Detik-Detik Meninggalnya Pak Harto 6 Tahun Lalu

Jakarta, KabarNTB – Hari ini genap 6 tahun meninggalnya Presiden RI kedua Soeharto. Soeharto wafat pada Minggu, 27 Januari 2008 dan dimakamkan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.

Tidak sembarangan Soeharto memilih dimakamkan di tempat tersebut. Kecintaannya pada sang istri, Ibu Tien membuatnya Astana Giribangun dipilih sebagai tempat peristirahatannya yang terakhir.

Soeharto meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama 23 hari sejak 4 Januari lalu di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan. Pada pukul 13.10 WIB, Soeharto wafat dengan usia 87 tahun, disebabkan kegagalan ‘multiorgan’ di beberapa organ tubuhnya.

Sebelumnya tim dokter kepresidenan mengumumkan bahwa keadaan mantan Presiden Soeharto pada Minggu pagi sangat kritis, pernafasan dangkal dan 100 persen kembali diambil alih alat bantu pernafasan.

Ketua tim dokter kepresidenan, Marjo Soebiandono, menjelaskan sejak pukul 01.00 WIB keadaan kesehatan secara umum mantan orang nomor satu itu menurun, kemudian terjadi sesak nafas diikuti dengan tekanan darah yang juga menurun.

Pada pukul 13.10 WIB, Minggu, Tim Dokter Kepresidenan bersama dengan Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut) dan Siti Hedijati Hariyadi (Titik) menyatakan sendiri bahwa mantan Presiden Soeharto meninggal dunia.

“Innalillahi Wainalilahi Rojiun, telah wafat dengan tenang Bapak Haji Muhammad Soeharto pada hari Minggu 27 Januari 2008, pukul 13.10 WIB di RSPP Jakarta,” ujar dia.

Selanjutnya, Tutut menyatakan permintaan maaf dan berterimakasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang mendoakan ayahnya. Dia sempat mengucapkan Istiqfar sebanyak tiga kali sebelum menyatakan permintaan maafnya.

“Bapak kami telah dipanggil oleh Allah SWT. Kami atas nama keluarga mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada yang telah mendoakan Bapak selama ini,” ujar dia kepada wartawan.

Dia juga menyatakan permohonan maaf kepada siapa saja yang mendoakan atau yang datang menjenguk ke RSPP tidak dilayani oleh keluarga secara baik.

“Kami mohon jika ada kesalahan Bapak selama ini dimaafkan. Kami mohon doa restunya semoga perjalanan Bapak lancar selalu dilindungi Allah SWT diterima seluruh amal ibadahnya, diampuni segala dosanya, dan ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah SWT,” katanya.

Tutut mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu dalam doa dan derita.

Menurut pantauan di RSPP kala itu, masyarakat mulai mendatangi RSPP dan mencoba melihat jenazah mantan orang nomor satu di Indonesia tersebut. Wartawan terlihat panik dan berhamburan ke belakang rumah sakit untuk memastikan jenazah akan dibawa ke rumah kediaman Soeharto di Jalan Cendana Nomor 6 dan 8, Menteng, Jakarta Pusat.

Beberapa saat setelah RS Pusat Pertamina mengumumkan bahwa Soeharto meninggal dunia, Bupati Karanganyar saat itu beserta segenap Muspida langsung menggelar rapat. Dalam rapat yang khusus membahas persiapan pemakaman Soeharto itu juga dihadiri oleh Bupati Wonogiri, Begug Purnomosidi, juga Sukirno, pegawai Astana Giribangun.

Keesokan harinya, dilakukan upacara bedah bumi yang dipimpin langsung oleh Begug Purnomosidi di Astana Giribangun. Upacara kecil itu sebagai permohonan izin kepada Tuhan yang Maha Kuasa agar arwah HM Soeharto diterima. Setelah itu pun penggalian makam dimulai.

“Hantaman linggis yang pertama menghujam, disusul hantaman yang kedua. Tepat pada hantaman linggis yang ketiga tiba-tiba duarrrrrr. Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami,” ujar Sukirno dalam buku ‘Pak Harto Untold Stories’ halaman 344.

Sukirno yang kini menjadi juru kunci Astana Giribangun menyebut bahwa ledakan keras tersebut tidak mirip suara petir, melainkan lebih mirip suara bom. Namun di sekeliling Astana tidak ada yang porak poranda akibat ledakan keras tersebut.

Semua orang yang berada di Astana langsung menengadah ke atas mencari sumber dentuman keras atau mencari kerusakan. Namun ledakan tersebut hanya seolah bunyi keras yang tidak meninggalkan bekas.

“Alhamdulillah, ini mengisyaratkan bahwa Pak Harto benar-benar orang besar. Bumi mengisyaratkan penerimaannya terhadap jenazah beliau,” ujar Bupati Begug kala itu.

Liang kubur Soeharto telah disiapkan dan memang sudah ada sejak dulu. Hanya ditutup atau ditimbun pasir dengan panjang 2,5 meter, lebar 1,5 meter, dan kedalaman 2 meter. Di atas lubang itu, sudah ditutup dengan batu marmer, tetapi dengan mudah dapat dipecah lantaran sudah ada batasannya.

Sementara itu di halaman Astana Giribangun dan halaman parkir A di pasang beberapa tenda dan kursi. Jenazah Soeharto diterbangkan dari Jakarta menuju Solo pada hari Senin (28/1) pagi dan siangnya baru sampai di Astana Giribangun.

Karangan bunga ucapan belasungkawa sudah menghiasi halaman parkir B Astana Giribangun, di antaranya berasal dari Kapolri, Kapolda Jateng, Pangdam IV/Diponegoro, Bupati Karanganyar, Gubernur Jateng, dan lain-lain.

Sumber: Merdeka.com

iklan

Komentar