Mantan Guru Bicara Tentang Haji Firin (1): Sosok Cerdas dan Berani

Sosok Dr Ir HW Musyafirin MM (Haji Firin) meninggalkan kesan sangat mendalam bagi para guru yang sempat mengajar Bupati Sumbawa Barat dua periode itu saat menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka menilai Haji Firin adalah sosok yang cerdas dan berani.

***

Kebanggaan seorang guru adalah ketika bekas anak didiknya sukses dalam bidang yang ditekuni. Itu pula yang dirasakan Abdul Halim Muhammad, pensiunan guru SD yang mengaku bangga bekas anak didiknya, Haji Firin, sukses sebagai birokrat dan juga politisi.

Abdul Halim yang kini berusia 74 tahun dan menghabiskan masa pensiunnya di Taliwang, menjadi salah satu guru yang mengajar di SDN 1 Desa Beru Kecamatan Brang Rea, Sumbawa Barat, tempat Haji Firin menempuh pendidikan dasar.

Suatu hari, saat Abdul Halim yang baru diangkat menjadi guru sedang mengajar di kelas 4. Dari kelas sebelah (kelas 3), ia mendengar perdebatan antara guru yang sedang mengajar pelajaran bahasa Indonesia dengan seorang siswa. Perdebatan itu tentang penggalan kata yang merubah makna suatu kalimat. Ia kemudian mencari tahu siapa siswa itu.

“Ternyata Haji Firin, dia adu argumentasi dengan gurunya. Dari situ saya jadi tahu, dia murid yang cerdas, berbakat dan berani,” ungkap Abdul Halim yang ditemui di kediamannya di Kelurahan Kuang, Taliwang.

“Tak mungkin seorang murid berdebat dengan gurunya terkait pelajaran, kecuali murid itu pintar dan berani,” imbuhnya.

Kolase : Abdul Halim Muhammad dan Ibu Muslinah, dua orang mantan guru HW Musyafirin saat menempuh pendidikan dasar di SDN Desa Beru, Kecamatan Brang Rea, Sumbawa Barat

Pengakuan serupa juga diungkap Ibu Muslinah. Wanita yang sekarang berusia 84 tahun tapi secara fisik masih segar bugar itu pensiun sebagai guru pada 1998. Sejak pertama diangkat menjadi guru hingga pensiun, Ibu Muslinah yang lahir di Sumbawa menetap di Desa Beru.

Tidak banyak siswa yang ia ingat semasa mengajar di SDN Desa Beru di tahun 70-an. Namun sosok Haji Firin sangat melekat di memorinya. Di masa itu, seorang guru ditugaskan sebagai guru kelas dan mengajar untuk semua mata pelajaran.

“Beliau murid yang pandai dan cepat menangkap pelajaran,” sebutnya.

Hal lain yang melekat dalam ingatan Ibu Muslinah adalah sosok Haji Firin yang tidak pernah lupa terhadap guru-gurunya.

“Beberapa tahun lalu, dalam sebuah acara, dihadapan banyak orang yang hadir beliau menyebut saya sebagai gurunya. Tidak banyak orang, apalagi setelah menjadi orang besar yang bisa bersikap demikian. Beliau juga dekat dengan suami saya dan kerap mengunjungi kami kesini,” katanya bangga.

Sementara Ibu Nurkiyah Aswin, menyebut Haji Firin sebagai murid luar biasa. Mantan guru yang telah pensiun tahun 2015 itu, kini menetap di desa kelahirannya di Tepas Kecamatan Brang Rea. Ia mengingat Haji Firin sebagai siswa dengan perawakan kecil tapi gesit yang selalu aktif dalam belajar maupun kegiatan lainnya di sekolah.

Saat itu Ibu Nurkiyah Aswin berstatus sebagai guru yang baru lulus dan sedang menunggu SK pengangkatan dari Pemerintah. Sementara SK belum terbit Ia ditempatkan untuk mengabdi di SDN Desa Beru dan salah satu muridnya adalah Haji Firin.

