Sedih.. Ini Curahan Hati Istri Nelayan yang Hilang dan di Selat Alas

KabarNTB, Sumbawa Barat – Hampir satu bulan sejak dinyatakan hilang, hingga saat ini tak ada tanda tanda ditemukankannya empat orang nelayan asal Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat, NTB, yang hilang di perairan Selat Alas, Minggu 16 Juli 2017 lalu.

Keempat nelayan tersebut adalah Syamsul Bahri pemilik perahu dan Rusmayadi, keduanya warga Desa Maluk, serta Hendri dan Mesir warga Desa Pasir Putih. Mereka hilang dalam perjalanan pulang dari menjual ikan hasil tangkapannya di Tanjung Luar Lombok Timur menuju Maluk, Sumbawa Barat.

Pihak keluarga, Tim Basarnas, BPBD, Kepolisian dan TNI Pos AL Benete serta masyarakat dan nelayan setempat sudah berusaha maksimal melakukan pencarian.

Justeru perahu yang ditumpangi keempat nelayan tersebut yang ditemukan secara tidak sengaja oleh nelayan asal Kayangan Lombok Timur yang sedang melaut mencari ikan di Selat Lombok (perairan antara Pulau Lombok dan Pulau Bali) pada senin 17 Juli 2017 lalu.atau sehari setelah keempat nelayan dinyatakan hilang.

Lemun Mangku Boak sesepuh nelayan Kecamatan Maluk, meyakini keempat nelayan tesebut sudah tak ada harapan ditemukan.

“Bisa jadi karna kerasnya arus dan angin saat itu, mereka hanyut kelaut lepas (Samudera Indonesia),” katanya, minggu 13 Agustus 2017.

Sementara Sumiati, istri dari Rusmayadi, salah satu nelayan yang hilang, mengaku sudah ikhlas atas kehilangan suaminya.

“Kami keluarga dan pemerintah sudah melakukan semua cara dalam melakukan pencarian. Tapi tetap tidak ada hasil. Saya hanya berdoa semoga suami saya mendapatkan yang terbaik, apapun kondisinya sekarang,” katanya.

Hal yang paling membuat Sumiati sedih, pada hari naas itu, sebelum berangkat dari Tanjung Luar Lombok Timur, suaminya Rusmayadi sempat menelpon dirinya yang kebetulan sedang berada di Lombok. Rusmayadi saat itu meminta Sumiati untuk segera pulang ke Maluk.

“Ia menyuruh saya segera pulang ke Maluk untuk menunggu dia disini karena akan segera berangkat dari Tanjung Luar,” ungkapnya, sedih.

Seharusnya Rusmayadi lebih dulu tiba di Maluk daripada Sumiati, karena perjalanan lewat laut dengan perahu dari Tanjung Luar menuju Maluk lebih cepat daripada naik bus lewat darat. Namun bukan sambutan hangat penuh kerinduan dari Rusmayadi yang didapat Sumiati.

Setiba di Maluk, ia justru menerima kabar bahwa suaminya itu bersama tiga rekannya dinyatakan hilang. Saat itu upaya pencarian memang telah dilakukan oleh tim dari BPBD, Kepolisian dan Pos TNI AL Benete bersama masyarakat setempat.

Sumiati dan Enifita, istri Rusmayadi dan Hendri, dua dari empat orang nelayan Maluk yang hilang di Selat Alas

“Saya tidak menyangka pembicaraan saya lewat telepon hari itu adalah yang terakhir dengan dia. Tidak ada firasat apapun sebelum hari itu,” katanya, masih tetap dengan raut sedih.

Lain lagi kisah Enifita Susinawari, istri dari Muhammad Hendri. Hendri adalah keponakan dari Bahri, pemilik perahu yang juga ikut hilang.

Sabtu malam (15 Juli 2017) sebelum berangkat, Bahri datang kerumah mencari suaminya Hendri untuk diajak berangkat menuju Tanjung Luar. Saat itu, Bahri menyatakan kekurangan teman. Karena tidak tega membiarkan pamannya  kekurangan tenaga (untuk bongkar muatan), Hendri akhirnya ikut.

“Dia sempat ijin ke saya. Saya bilang ya pergi saja, saya ijinkan kalau sama paman Bahri,” ungkapnya.

Sebenarnya Enifita sudah mendapat firasat tentang tentang akan ada sesuatu yang akan terjadi. Firasat itu datang melalui mimpi tepat pada malam saat suaminya berangkat.

“Saya bermimpi selimut saya ditarik suami saya. Tapi saya tidak terlalu menghiraukan mimpi itu, sampai keesokan harinya saya tunggu dia tidak kunjung pulang,” ungkapnya sedih.

Sama dengan Sumiati, Enifita juga mengaku ikhlas atas kepergian suaminya.

“Tugas saya sekarang membesarkan anak saya. Saya berharap pemerintah memperhatikan nasib kami yang sudau tidak punya tulang punggung keluarga akibat kecelakaan di laut,” harapnya.(AW)

Komentar