KabarNTB, Mataram – Ketua DPC Serikat Buruh Sejahtera (SBSI) Kabupaten Sumbawa Barat, Malikurrahman ‘Iken’ SH, menyebut management PT Amman Mineral Nusa Tenggara (PTAMNT) melaksanakan politik adu domba untuk memuluskan niat menguasai sumber daya lokal yang ada di Sumbawa Barat.
Pernyataan Senior Manager SR PTAMNT, Syarafuddin Jarot, yang menyebut SBSI tidak mewakili karyawan perusahaan itu, dikatakan Iken sebagai bukti politik adu domba dimaksud.
“Cara yang dilakukan management PTAMNT sekarang persis sama dengan yang dilakukan penjajah Belanda dulu,” tuding Iken kepada KabarNTB disela-sela aksi protes dengan jalan kaki menuju Mataram, Rabu sore.
Menurut dia, sikap reaktif yang ditunjukkan management PTAMNT menanggapi aksi protes yang dilakukan SBSI, semakin menampakkan niat management perusahaan itu untuk membodohi publik.
Ia mempertanyakan aturan yang menjadi dasar PTAMNT, bahwa harus ada persentase tertentu (jumlah anggota) serikat pekerja untuk dapat diajak berkomunikasi dalam penentuan kebijakan.
“Dasar aturannya dari mana ? Justru kalau merujuk kepada ketentuan LKS Bipartit maka SBSI itu wajib diajak bicara dan didalam PKB mereka (PTAMNT) juga jelas tentang itu,” sebutnya.
Ia menjelaskan, ketentuan tentang persentase perwakilan itu hanya berlaku dalam pembuatan PKB. Selebihnya semua serikat pekerja memiliki wewenang dan hak yang sama dalam bersuara, menyampaikan pendapat, serta memberikan masukan atau diajak berkomunikasi.
Apa yang dikatakan Syarafuddin Jarot bahwa PTAMNT telah menjalin komunikasi dengan perwakilan resmi karyawan, menurut Iken, adalah klaim sepihak dan patut dipertanyakan. Karena sampai saat ini, aliansi serikat pekerja yang melaksanakan aksi mogok pada 12 Ferbruari 2018, belum menerima (sepakat) terhadap apapun yang menjadi kebijakan management.
“Mungkin Jarot lupa, bahwa aksi mogok aliansi hanya dihentikan sementara dan status mogok itu belum dicabut. Bahkan sejauh ini informasi yang kami dapat belum ada pertemuan management dengan aliansi pasca penghentian sementara aksi mogok,” beber Ketua DPC SBSI yang memimpin langsung aksi protes dengan jalan kaki dari KSB menuju Mataram itu
Selain itu, sikap reakatif yang ditunjukkan management PTAMNT dinilai Iken sebagai upaya menutupi persoalan. Seolah-olah hubungan dengan karyawan berlangsung baik. Padahal sesungguhnya banyak persoalan yang terjadi. Contohnya dalam masalah RTK yang disebut bahwa karyawan mengajukan pensiun secara sukarela. Iken menegaskan, SBSI punya bukti bahwa ada upaya intimidasi dari pihak management terhadap karyawan dalam pelaksanaan program tersebut. Dan SBSI berulang kali mengajak perusahaan berunding, tetapi tidak pernah hadir.
“Intinya perusahaan ini tidak ada itikad baik membangun hubungan industrial yang baik dengan pekerja. AMNT ini hanya ingin mengambil sebesar-besarnya SDA di KSB, tapi disisi lain akan berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikan. Itulah logika dan teori kapitalis,” tandas Iken.(EZ)
Komentar