Ini sejarah di institusi penegak hukum di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), khususnya Kejaksaan. Bila dua orang Kepala Kejaksaaan Negeri (Kajari) sebelumnya adalah laki-laki, sejak 12 Februari 2023 lalu, Kejaksaan Negeri (Kejari) KSB resmi dipimpin seorang perempuan.
Adalah Titin Herawati Utara SH MH yang ditunjuk mengomandani Kejari KSB. Ia menggantikan Suseno SH MH yang digeser sebagai Kajari Badung, Bali. Titin Herawati sekaligus menciptakan sejarah di Pulau Sumbawa. Ia merupakan sosok perempuan pertama yang menjabat sebagai Kajari di pulau yang terdiri dari 5 kabupaten/kota ini. Bersamaan dengan Titin, dua orang perempuan juga ditugaskan sebagai Kajari di NTB, yakni Kajari Lombok Tengah dan Kajari Lombok Timur.
Nama Kajari kelahiran Jogjakarta ini memang unik. Terdiri dari tiga suku kata dan suku kata terakhir adalah ‘Utara’. Dalam pemahaman banyak orang, utara adalah salah satu arah mata angin. Namun dalam filosofi jawa, utara yang dibaca ‘utoro’ memiliki makna berbeda. Ayah Titin Herawati yang berprofesi sebagai Polisi, adalah pecinta budaya dan filosofi jawa. Dalam cerita pewayangan yang digemarinya, ada seorang tokoh wanita bernama Dewi Utoro yang digambarkan sebagai sosok yang lembut, cantik, sekaligus pemberani dan gagah perkasa.
“Harapan ayah saya seperti itu, anaknya menjadi anak yang cantik, berani dan gagah perkasa seperti Dewi Utoro. Masalah realisasinya kurang begitu cantik, itu terakhir, ya kan,” ucap Titin diiringi tawa, saat bersilaturahmi dengan wartawan se-KSB, Selasa 7 Maret 2023.
Harapan sang ayah yang disematkan dalam nama Titin Herawati Utara, terkabul. Titin berkembang sebagai perempuan cantik dengan kulit putih dan postur tubuh proporsional. Selain itu juga cerdas. Ia berhasil menyelesaikan Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Jaksa (PPPJ) tahun 2006 dengan status lulusan terbaik. Dengan status itu, Ia mendapat keistimewaan, bisa memilih sendiri lokasi penempatannya.
“Saya memilih Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan. Di sana dinamikanya tinggi dan keras,” ungkapnya.
Jabatan Kajari yang membawahi suatu wilayah kabupaten, memang baru pertama kali diemban Titin Herawati. Tetapi sebagai Jaksa, ia sudah punya jam terbang tinggi. Ia sudah 17 tahun mengabdi di Korps Adhyaksa. Berbagai jabatan starategis di sejumlah Kejaksaan Negeri maupun Kejaksaan Tinggi di Pulau Jawa, sudah pernah diembannya. Beragam kasus hukum juga sudah pernah Ia tangani. Termasuk kasus korupsi.
Tantangan serta dinamika tinggi disejumlah kota tempat mengabdi sebelumnya, bisa dilalui dengan baik oleh Titin Herawati. Salah satu kuncinya adalah kedekatan dengan kuli tinta (wartawan) dan media. Dari Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, Titin memulai hubungan dekat itu. Pun setelah dipromosi menjadi Kasi Datun di Kejaksaan Negeri Ambarawa.
Fungsi koordinasi dan komunikasi dengan wartawan dan media di Kejaksaan adalah Tupoksi Kasi Intel. Tetapi meski bukan Kasi Intel, hubungan Titin dengan wartawan dan media setempat tetap dekat. Sehingga berbagai kegiatan, program dan prestasi yang dicapai Kejaksaan tempatnya bertugas terekspose maksimal dan diketahui masyarakat.
Titin juga akrab dengan dunia kewartawanan. Di Kejari Jakarta Pusat ia dipercaya sebagai penyiar acara Kejaksaan Menyapa yang disiarkan di RRI Pro II. “Saya ingin antara kejaksaan dengan rekan pers terjalin hubungan pertemanan yang rileks, tidak diwarnai ketegangan atas suasana apapun itu. Karena sepanjang karir saya di Kejaksaan saya punya history yang indah dengan wartawan. Saya benar-benar membawa rekan-rekan pers dalam perkembangan karir dan kehidupan pribadi,” urainya.
Sukses di Kejari Ambarawa, Titin Herawati dipromosi menjadi Kasi Pidana Khusus (Pidsus) di Kejaksaan Negeri Karawang, Jawa Barat. Di Karawang Ia mulai bergaul erat dengan kasus-kasus dengan kategori khusus, termasuk kasus korupsi. Karena banyak kasus-kasus korupsi yang menjadi perhatian masyarakat dan berhasil ditanganinya dengan baik, Titin bahkan mendapat penghargaan sebagai yang terbaik dalam penanganan kasus korupsi se-Kejari Jawa Barat.
Prestasi ini membuatnya kembali mendapat reward. Ia dipromosi menjadi Kasubag Pembinaan di Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat. Disamping mengurusi hal-hal berbau umum, di Jakarta Pusat, Ia juga ditunjuk menjadi pembina pembentukan WBK – WBBM (Wilayah Bebas Korupsi – Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani). Lagi-lagi tugas sebagai pembina ini membuatnya tetap bergaul erat dengan para kuli tinta. Saking dekatnya, Titin Herawati sampai membuat tempat khusus untuk ngopi dan nongkrong para wartawan lengkap dengan fasilitas wifi. Tempat itu diberi nama ‘DPR’ alias Dibawah Pohon Rindang, karena berada dibawah pohon besar di halaman kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat.
Dari Kejari Jakarta Pusat, Titin di promosi ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Banten. Ia ditugaskan sebagai koordinator Jaksa yang mendampingi klien pemerintah dan BUMN dalam kaitan pembangunan berskala besar di wilayah Banten, sekaligus dipercaya sebagai Plh Asisten Pembinaan (Aspim). Pengalamannya di bidang pidana khusus, membuat Titin digeser menjadi koordinator Tindak Pidana Khusus di Kejati Banten. “Kalau buka di gogle nanti, saya banyak ‘perang’ disitu, Tetapi disini beda. Bedanya, saya disini diberikan mandat sebagai leader. Artinya saya harus bisa menyeimbangkan, semua bidang harus kita kerjakan,” ujarnya.
Titin Herawati menyatakan jajaran Kejaksaan harus terus belajar untuk meningkatkan kompetensi. Hal ini penting karena tugas Kejaksaan saat ini diperluas. Di bidang Pidana Umum bekerjasama dengan Polisi dan PPNS, dimana Kejaksaan berfungsi sebagai penuntut umum. Di Pidsus, Kejaksaan diberi kewenangan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. Di tugas intelejen, fugsinya bahkan semakin banyak.
“Sekarang Kejaksaan ditambahi tugas-tugasnya. Harus mendampingi proyek strategis, harus mendorong UMKM, menekan inflasi. Jadi kita dipaksa untuk belajar agar bisa menghandle hal-hal dimaksud sebagai tugas direktif dari presiden,” pungkasnya.
Di KSB sendiri, sederet tugas berat sudah menunggu Titin Herawati Utoro. Faktor keberanian dan keperkasaan sebagai Komandan niscaya menjadi penentu penegakan supremasi hukum di tanah Pariri Lema Bariri ini. Pun pengalaman luas, atau kedekatan dengan kuli tinta mungkin hanya sedikit bisa membantu. Tetapi bukankah perempuan jauh lebih peka dari lelaki?.(*)
Komentar