TGB : “Takbiran Keliling adalah Kekayaan ber-Islam di Indonesia”

KabarNTB, Mataram  – Ulama yang juga Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi menegaskan bahwa pelaksanaan takbir (takbiran) adalah melaksanakan perintah Allah SWT dalam Al Qur’an kepada kaum Muslimin yang sebelumnya diperintahkan untuk melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadhan.

“Ini melaksanakan perintah Allah. Jadi ini bukan gagah-gagahan, bukan sekedar selebrasi, bukan sekedar ramai-ramai, tapi ini adalah melaksanakan perintah Allah. Sebagai Muslim ketika ada perintah Allah maka dilaksanakan sebaik-baiknya,” ujar TGB sembari mengutip ayat Al Qur’an tentang perintah melaksanakan takbir dan beberapa kali menekankan tentang melaksanakan perintah Allah.

Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi

Penegasan itu disampaikan TGB ketika membuka sekaligus melepas para peserta Kegiatan takbiran bertajuk “Gema Takbir Akbar Malam 1000 Cahaya, Mataram On The Street”, Sabtu malam, 24 Juni 2017.

Karena itu, kata Gubernur yang juga Doktor Ilmu tafsir Al Qur’an dengan predikat Summa Cumlaude dari Universitas Al Azhar Mesir itu, menyatakan, selama puluhan tahun di Indonesia, pelaksanaan takbiran menjadi bagian dari pengamalan Islam yang rahmatan lilalamin. Kegiatan yang membawa kegembiraan, membawa kesukacitaan tidak hanya untuk ummat Islam tetapi juga kepada seluruh masyarakat, yang ditradisikan, termasuk dalam bentuk kegiatan takbiran keliling.

Tradisi ini kata TGB, merupakan bagian dari tradisi yang baik, sebagaimana tradisi halal bi halal dan bersilaturahmi sebagai bagian dari kekayaan kita ber-islam di Indonesia.

Ditempat lain pelaksanaan takbiran dilaksanakan dimasjid atau tempat tertentu. Tapi di Indonesia tradisi menjalankan perintah Allah itu dilaksanakan dengan penuh kesukacitaan, dilaksanakan beramai-ramai untuk mewujudkan syiar agama.

“Dengan harapan setiap lafaz takbir kita ‘Allahuakbar’ mendapatkan berkah dari Allah. Maka bertakbirlah, berpawai takbirlah seramai-ramainya, tapi tetap dengan tertib. Itu ajaran Islam. Apa yang menjadi perintah Allah kita tunaikan dengan baik, sungguh-sungguh, juga dengan cara yang paling baik. Maka tidak boleh ada sampah yang tercecer setelah malam seribu cahaya ini. Bersih kita mulai, bersih pula kita akhiri. Inilah sebaik-baiknya cara kita mensyukuri nikmat Allah,” urainya.(EZ)

Komentar