KabarNTB, Sumbawa Besar – Meski belum genap satu tahun beroperasi, Pondok Pesantren Modern Internasional Dea Malela di Desa Pemangong, Kecamatan Lenangguar, Kabupaten Sumbawa, berhasil menunjukkan eksistensinya sebagai pusat pendidikan agama dan tehknologi yang berkualitas.
Itu dibuktikan dengan kehadiran santri-santri, tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari luar negeri, seperti Kamboja dan Timor Leste yang menimba ilmu di Pondok Pesantren yang dibangun oleh Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang sekarang menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Din Syamsuddin itu.

“Saat ini kami memiliki 44 orang santri, dimana tiga diantaranya dari Kamboja, dua orang dari Timor Leste dan sejumlah santri dari Pulau Jawa serta kabupaten/kota lainnya di NTB,” ujar Pimpinan Ponpes Modern Internasional Dea Malela, Dea Guru Ahmad Tahir, kepada KabarNTB, Kamis 23 Maret 2017.
Mulai tahun ajaran 2017 – 2018 ini, Ponpes Modern Internasional Dea Malela, ujar Dea Guru, Ahmad Tahir, akan membuka jenjang pendidikan setingkat SLTA. Pihak management Ponpes saat ini sedang giat melaksanakan sosialisasi ke sekolah-sekolah di seluruh kabupaten Kota di NTB bahkan ke luar negeri yang dipelopori Founder Ponpes Modern Internasional Dea Malela, Din Syamsuddin. Tanggal 15 April mendatang, akan dilaksanakan seleksi bagi calon santri di Kabupaten Sumbawa Barat yang akan dilanjutkan dengan kabupaten/kota lainnya.
Yang menarik, mulai tahun ajaran ini, suasana belajar di Pondok Pesantren Modern yang diresmikan pada bulan Juli tahun 2016 itu akan lebih menampakkan ciri internasional dengan adanya kepastian tentang kedatangan calon santri dari Afrika Selatan, Jepang, Korea, Inggris dan sejumlah negara lainnya untuk menuntut ilmu.
Selain suasana lingkungan Pondok Pesantren yang indah, asri dan sejuk karena berada didaerah pegunungan yang masih asli, kelebihan menuntut ilmu di Ponpes Modern Internasional Dea Malela, karena menerapkan konsep internasional base dimana banyak santri dari seluruh penjuru dunia yang ikut menuntut ilmu disana, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa internasional (Inggris – Arab) dan kurikulum yang diterapkan adalah sintesa dari tiga garis besar, yakni Islamic Studies (ilmu agama Islam), general studies (ilmu pengetahuan umum) dan talent studies (pengembangan minat dan bakat).
“Jadi outputnya nanti beriman, berakhlaq mulia, kreatif, kompetitif dan mandiri. Kami terus berupaya untuk pengembangan fasilitas penunjang kegiatan belajar agar kedepan target peningkatan kualitas pendidikan untuk generasi penerus bangsa bisa dicapai,” demikian Dea Guru Ahmad Tahir.(EZ)
Komentar