Keindahan Air Terjun Ai’ Mual
Oleh : IYUDHISTIRA
Alunan musik bergenre indie, tak selalu menghadirkan kedamaian. Bisikan air yang menerpa tebing tak begitu tinggi, ditingkahi percikan air yang jatuh membasahi bebatuan di sekitar air terjun, tentram tak terbantahkan.
Pagi itu, saya bersama Syamsul, seorang staf di Dinas Pariwisata Sumbawa Barat, Sabtu (4/12) berangkat menuju Air Terjun Ai’ Mual. Salah satu destinasi wisata alam di Desa Bangkat Monteh, Kecamatan Brang Rea, Sumbawa Barat. 20 kilometer ke arah timur Kota Taliwang.
Sepanjang perjalanan selama 30 menit, hawa dingin khas desa lembah berkabut tipis, menembus jaket yang kami kenakan. Rimbun pohon jati di kiri kanan jalan beraspal mulus, seakan menjadi payung alami sebelum lokasi parkir kendaraan.
Di area parkiran, tak ada bangunan maupun papan penunjuk. Hanya sebidang tanah lapang dipinggir jalan yang berseberangan dengan kebun warga sebagai tanda bahwa kami sudah sampai tujuan.
Seketika sayup terdengar gemuruh suara deras air terjun, menggelitik telinga dan jiwa adventure kami untuk segera bercengkerama dengannya. Karena memang, lokasi air terjunnya tak jauh dari tempat parkir kendaraan.
Air Terjun Ai’ Mual namanya. Oleh penduduk setempat, “Ai’ Mual” diartikan sebagai air yang muntah karena airnya tak pernah kering walupun musim kemarau.
Jarak menuju air terjun dari area parkiran, ternyata hanya sejauh 50 meter. Namun harus menembus semak dan menelusuri jalan setapak yang kadang tak nampak, cukup curam serta licin.

Kami langsung disambut dengan air yang berwarna hijau tosca, seakan-akan menghipnotis untuk menceburkan diri dan bermain di dalamnya.
Air Terjun Ai’ Mual memiliki 2 Air Terjun dengan karakteristik yang hampir sama. Air terjun pertama ukurannya tak begitu besar dan tak terlalu tinggi. Batuan alam sejak ribuan tahun lalu itu, berdiri kokoh dan indah terpahat aliran air yang mengalir cukup deras meluncur turun dari atas dan membentuk sebuah kolam di bawahnya. Tempias air cukup terasa saat berdiri didekatnya.
Dingin menusuk tulang, kala mencelupkan kaki di ke dalam air yang mengalir secara teratur melewati celah-celah bebatuan dan menuruni undakan-undakan membentuk kolam-kolam kecil berwarna hijau tosca, menghipnotis kami untuk menceburkan diri dan bermain air didalamnya.

Tak jauh dari air terjun pertama, air terjun kedua lebih menarik. Tingginya sama, tapi lebih lebar dengan kolam yang lebih besar. Di bawah air terjun, terdapat sebuah ruangan menyerupai goa dengan stalaktit-stalagmit seakan mengintip dibalik air yang menyelimutinya.
Vegetasi di sekitar Ai’ Mual, masih perawan. Pohon-pohon besar menjulang tinggi, menutupi keindahan air terjun berkarakteristik mirip dengan air terjun Mata Jitu di Pulau Moyo, Sumbawa itu. Ai’ Mual cukup ramai dikunjungi wisatawan, tampak dari sampah yang ditinggalkan pengunjung di beberapa titik dekat air terjun.
“Ingat, jangan mengambil apapun selain foto, dan jangan meninggalkan apapun selain jejak langkah kaki” ujar Syamsul tiba-tiba mengejutkan saya sembari menyodorkan air minum.
Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 11.00 siang. Kami pun kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa kali kami sempat mengambil foto persawahan yang baru selesai dibajak. Mata kami tertarik kepada sekumpulan ibu-ibu yang sedang asik menamam padi di sebuah petak sawah pinggir jalan.
(bersambung)
Komentar