Pengerukan Galian C Proyek Bintang Bano Bahayakan Intake dan Pipa Induk PDAM

KabarNTB, Sumbawa Barat – Management Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sumbawa Barat (KSB), mengeluhkan aktifitas pengambilan material galian C untuk kepentingan pembangunan mega proyek bendungan Bintang Bano di Tiu Bulu, Desa Bangkat Monteh, Kecamatan Brang Rea.

Aktifitas pengambilan material galian C yang dilaksanakan didalam sungai itu, menimbulkan gangguan terhadap fasilitas intake (bangunan pengambil air baku) milik PDAM yang berada di lokasi tersebut. Akibatnya, intake tertimbun material berupa batu dan sediment sehingga tidak bisa berfungsi maksimal menyuplai air ke fasilitas pengolahan sebelum disalurkan ke konsumen.

Direktur PDAM Sumbawa Barat, Bambang ST, kepada KabarNTB, Sabtu, 22 April 2017 mengatakan, kondisi tersebut sudah terjadi sejak aktifitas pengambilan material galian c berlangsung sejak tahun 2016.

Lokasi intake PDAM KSB yang tertimbun material dan sedimen terpaksa dikeruk menggunakan alat berat

Bulan februari lalu, pipa induk PDAM yang berada di lokasi tersebut bahkan putus akibat diterjang air. Akibatnya, suplai air ke pelanggan terganggu selama berminggu-minggu.

Menurut Bambang, aktifitas pengerukan galian C menggunakan beberapa unit alat berat itu dilakukan di bagian hulu dan hilir dari posisi pipa induk dan intake PDAM.

“Awalnya diambil dibagian hulu dan sekarang dibagian hilir dengan menyisakan jarak hanya 10 meter dari posisi pipa induk dan intake. Pola pengerukan seperti ini menyebabkan dasar sungai berubah, sehingga ketika air sungai meluap material dari hulu akan turun ke lokasi yang lebih rendah di hilir dan menghantam pipa serta menimbun intake,” jelas Bambang.

PDAM, kata dia, beberapa bulan lalu telah menyurati Balai Wilayah Sungai (BWS) Nusa Tenggara 1 yang menjadi penanggungjawab proyek Bintang Bano. Saat pipa induk PDAM putus BWS difasilitasi Dinas Pekerjaan Umum (PU) KSB juga telah membantu melakukan perbaikan. Tetapi aktifitas pengerukan material galian C di lokasi tersebut tetap berlangsung sampai saat ini.

“Sekarang di pinggir bagian hulu sungai juga ditimbun dengan material buangan dari area bendungan yang sedang dibangun. Ketika air sungai tinggi, material tersebut terbawa air. Kalau kondisi ini tetap berlangsung, resiko kerusakan intake dan pipa induk akan semakin besar, apalagi intensitas hujan di wilayah hulu juga tetap tinggi,” urainya.

Bambang berharap agar pihak kontraktor pelaksana Pembangunan Bendungan Bintang Bano maupun BWS NT1 sebagai penanggungjawab mega proyek tersebut untuk bisa memikirkan solusi untuk meminimalisir resiko dari aktifitas pengerukan galian C tersebut. Hal ini penting, karena jika terjadi kerusakan intake dan pipa induk PDAM, akan membutuhkan waktu lama untuk perbaikan dan dipastikan akan menyebabkan suplai air ke pelanggan terganggu.

“Prinsipnya kami tidak ingin proses pengolahan dan suplai air bersih ke masyarakat terganggu dan kegiatan pembangunan bendungan juga tetap berjalan dengan baik,” kata Bambang.

Dikonfirmasi mengenai keluhan PDAM itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek Bendungan Bintang Bano dari BWS NT1, Gito, menyatakan pihaknya akan segera menindaklanjuti keluhan PDAM tersebut ke pelaksana proyek.

“Saya belum mendapat laporan langsung tentang kondisi disana. Tapi keluhan dari PDAM ini akan segera kami tindaklanjuti. Seperti kejadian pipa induk yang putus beberapa bulan lalu, jika ada kerusakan tetap akan diperbaiki,” katanya.(EZ)

iklan

Komentar