Jarot – Mokhlis Siap ‘Pindahkan’ Pabrik dari Jawa ke Sumbawa

KabarNTB, Sumbawa – Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Jarot-Mokhlis berjanji akan ‘memindahkan pabrik’ (industrialisasi) di Pulau Jawa ke Sumbawa jika terpilih dalam pilkada mendatang. Industrialisasi kata Calon Bupati Syarafuddin Jarot, merupakan jawaban atas keresahan warga terkait sulitnya peluang kerja dan murahnya harga jual produksi pertanian di Kabupaten Sumbawa, .

Berbicara dengan media di akhir pekan, Jarot yang didampingi calon Wakil Bupati Mokhlis, mengaku yakin, dengan kekuatan, pengalaman puluhan tahun dan jaringan yang kuat akan mampu membangun industri berbasis pertanian di Sumbawa sehingga akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Program ini juga akan meningkatkan ekonomi yang akan bermuara pada kesejahteraan masyarakat.

Calon Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot disambut antusias saat menyapa masyarakat di salah satu desa

“Agar harga jual produksi pertanian di Sumbawa meningkat kami akan memindahkan pabrik dari Jawa ke Sumbawa,” ucap Jarot.

Hadirnya industri di Sumbawa juga akan memberikan multiplayer effect seperti lapangan kerja terbuka luas dan memacu pertumbuhan usaha-usaha lain yang berkesinambungan. Salah satu contoh di Kecamatan Batu Lanteh yang memiliki produksi pertanian yang cukup banyak, produk pertanian yang menonjol adalah jagung. Dengan adanya industri akan meningkatkan keuntungan besar bagi petani.

“Pada tahun 2018 sebanyak 650 ribu ton jagung hampir semuanya dikirim ke Surabaya dengan harga jual yang kurang baik, itu dikarenakan biaya ongkos kirim yang mahal sehingga harganya dikurangi,” katanya.

Jika Sumbawa mampu memproduksi pakan ternak maka akan tercipta peluang usaha-usaha peternakan dan perikanan. Peluang usaha dibidang itu juga akan semakin berkembang.

Untuk menghadirkan pabrik ini, Jarot mengakui tidak mudah. Namun, diyakini dengan kekuatan, pengalaman dan jaringan yang kuat, Jarot-Mokhlis berikhtiar akan mendatangkan uang ke Sumbawa untuk membangun kabupaten ini lebih maju.

“Kalau mengandalkan dana APBD saja tidak akan mampu membangun Sumbawa, karena daerah ini cukup luas, 24 kecamatan dengan luas sekitar 700 kilometer persegi,” katanya.

Kini, APBD Sumbawa 70 persen digunakan untuk belanja rutin dan hanya 30 persen untuk membangun infrastruktur dan program lainnya. Hal ini mustahil dilakukan jika tidak mendatangkan dana dari selain APBD.

Potensi Perikanan

Sementara itu, dosen Manajemen Sumberdaya Perairan dari Universitas Sumbawa (UNSA) Syamsul Bahri menyayangkan kebijakan pemerintah daerah yang belum maksimal dalam memanfaatkan potensi pesisir atau perikanan dan kelautan. Padahal potensi pesisir ini sangat melimpah dan dapat mendatangkan sumber pendapatan asli daerah (PAD).

“Kita bisa membangun Sumbawa ini dengan hasil dari potensi alam pesisir, tetapi sampai sekarang masih disepelekan pemerintah,” ungkap Syamsul Bahri saat ditemui di Kecamatan Lopok, Minggu (8/11).

Ia menilai pemerintah keliru jika potensi yang cukup besar dan mahal ini tidak dimanfaatkan dan dikembangkan dengan baik. Salah satu potensi yang belum dikembangkan adalah baby Lobster yang harganya cukup fantastis yaitu sekitar Rp30 ribu per ekor. Padahal jika dibudidaya maka ini akan berkembang pesat dan daerah ini akan maju.

“Harga baby lobster sangat mahal, jika kita mengembangkan dengan cara membudidaya maka hasilnya luarbiasa dan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah,” katanya.

Dari hasil penjualan baby lobster, tambahnya, pemerintah dapat meraup PAD miliaran perbulan. Potensi lainnya adalah teripang yang saat ini seharga sekitar Rp300 ribu per kilo, kemudian mangrove yang dapat diolah menjadi bahan makanan dan bahan lainnya serta potensi pembuatan garam di beberapa desa seperti Desa Labu Kurus, Labuan Bontong dan Utan.(JK)

Komentar