Ekspedisi Talonang 2022 : Bonus Demografi

Meski merupakan desa terjauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) di Taliwang, namun tingkat kesadaran warga Talonang Baru terhadap pentingnya pendidikan cukup tinggi. Tidak ada anak putus sekolah di desa yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia itu dan mayoritas penduduknya-pun adalah usia produktif.

***

Sejumlah siswa nampak riang bermain di halaman sekolah. Saat itu sudah memasuki jam istirahat, ketika mobil rombongan Ekspedisi Talonang 2022 memasuki halaman SD – SMP Negeri Satu Atap (Satap) Desa Talonang Baru, Senin 22 Agustus 2022 lalu.

“Om datang untuk vaksin yah?,” tanya seorang siswa kepada salah satu wartawan anggota rombongan saat turun dari mobil.
“Saya sudah vaksin om, sudah dua kali,” sambung siswa itu. Ia kemudian kembali bermain ketika dijawab bahwa rombongan datang untuk melihat kondisi sekolah.

Saat ini terdapat 7 sekolah dari jenjang PAUD, TK, SD dan SMP di Talonang Baru. SD-SMP Satap yang berlokasi di Dusun Mone berdiri berdampingan dengan Madrasah Tsnawiyah (MTs) swasta. Ada pula SD negeri di Dusun Lemar Lempo. Untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), anak-anak Talonang Baru biasanya melanjutkan ke Madrasah Aliyah (MA) di Desa Tongo, Sekongkang atau sekolah lain di Maluk, Jereweh dan Taliwang. Bahkan ada yang melanjutkan ke Mataram dan Pulau Jawa lewat program beasiswa.

Kepala Sekolah Satap, Fahmi Fahlizi dan para guru yang telah menunggu, berterimakasih PWI dan Tim Eksternal Communication AMMAN datang berkunjung.  “Karena Satap, SD-SMP ini dipimpin satu kepala sekolah, hanya guru dan administrasinya yang terpisah,” jelasnya, sembari menyalami satu persatu anggota rombongan.

Ia kemudian bercerita tentang berbagai prestasi yang berhasil diukir para siswa sekolah tersebut. Juga mengenai keberhasilan sejumlah alumni berkiprah di berbagai sektor. Dari sisi akademik dan ekstrakulikuler, siswa Sekolah Satap Talonang Baru tidak kalah bersaing dengan siswa dari Sekolah lain.

Manager Eksternal Communication AMMAN Ananta Wisesa menyerahkan bantuan peralatan sekolah kepada salah satu siswi Sekolah Satap di hari pertama Ekspedisi Talonang 2022 yang dilaksanakan PWI KSB

“Beberapa alumni yang lahir dan besar di Talonang Baru, usai menyelesaikan pendidikan tinggi mereka kembali dan mengabdi sebagai guru di sekolah ini. Bahkan ada alumni yang sekarang menjadi Jaksa dan bertugas di Gorontalo,” sebut Fahmi bangga.

Seperti desa dan wilayah lainnya di seluruh Indonesia, Talonang Baru, saat ini sedang menikmati bonus demografi.  Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (usia 15 hingga 64 tahun) dalam suatu wilayah jauh lebih banyak dari jumlah penduduk tidak produktif. Indonesia menikmati bonus demografi pada 2020 hingga 2045 mendatang. Pada rentang waktu ini jumlah penduduk produktif di Indonesia mencapai 70 persen.

Di Talonang, dari total sebanyak 1.875 jiwa penduduk yang terdiri dari 1.016 jiwa laki-laki dan 859 jiwa perempuan, sekitar 65 persen diantaranya berusia produktif. Rata-rata mereka saat ini bekerja. Sebagian besar sebagai petani, sisanya menjadi wiraswasta, PNS, TNI/Polri, nelayan, hingga karyawan.

Pemerintah desa menyadari pentingnya mempersiapkan generasi muda agar bisa bersaing secara global dan paling tidak bisa menjadi penggerak pembangunan desa kedepan. Banyak sekali potensi di Talonang Baru yang saat ini belum bisa dikelola maksimal karena keterbatasan sumber daya.

“Fokus kami sekarang memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti air bersih dan irigasi untuk pertanian. Kalau pertanian bagus masyarakat tentu akan berdaya secara ekonomi. Kalau ekonominya bagus, akses ke pendidikan dan lain-lain tentu akan lebih mudah,” ujar  Kades Talonang Baru, Budi Haryo SP yang turut menyambut kami.

Talonang Baru memang memiliki potensi yang sangat besar di bidang pertanian, peternakan dan pariwisata. Lahan jagung membentang luas di desa tersebut. Sayang lahan-lahan itu hanya baru bisa ditanami sekali setahun karena tadah hujan. Pun dibidang peternakan, Talonang Baru merupakan desa dengan populasi hewan ternak (sapi) terbesar di Kecamatan Sekongkang. Sementara untuk pariwisata, ada pantai indah Teluk Krata dan Pantai Mawil yang setiap malam didarati penyu hijau untuk bertelur.

