Bintang Bano, Bendungan Indah Bernilai 1,3 Triliun di KSB Sudah 95,80 Persen Rampung

KabarNTB, Sumbawa Barat – Progress fisik pembangunan mega proyek Bendungan Bintang Bano di Desa Bangkat Monteh Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) per Agustus 2021 ini sudah mencapai 95 persen lebih.

“Per tanggal 18 Agustus 2021, progress fisik pembangunan sudah mencapai 95,80 persen. Kami menargetkan per November 2021 pekerjaan fisik rampung 100 persen,” ungkap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan Bintang Bano, Agus Sugito, kepada KabarNTB di lokasi proyek bendungan bernilai Rp 1,3 triliun itu, Kamis 26 Agustus 2021.

Bendungan Bintang Bano, merupakan bendungan terbesar di NTB. Bendungan yang dibangun sejak 2014 ini memiliki volume tampungan total sebanyak 76,19 juta meter kubik dengan volume tampungan efektif sebanyak 58,39 juta meter kubik air dan mampu mereduksi banjir dengan volume tampungan hingga 5,66 juta meter kubik air. Dengan demikian, keberadaan bendungan ini akan menjadi salah satu solusi untuk pengendali banjir yang selama ini menghantui Taliwang dan sekitarnya.

Pemandangan bendungan Bintang Bano di Bangkat Monteh Kecamatan Brang Rea, KSB

Tinggi bendungan Bintang Bano 72 meter) dengan panjang 471 meter dan lebar bendungan 12 meter. Gito menyebut, setelah beroperasi kelak, Bintang Bano akan mampu menyuplai air untuk irigasi di lahan seluas  6.695 hektar dari wilayah Kecamatan Brang Rea, Taliwang, Seteluk, hingga Kecamatan Poto Tano. Manfaat lainnya adalah pembangkit listrik tenaga air (PLTA – minihidro) dengan kapasitas mencapai 2x 4,4 MV.

“Untuk air baku, kapasitasnya mencapai 555 liter per detik. Jadi untuk kebutuhan air bersih di Brang Rea, Taliwang, hingga beberapa kecamatan lain akan bisa teratasi,” jelas Gito.

Selain pekerjaan fisik berupa pembangunan rumah saft, pihak kontraktor saat ini juga sedang menyelesaikan pembangunan landscape (taman) yang akan mempercantik Bintang Bano. Bendungan yang berada di ketinggian 152 meter diatas permukaan laut (MDPL) itu juga memiliki pemandangan yang sangat indah. Daerah genangan yang membentang seluas 256,41 hektar, dikelilingi oleh kawasan hutan lindung yang masih perawan, dengan pemandangan biru yang eksotis. Tidak herang jika bendungan ini diproyeksikan sebagai salah satu destinasi wisata jika sudah beroperasi kelak.

Kuncinya, harus ada kesadaran masyarakat dan semua pemangku kepentingan untuk menjaga kawasan hutan disekitar bendungan. Keberadaan hutan sangat penting untuk bendungan, sebagai sumber air dan menjaga agar tidak terjadi pendangkalan akibat sedimen yang dibawa erosi.

“Dengan demikian azas manfaat bendungan bisa dirasakan lebih lama. Dalam perencanaannya umur bendungan memang 50 tahun, tetapi jika kawasan hutan, pola pemakaian air diatur dengan baik dan infratruktur serta fasilitas penunjangnya dijaga dengan baik umur pemanfaatannya bisa jauh lebih lama,” pungkas Gito.(EZ)

Komentar