Sahabat Bumi : ” Pohon Untuk Kehidupan “

 

Menuju Agrowisata, “Sahabat Bumi” Giatkan Penghijauan dan Penanaman Hutan Buah Untuk mencapai keseimbangan dalam hidup, manusia harus selaras dengan alam sebagai ruang kosmologinya. Alam dan lingkungannya merupakan anugerah Tuhan yang mau tak mau harus diperlakukan dan dijaga dengan semestinya, karena menjadi sumber penunjang dalam kehidupan.

Sayangnya, tak dapat dimungkiri jika usia bumi yang sudah ribuan tahun tak dibarengi dengan kesetiaan manusia untuk menjaganya. Lihat saja berbagai persoalan lingkungan seperti kebakaran hutan, penggundulan, yang menjadi penyumbang bencana terbesar dalam pemanasan global. Kegagalan konsep industrialisasi kehutanan yang populer semenjak tahun 1960 an, dan berbasis kayu menyebabkan terganggunya kelestarian hutan.

Eksploitasi secara besar – besaran menyebabkan degradasi hutan dan menimbulkan berbagai masalah seperti kemiskinan, deforestasi, dan ketimpangan sosial. Di Era Reformasi, hal ini mulai disadari seiring nilai hutan yang mulai menurun.

Perencanaan pembangunan kehutanan juga mengalami pergeseran dari “Timber Based Management menjadi Ecosystem Based Management”, yaitu selain sebagai penopang pertumbuhan ekonomi nasional, juga merupakan sistem penyangga kehidupan.

Tak terkecuali dengan Kabupaten Sumbawa Barat yang memiliki kekayaan alam, dikelilingi oleh hutan dengan berbagai macam potensi, termasuk tambang yang sedang dieksplorasi besar-besaran. Namun, masih banyak sumber daya yang yang lebih menjaga keasrian hutan belum tersentuh dan butuh penanganan/pemanfaatan dari pemerintah dan pihak swasta untuk dapat mengembangkannya.

Atas keprihatinan inilah, Sahabat Bumi (SB), muncul sebagai lembaga yang concern pada lingkungan dan keberlangsungannya. SB memiliki falsafah dasar bahwa manusia adalah Sahabat bagi bumi. Hal ini merupakan pengejawantahan dari “Manusia Adalah khalifah di Bumi”. Bumi secara universal adalah semua rangkaian kehidupan baik itu manusia dan alam sekitarnya.

Manusia dengan ilmunya dapat mengatur alam, bahkan dapat menguasainya karena ia merupakan khalifah diatas bumi dan merupakan alat perantara bagi kehendak-Nya. Untuk mengelola lingkungan khususnya hutan, SB melibatkan masyarakat lokal untuk memberikan jaminan keberlanjutan fungsi ekologi, produksi, fungsi sosial, dan ekonomi. Masyarakat lokal memiliki sejumlah pengetahuan atau kearifan lokal sebagai hasil pembelajaran dan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan alaminya dalam jangka waktu yang panjang.

Lembaga Sahabat Bumi menyadari bahwa kebijakan pembangunan kehutanan harus beralih dari sentralistik menjadi desentralistik yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama. Peningkatan partisipasi masyarakat baik dalam kebijakan dan pengelolaan sumber daya hutan diyakini dapat mencegah dan menanggulangi kerusakan hutan. Oleh karena itu, muncullah konsep Agrowisata, sebagai gagasan dari kawan – kawan yang terlibat aktif dalam Lembaga Sahabat Bumi sejak beberapa tahun yang lalu.

Gagasan ini mengerucut menjadi sebuah kegiatan riil melalui kegiatan “Penghijauan dan Penanaman Hutan Buah” bertajuk “Pohon untuk Buah”. Keberadaan Hutan Buah kedepan diharap mampu memberi tambahan nilai – nilai sosial, budaya, pendidikan dan ekonomi bagi masyarakat di sekitar kawasan hutan. Kegiatan bertajuk “Pohon untuk Buah” ini akan dilaksanakan pada Selasa mendatang (16/02) di Hutan Batu Rea Desa Banjar, Kecamatan Taliwang, dengan luasan sekitar 15 hektar. Jenis tanamannya antara lain pohon Beringin, Mahoni, Sengon, Sonokling, Kayu – kayu lokal, Durian, Kelengkeng , Sawo, dan lain-lain. Untuk kegiatan ini, Sahabat Bumi menggandeng beberapa elemen dengan kisaran sekitar 100 peserta, berasal dari Dishutbuntan KSB, PT NNT, PLN, PT Tugu Mas Yamaha, PDAM, dan beberapa kelompok masyarakat antara lain Komunitas Literasi Anorawi (KLA), Paud Sahabat Bumi, K-Link, Vespa Taliwang Club, Backpackers Not Beka-Beka, dan Kelompok Wanita Tani Sahabat Tani.

Dengan melibatkan berbagai elemen ini, Sahabat Bumi berharap agar kegiatan ini bisa menjadi langkah awal menuju Agrowisata, media pendidikan lingkungan, serta mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain mewujudkan misi penyelamatan lingkungan, kegiatan ini juga sarat dengan misi kebudayaan, sebuah investasi sosial dan bentuk tanggung jawab moral bagi generasi selanjutnya. Hutan adalah denyut nadi kehidupan yang perlu dijaga, dan menjadi tanggung jawab kita semua, sebagai sahabat bumi. Mari berpartisipasi.(Sahabat Bumi)

Komentar