Potensi desa dan bonus demografi di Talonang Baru dan Wilayah Selatan KSB umumnya, juga menjadi perhatian PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN – perusahaam tambang tembaga dan emas di Batu Hijau). Perusahaan ini telah  melaksanakan program pemberdayaan masyarakat dalam bentuk beasiswa kejuruan yang bisa diakses oleh semua pelajar dan pendidikan vokasi untuk melatih para pemuda dari desa-desa di lingkar tambang, khususnya dalam bidang pariwisata.

“Tahun ini ada tiga alumni SMP Satap yang lolos program beasiswa pendidikan AMMAN. Satu orang diterima di program pendidikan animasi di salah satu SMK di Pulau Jawa, dua lainnya di SMK Kelautan. Kedepan kami berharap lebih banyak lagi anak-anak Talonang yang mendapat kesempatan,” ungkap Kades Budi Haryo.

Manager Eksternal Communication AMMAN, Ananta Wisesa yang ikut serta dalam rombongan, mengatakan, anak-anak muda  di wilayah lingkar tambang mendapat kesempatan yang sama untuk mengikuti program beasiswa dan pendidikan vokasi kerjasama AMMAN dengan Bije Jari Foundation. Para pemuda tersebut dilatih dalam bidang perhotelan dan pariwisata dan selanjutnya disalurkan ke pasar kerja yang ada. Saat ini banyak alumni pendidikan vokasi tersebut yang bekerja di industri pariwisata di KSB maupun di luar daerah.

“Berbagai program ini adalah bagian dari komitmen perusahaan untuk mempersiapkan generasi muda agar bisa mengakses peluang kerja yang ada. Karena bekerja tidak harus di tambang, suatu saat tambang akan berakhir. Ketika itu terjadi masyarakat sudah siap,” ucapnya.

Penandatanganan Komitmen Bersama AMMAN, Pemda KSB dan Yayasan Care Indonesia untuk pelaksanaan program penurunan angka stunting di KSB (30/8)

Komitmen AMMAN tidak sebatas dalam hal melatih angkatan kerja agar mampu bersaing, tetapi juga mempersiapkan generasi penerus sejak dini. salah satunya dengan keterlibatan aktif dalam program pencegahan dan penurunan angka stunting pada anak. Menurut World Healt Organisation (WHO) Stunting adalah gangguan pertumbuhan pada anak yang disebabkan gizi buruk, infeksi yang berulang, dan simulasi psikososial yang tidak memadai. Secara umum, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Kementerian Kesehatan mencatat satu dari tiga anak Indonesia mengalami stunting. Sementara berdasarkan data tahun 2022, KSB merupakan kabupaten dengan angka stunting paling rendah di provinsi NTB, yakni 9,22 persen.

Head of Social Impact AMMAN Priyo Pramono, dalam peluncuran program penurunan stunting di Sumbawa Barat, kerjasama AMMAN, Pemda KSB dan Yayasan Care Peduli di Taliwang, Selasa 30 Agustus 2022, mengatakan, kendati data tersebut masih dibawah batas toleransi WHO, namun perlu ada intervensi dari berbagai pihak, baik swasta, pemerintah maupun komunitas untuk menurunkannya.

Lewat kerjasama itu, AMMAN bersama Yayasan Care Peduli akan melakukan berbagai intervensi serta upaya aktif dalam periode tiga tahun, yang menangani tiga bidang yaitu perbaikan gizi dan kesehatan anak balita, perbaikan gizi dan kesehatan ibu hamil, serta penguatan kapasitas, suara dan kepemimpinan perempuan dalam keluarga dan masyarakat.

Secara nasional, AMMAN juga terlibat aktif bersama United States Agency for International Development (USAID), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam kemitraan multi pihak untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting di Indonesia.

Memorandum of Understanding (MoU) penguatan kemitraan itu ditandatangani oleh Mission Director USAID serta perwakilan pimpinan empat pihak swasta, termasuk AMMAN di Auditorium BKKBN, di Jakarta Jumat 23 September 2022. MoU mengatur keterlibatan seluruh pihak untuk membantu pemerintah Indonesia dalam membangun kapasitas kelembagaan dan tata kelola untuk mengatasi stunting dengan menerapkan intervensi gizi berbasis bukti dan memperkuat layanan gizi melalui sistem kesehatan dari tingkat nasional hingga lokal, yang betul-betul menjangkau keluarga di tingkat masyarakat demi mempertajam dan mempercepat segala upaya pengurangan stunting.

“Anak-anak kalau tidak kita jaga dari stunting, maka tahun 2030 sampai 2045 ketika diusia produktif, mereka akan kalah bersaing, itu sudah pasti. Jadi usaha kita harus dimulai dari sekarang dan harus serius untuk mengurangi stunting,”.

“Ini merupakan bagian dari tanggung jawab sosial kami, yang termasuk ke dalam Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM), dalam usaha menciptakan warisan terbaik bagi generasi masa depan KSB,” urai Priyo Pramono.(*)

Komentar