Sumbawa, KabarNTB – Kejadian memalukan kembali mencoreng dunia pendidikan di Sumbawa, karena nunggak iuran komite sekolah, sejumlah siswa jurusan Teknik Sepeda Motor SMKN 2 Sumbawa Besar mengaku dipukuli oleh oknum guru bernisial YS.
Para siswa yang mengaku menjadi korban kekerasan oknum guru YS tersebut, Amar Maulana, Dewa Lewa, Syamsul Bahri dan Jamil Fadli. Karena tindakan kekerasan tersebut, Amar Maula, berencana pindah sekolah ke Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat. Sedangkan Jamil Fadli, mengaku mendapat tendangan di bagian mulut oleh oknum guru YS hingga berdarah.
Terhadap kekerasan yang dialaminya tersebut, seorang siswa, Amar Maulana pun angkat bicara melalui pamannya, Abdul Rahim.
Abdul Rahim yang seorang pentolan LSM Garuda tersebut, Kamis (17/03/2016) memaparkan, sebenarnya kekerasan terhadap Amar Maulana dan rekannya tersebut telah terjadi sejak lama. Perilaku oknum guru diketahui cukup kasar kepada siswanya, meski itu masalah sepele siswanya selalu menerima tindak kekerasan.
“Ada yang ngaku sering dipukul di bagian dada, ditendang pakai sepatu boot. Terakhir hari Senin tanggal 14 Maret, mereka diusir dari kelas ketika mengikuti Mid Semester, karena nunggak bayar iuran komite dan ada yang ditendang mulutnya hingga berdarah,” ulas Rahim.
Terhadap persoalan yang menimpa keponakannya tersebut Rahim meminta supaya pihak sekolah khususnya Kepala Sekolah SMKN 2 Sumbawa mempertimbangkan kembali keberadaan oknum guru YS tersebut.
Kepada Diknas Sumbawa, pihak keluarga siswa meminta supaya oknum guru yang diduga selalu melakukan tindak kekerasan terhadap siswanya tersebut supaya dicopot atau dipindahkan ke sekolah lain dan memberikan sanksi yang erat.
“Kalau tidak dicopot maka kami akan melaporkan masalah ini ke aparat kepolisian,” ancam Rahim.
Ia menambahkan, masalah kekerasan terhadap siswa tersebut akan diadvokasi melalui sejumlah jaringan LSM seperti LSM Garuda, LSM Gempur dan LSM Kamita.
Kepala SMKN 2 Sumbawa, Yuyun Mardiana, mengkonfirmasi bahwa persoalan siswa yang tidak membayar atau nunggal iuran semester tersebut pada umumnya tidak pernah diusir. Hanya saja para siswa seperti itu akan diberikan surat kompensasi dan keesokan harinya orang tua mereka diminta hadir ke sekolah untuk membicarakan persoalan tersebut.
Hanya saja papar Yuyun, kerap kali orang tua siswa yang disurati jarang hadir dan memenuhi undangan pihak sekolah. Anehnya lagi, para siswa yang notabene kurang mampu selalu tepat waktu dan jarang nunggak membayar iuran komite sekolah. Sebaliknya dengan siswa yang kerap bergaya hidup mewah malah sering nunggak iuran komite.
“Kami khawatir, jangan-jangan mereka sudah diberi uang untuk membayar iuran komite, tapi tidak dibayarkan ke sekolah,” kata Yuyun.
Mengenai kekerasan terhadap siswa oleh oknum guru YS, ia mengaku belum mendapatkan laporan atau informasi dari siswa atau guru lain. Namun informasi tersebut akan digali dan memanggil oknum guru YS.
“Saya belum mendapatkan informasi, baru dari wartawan. Sekarang guru bersangkutan sedang ada kerja di lab dan tidak bisa diganggu. Ntar saya tanyakan ke yang bersangkutan,” ungkap Yuyun.(K-K)