Hadapi Musim Tanam I, Bidang SDA Optimalkan Pembersihan Jaringan Irigasi Kalimantong

 

KabarNTB, Sumbawa Barat – Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Permukiman dan Perumahan (DPUPRPP) KSB berupaya maksimal untuk mendistribusikan air bagi petani dari bendungan kalimantong I yang mengalami penyusutan debit air.

Upaya yang dilakukan adalah dengan mengoptimalkan pembersihan saluran jaringan irigasi dan penggalian sedimentasi, serta perambasan dalam jaringan irigasi (DI) Kalimantong I yang sudah satu tahun tidak ditagani.

Bendungan Kalimantong 1 di Kecamatan Brang Ene, salah satu sumber air irigasi pertanian di Sumbawa Barat

“Kondisi jaringan irigasi Kalimantong i sangat parah, itu yang saat kita optimalkan agar bisa memenuhi kebutuhan air petani,” ujar Kabid SDA PUPRPP KSB Ahmad Sapwan.

Meski secara kewenangan Kalimantong I merupakan milik Pemprov NTB, namun Pemda Sumbawa Barat, memiliki tangung jawab moral terhadap kesiapan sarana penunjang pertanian tersebut. Sebab yang merasakan manfaatnya adalah warga masyarakat Sumbawa Barat.

Selama ini kondisi aset Pemprov NTB di KSB itu, sudah sering disampaikan ke Pemprov NTB agar bisa segera ditangani. Namun hal itu tidak ditindaklanjuti.

“Pemda Sumbawa Barat bertangung jawab dan berkomitmen menyediakan sarana dan prasarana pendukung sektor pertanian secara optimal,” kata Sapwan.

Sementara itu, berdasarkan pemantauan Bidang SDA di lapangan, musim tanam pertama tahun ini diperkiran bergeser dari jadwal yang telah disepakati pada sidang komisi irigasi beberapa waktu lalu.

Menurut Ahmad Sapwan, kesepakatan sidang komisi irigasi, pembagian air irigasi Daerah Irigasi (DI) Kalimantong I dan II akan dimulai pada minggu terakhir bulan November tahun 2018.

Namun, rencana itu bergeser karena faktor alam yang kurang mendukung. Penyebabnya, intensitas dan curah hujan tahun ini sangat kurang atau tidak mendukung, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Sebagian besar petani dibagian hulu DI kalimantong I dan II saat tanam musim tanam pertama tahun lalu, tidak mengandalkan air irigasi. Karena ditunjang curah hujan yang cukup tinggi. Kondisi itu berbanding terbalik musim tanam pertama tahun ini curah hujan sangat minim. Dengan kodisi ini, sebagian besar petani wilayah DI Kalimantong I hingga saat ini belum menanam padi,” ungkapnya.

Minimnya curah hujan itu, tidak hanya berdampak pada bergesernya jadwal tanam, tapi juga mengakibatkan debit air embung Kalimantong I berkurang.(EZ)

Komentar