Naja, Bocah NTB Penderita Lumpuh Otak, Penghapal Al Qur’an yang Menjadi Inspirasi

 

KabarNTB, Mataram – Muhammad Naja Hudia Afifurrohman, seorang anak berusia 10 tahun penderita penyakit lumpuh otak (cerebral palsy) asal NTB, yang telah menjadi penghapal (Hafiz) 30 Juz Al Qur’an menjadi inspirasi dan motivasi bagi anak-anak lain dalam hal pendidikan.

Kemampuan Naja, membuat kagum banyak orang, termasuk Gubernur NTB, Zulkieflimansyah. Naja tidak hanya menghapal bacaan Al Qur’an secara keseluruhan tetapi juga mengetahui arti dari ayat-ayat yang dibacanya.

“Saya penasaran terkait dengan metode atau cara belajar Naja sehingga dalam waktu yang relatif singkat telah mampu menghafal 30 juz Al Qur’an,” ungkap Gubernur Zul saat bertemu dengan Muhammad Naja Hudia Afifurrohman yang didampingi Kepala Dinas DP3AP2KB Provinsi Hj. Putu Selly Andayani di Ruang Kerja Gubernur, Selasa 12 Mei 2020.

Gubernur NTB, Zulkieflimansyah menyambut kedatangan Naja, bocah 10 tahun penderita lumpuh otak yang hapal 30 Jus Al Qur’an di ruang kerjanya (12/5)

Pada kesempatan itu, Gubernur berbincang cukup lama dengan Naja. Orang nomor satu di NTB itu juga berbicara tentang cita-cita Naja kelak setelah dewasa. Selain itu, terkait penyakit lumpuh otak yang sedang diderita Naja, Gubernur berjanji, Pemerintah Provinsi NTB dengan tangan terbuka akan membantu Naja dalam proses pemulihannya.

Menurutnya, anak yang cerdas seperti Naja tidak hanya diajarkan tentang Al-Qur’an dan Hadits saja tetapi juga bisa diajarkan tentang banyak hal yang mungkin saja Naja memiliki kelebihan-kelebihan yang lain, misalnya dalam hal penguasaan bahasa asing.

“Bisa bahasa Inggris? Habis ini belajar bahasa Inggris dan bahasa Mandarin ya,” ucap Gubernur.

Sementara itu Ibunda Naja, Dahlia Andayani menjelaskan bahwa sejak kecil Naja telah divonis oleh dokter sebagai penderita lumpuh otak. Dimana Naja tidak dapat menggerakkan tubuhnya karena gangguan di saraf motoriknya.

“Namun sejak kecil sering diperdengarkan ayat-ayat Al-Quran kepada Naja. Dari situ saya tahu bahwa Naja memiliki kelebihan di indera pendengarannya,” jelasnya.

Peserta hafiz Indonesia ini mengidap penyakit cerebral palsy atau lumpuh otak sejak lahir. Dilansir dari Hello Sehat, cerebral palsy ini terjadi karena adanya cedera pada bagian otak yang mengontrol kemampuan untuk menggunakan otot.

Ketika Naja lahir, sang ibunda, Dahlia Anjani mengaku syok ketika anaknya divonis penyakit berat ini. Meski begitu, sang ibunda sudah pasrah dan melakukan yang terbaik untuk Naja, karena merupakan amanah dari Allah.

“Ketika bayi, Naja selalu berhenti menangis jika didengarkan murottal Quran. Dia diam dan menikmati murottal” jelas sang Ibunda.

Ketika masuk sekolah TK, Naja sudah hafal Al Quran 3 juz, yakni juz 30, 29 dan 28. “Pas masuk sekolah, gurunya bilang ‘ini Naja sudah hafal 3 juz ma’, katanya gitu, pas masuk TK,” lanjut sang ibunda.

Karena informasi tersebut, sang guru lantas menyarankan agar Naja lanjut menghafal Al Quran. Ternyata, tak butuh waktu setahun bagi Naja untuk menjadi hafiz, atau orang yang menghafal Al Quran. Naja cuma butuh waktu 10 bulan saja untuk menjadi hafiz, hafal Al Quran.

“Mulai Februari 2018, Ustaznya nyaranin perdengarkan saja, jangan semua, per halaman satu hari. Kalau mampu ditambah satu halaman lagi. Pas November 2018 kemarin, Naja hafal 30 juz,” jelas sang ibunda

Naja dengan kondisi yang saat ini dialaminya, menjadi contoh kongkrit bahwa apapun jenis penyakit yang diderita seorang anak tidak menjadi penghalang untuk tumbuh dan berkembang menjadi yang terbaik, asalkan memiliki kemauan keras dan dukungan kuat dari orang tuanya.(NK)

Komentar