“Saya mengajar beliau setahun di kelas 4. Beliau memang murid yang luarbiasa, cerdas di semua mata pelajaran dan selalu juara. Mungkin karena keturunan orang-orang cerdas. Hapalannya tentang pelajaran juga sangat kuat. Sekali saja diajar langsung terekam,” ungkapnya.

Ayah Haji Firin sendiri adalah seorang guru yang ditugaskan sebagai kepala sekolah di sekolah yang sama. Tapi satu hal yang mesti menjadi pelajaran bagi siswa jaman sekarang adalah sikap hormat seorang murid terhadap gurunya.

Di masa lampau, seorang murid sangat menghormati gurunya. Tidak ada murid yang berani melawan gurunya seperti jaman sekarang. Itu pula yang dialami dan dilakukan Haji Firin. Meski anak kepala sekolah, ia tetap mendapat perlakuan sama seperti murid lain dan tetap bersikap hormat kepada para guru-gurunya.

Ibu Nurkiyah Aswin lalu bercerita ketika pertama bersua dengan Haji Firin setelah sekian tahun tak bertemu. Saat itu Haji Firin telah menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) dan akan berangkat menunaikan ibadah haji bersama isterinya Hj Hanipah Musysfirin. Kebetulan saudara lelaki Ibu Nurkiyah Aswin berangkat haji bersamaan.

“Di acara syukuran haji itulah saya didekati dan beliau bilang ke isterinya bahwa saya adalah gurunya. Yang paling berkesan setelah beliau menjadi Bupati, ketika anak saya dilantik menjadi kepala desa bersama puluhan kepala desa lainnya. Beliau meminta ajudannya memanggil saya keatas panggung untuk foto bersama. Begitu hormat beliau kepada kami,” bebernya.

Satu lagi mantan guru yang pernah mengajar Haji Firin di sekolah dasar adalah Husain Ahmad. Ia mengajar Haji Firin di kelas 6 SD pada tahun 1974.

Ditemui di kediamannya di Desa Beru, Husain Ahmad yang saat ini berusia 82 tahun, mengaku sudah punya firasat bahwa suatu saat Haji Firin akan menjadi orang besar. Firasat itu terbukti, Haji Firin sukses dalam karirnya sebagai Birokrat dengan terpilih menjadi Sekda KSB (2011-2015) dan sukses menjadi Bupati (2015 hingga sekarang).

“Saya guru kelasnya dan mengajar semua pelajaran. Dia sangat cerdas dan anak yang baik,” ucapnya.

drh H Zaedun Abdullah, Tokoh Sumbawa yang pernah menjadi atasan langsung HW Musyafirin saat awal berkarir sebagai ASN

Perihal sosok Haji Firin yang cerdas dan berani juga diungkap Tokoh Sumbawa, drh H Zaedun Abdullah. Haji Zaedun pernah menjadi atasan langsung Haji Firin saat Sumbawa Barat masih menjadi bagian dari Kabupaten Sumbawa. Haji Zaedun saat itu adalah Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa dan Haji Firin adalah Kepala KCD (Kantor Cabang Dinas) Peternakan Kecamatan Taliwang.

Ia mengaku beberapa kali ingin mempromosi dan mengajak pindah Haji Firin ke kantor dinas di Sumbawa, tetapi selalu ditolak.

“Beliau berani mengambil keputusan menolak dan tetap berkarir di Kecamatan karena melihat peluang Sumbawa bagian barat kedepan,”.

“Beliau lalu total berjuang untuk pembentukan KSB (HW Musyafirin menjabat sebagai Sekretaris Komite Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat – KPKSB) dan perjuangan itu berhasil dengan terbentuknya KSB pada tahun 2003,” bebernya.

Dari pengalaman itu, Haji Zaedun mengaku mengetahui secara persis bahwa Haji Firin adalah tokoh visioner dan berani dalam mengambil keputusan.

“Ini menjadi modal sangat penting dalam memimpin, ditambah pengalaman lengkap sebagai birokrat yang telah mencapai level tertinggi dan pengalaman politik dua periode sebagai bupati yang telah teruji. Jadi beliau sangat layak mewakili masyarakat Pulau Sumbawa di kepemimpinan NTB,” cetusnya.(*)

Komentar