Bisnis Scrab NNT Diduga Menjadi Sarana Pembiayaan Caleg

 

Sumbawa Barat, KabarNTB – Bisnis Scrap (Limbah) PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) diduga menjadi sarana pembiayaan oknum Caleg tertentu yang dilakukan Mangemen perusahaan ini.

Puncaknya, muncul setelah General Supervisor SR Newmont, Kris Kardi menerbitkan surat penunjukan pemenang pembeli sedikitnya 7500 ton pipa HDPE dan 8000 ton karet Konveyor kepada PT Janur Panca Putri perusahaan lokal setempat.

‘’Wajar saya minta tolong dengan mereka (management Newmont). Selama ini saya bekerja dan berkontribusi. Saya sudah koordinasi dengan H. Syarifuddin Djarot dan Rahmat Makasau, makanya saya  cari pembeli pipa itu,’’kata, Kris Kardi dihadapan sejumlah wartawan, di Maluk, belum lama ini.

Kardi dalam wawancara awal dengan wartawan mengatakan, surat itu ia keluarkan atas koordinasi dan persetujuan dua pejabat Newmont itu. Dana itu ia butuhkan untuk kepentingan kampanye  Caleg dan partai. Bahkan ketika wartawan menanyakan legalitas surat penunjukkan itu, Kardi yang juga Caleg terpilih dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) daerah pemilihan III Jereweh, Maluk Sekongkang itu menantang Newmont untuk memecatnya.

‘’Kalau surat itu tidak benar kenapa Newmont tidak pecat saya,’’ kata Sukardi polos.

Sebelumnya, M. Saleh Komisaris PT Janur Panca Putri mengakui didatangai Kris Kardi sekitar dua minggu sebelum pemilu legislatif berlangsung. Kris meminta bantuan dana DP pipa HDPE sambil menunjukkan surat penunjukkan pemenang tersebut.

‘’Ketika itu dia  bilang (Kris) dia butuh dana unutk kampanye. Makanya ia jual pipa ini. Tapi saya belum percaya dulu, dan saya minta Kris bertemu dengan H. Syarifuddin Jarot utuk memastikan bisa mendapatkan pembelian pipa HDPE itu,’’terangnya.

Malam sekitar tanggal 9 Maret, M. Saleh mengaku mendatangi Manager Eksternal H Syarifuddin Djarot bersama Kris Kardi bersama seorang sopir Kris.

‘’Kami diterima dirumahnya, di Town Site. Disana Jarot membenarkan bahwa ada pipa HDPE sebanyak 7500 ton dan karet konveyor 8000 ton. Lantas H. Jarot mengucapkan siap mengatur proses itu,’’terang, Saleh.

Akhirnya, menurut Saleh pada tanggal 11 Maret merujuk dari pertemuan dengan H. Jarot ia memberikan DP pembelian HDPE sebesar Rp 100 Juta. Baru selanjutnya pada tanggal 5 April 2014 Kris Kardi meminta tambahan dana DP, sebesar Rp 55 juta kembali.

‘’Dua puluh juta diberikan untuk pembayaran artis pada saat Kampanye PDI-P yang dihadiri ketua PDI-P, Rahmat Hidayat, persis dirumah Suryati yang juga Caleg PDI-P,’’ujar, Saleh lagi.

Ketika masalah dikonfirmasi kepada H. Jarot, Jarot membantah seluruh tuduhan itu. Jarot berulang kali mengatakan, Newmont tidak terlibat dalam penunjukkan pemenang scrap tanpa tender. Ia bahkan mengatakan, telah memanggil Kris Kardi dan mengatakan Kris tidak tahu menahu surat tersebut.

Ia mengatakan, Jarot malah mengatakan surat itu dibuat orang lain bukan Kris. Ketika disinggung bahwa ada rekaman suara yang berisi pengakuan Kris soal persetujuan dirinya dalam penjualan scrap unutk mendukung kampanye pencalekannya, Jarot langsung menyebut rekaman itu rekaman bohong.

‘’Ah itu rekaman bohong, tidak ada persetujuan atau keterlibatan pak Rahmat Makasau. Itu masalah pribadi Kris Kardi sendiri,’’demikian, Jarot.

Sementara itu, Senior Manager Eksternal Relation NNT, Rahmat Makasau dihubungi media mengatakan tidak ada penjualan scrab saat ini, jika nantinya ada maka akan dilelang sesuai prosedur.Menyinggung tentang keterlibatan Newmont dalam politik, Rahmat menegaskan dalam politik posisi NNT selalu netral.

Sementara, dugaan keterlibatan Newmont dalam partai politik atau caleg tertentu ditanggapi Jaringan LSM dan tokoh muda Seteluk, Kamaruddin. Ia meminta indikasi keterlibatan perusahaan asing dalam perpolitikan nasional harus diusut.

‘’Ini sangatlah berbahaya bagi kelangsungan ketahanan nasional. Jangan  sampai inviltrasi asing akan merusak segala sendi kehidupan berdemokrasi, bangsa dan bernegara kita. Saya mendesak aparat penagak hukum menginvestigasi ini,’’terangnya.

Kamaruddin sekali menegaskan, dugaan yang munculkan media massa bisa saja merupakan potret bentuk campur tangan asing, baik peroroangan atau lembaga yang justru menggunakan tangan tangan orang primbumi. Sekali ia menegaskan kondisi ini sangat berbahaya. (Kn-01)

Komentar