TAJUK – REDAKSI KABARNTB
Pesta Demokrasi lima tahun sekali dalam memilih Calon Legislatif (Caleg), mulai dari DPR pusat hinggga daerah berakhir sudah.Dalam pemilihan Umum (Pemilu) ini kecendrungan rakyat mengedepankan memilih figure Caleg ketimbang Parpol.
Entah dari Parpol mana saja dengan ideology apapun, ketika figure yang merasa “pantas” dipilih maka rakyat menentukan Parpol tersebut sebagai pilihan sekaligus.
Hal ini tercermin dari berbagai atribut dimasa Kampanye dan tahapan sebelum memilih, di sejumlah rumah nampak jelas dukungan terhadap Caleg dan Parpol itu berbeda antara DPRD Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Kadangkala 3 tanda gambar beda Parpol sekaligus lengket sebagai bentuk identitas dukungan rakyat di tempatnya masing-masing.
Rakyat tidak sepenuhnya disalahkan jika hal ini menjadi masalah bagi Parpol, dan sebaliknya Parpol kurang mem-berikan pendidikan politik bagi rakyat, hal ini nampaknya menjadi kendala utama dalam dunia politik kita.
Sejatinya Parpol dan segenap perangkatnya itu adalah organisasi politik yang akan mengatur tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan organisasi social yang akan membagikan sesuatu kepada rakyat terlebih pada moment menjelang Pemilu.
Namun kadangkala hal ini kerap terjadi, kecendrungan sejumlah Caleg tertentu itu sendiri menggiring perubahan peran dari parpol menjadi organisasi social, money politik pembagian berbagai bentuk material sesaat menjadikan rakyat ikut larut dalam dinamika yang tidak semestinya.
Dinamika ini entah siapa yang memulai, Caleg yang haus akan kekuasaan atau rakyat yang memang membutuhkan sesuatu yang sifatnya sesaat.Bagi rakyat mendukung siapa yang pantas di dukung dengan berbagai embel-embel lantas pantaskah untuk disalahkan.
Akibatnya bagi Caleg tertentu satu sama lain mengikat hati rakyat ternyata pada akhirnya menjadi sesuatu yang tidak mudah, ditengah persaingan dibutuhkan berbagai cara dan strategi dari yang wajar hingga tak wajar. Parpol pun menjadi kelimpungan ketika melihat fakta antara satu suara pada jenjang DPRD Daerah, Propinsi dan Pusat itu hasilnya berbeda.
Menang terhormat dan kalahpun terhormat sepantasnya inilah kalimat yang semestinya selalu menjadi semangat dalam berkompetisi. Kalimat ini mudah namun berat jika ada motif tertentu dan cara yang tidak wajar dalam bertarung merebut simpati rakyat.
Semuanya telah berlalu, rakyat telah menentukan pilihannya, Bagi yang menang tugas berat Parpol dan segenap Calegnya kedepan adalah bagaimana membangun sinergi dalam melaksana-kan pembangunan, pengawasan dan pemberdayaan yang bermuara kepada kesejahteraan rakyat.
Bagi yang kalah tak perlu disesalkan, pengabdian itu tidak hanya sebatas menjadi wakil rakyat di parlemen namun bermanfaat bagi orang lain dalam berbagai aspek kehidupan itulah sejatinya kehidupan sukses. Wallahualam.
Komentar