaksanakan tim inseminator dari Distanbunak KSB dalam program Upsus SIWAB 2018

Hendra mengakui, secara nasional target akseptor program yang dibiayai APBN tersebut tahun 2018 ini menurun, termasuk di NTB. Tahun  2017 jumlah akseptor di NTB sebanyak 149.995 ekor. Sementara tahun ini, turun menjadi 85.000 akseptor.

“Penurunan ini bukan karena populasi ternak kurang, tapi karena memang kuota jumlah akseptor yang diberikan Pusat turun. Mungkin karena anggaran yang tidak memadai,” urainya.

Sementara untuk KSB sendiri, kuota akseptor untuk tahun ini masih tetap sama dengan tahun 2018, yakni sebanyak 2.000 akseptor. Hanya saja yang menjadi kendala adalah terlambatnya distribusi bull (semen beku). Sampai dengan agustus ini, yang sudah diterima untuk jenis sapi bali baru 1.000 dosis. Sedangkan untuk bull diluar sapi bali yang diterima baru sebanyak 672 dosis.

Disatu sisi, animo peternak di KSB cenderung mengalami peningkatan, karena umumnya peternak tertarik setelah melihat keberhasilan program yang  dilaksanakan tahun sebelumnya.

“Jumlah dosis ini sangat kurang. Ini menjadi salah satu kendala yang kita hadapi. Begitu juga dengan sarana prasarana lain sebagai penunjang kegiatan inseminasi seperi plastic seed,” timpalnya.

Kendala lain yang dihadapi adalah jumlah petugas pemeriksa kebuntingan yang tidak sebanding dengan jumlah inseminator. Saat ini jumlah petugas pemeriksa kebuntingan hanya 4 orang, sementara jumlah inseminator sebanyak 11 orang.

“Kesiapan masyarakat pemilik ternak di lapangan juga menjadi kendala. Ini yang menjadi penyebab terjadinya keterlambatan,” jelas Hendra.

Meski demikian Ia menyatakan optimis, target jumlah akseptor dalam program Upsus SIWAB di KSB tahun 2018 ini bisa tercapai, mengingat realisasi yang telah berhasil dicapai sampai saat ini sudah melampaui 50 persen dari target.

Selain jenis sapi bali, jenis-jenis sapi yang dominan digemari dalam program inseminasi buatan oleh para peternak di KSB antara lain limosin, simental dan brahman.(EZ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses