Seorang Warga Suspect Rabies Meninggal Dunia, Dikes Minta Masyarakat Proaktif

KabarNTB, Sumbawa Barat – Seorang warga Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) meninggal dunia setelah mengalami penyakit diduga (suspect) rabies (penyakit anjing gila), Kamis siang 3 Agustus 2023.

Kepala Dinas Kesehatan KSB, Hj Erna Idawati, kepada wartawan Kamis sore, membenarkan hal itu.

“Pasien sempat dibawa ke RSUD Asy Syfa dan menunjukkan gejala-gejala terpapar rabies. Gejala itu antara lain takut cahaya, takut air dan menujukkan prilaku tidak biasa. Tapi kita tetap tidak bisa menyimpulkan itu rabies karena untuk memastikannya harus dilakukan uji sampel organ (biasanya otak) di laboratorium. Jadi diagnosa rumah sakit adalah suspect rabies,” urai Kadikes.

Ilustrasi hewan pembawa rabies (net)

Ia menjelaskan, warga berinisial JN (53 tahun), laki-laki yang tercatat sebagai warga salah satu desa di Kecamatan Poto Tano itu dibawa pihak keluarga ke Puskesmas Poto Tano pada Rabu 02 Agustus sekitar pukul 03.00 wita dini hari dengan keluhan dada nyeri tembus ke belakang dan sesak.

Karena kondisinya yang cukup parah, pasien dimaksud akhirnya dirujuk ke RSUD Asy Syfa di Taliwang, pada hari yang sama sekitar pukul 10.00 Wita. Menurut pengakuan keluarga pasien, sekitar dua bulan lalu, sekitar pukul 18.00 petang, saat yang bersangkutan berada di kebun, ia digigit anjing peliharaannya sendiri. Akibat gigitan tersebut pasien mengalami luka di bagian ibu jari sampai jari tengah tangan kanan. Usai menggigit anjing tersebut langsung dibunuh.

Usai kejadian digigit, pasien langsung mendatangi Poskesdes Desa Kiantar dan mendapat perawatan oleh bidan desa. Selain membersihkan luka yang dialami, Bidan desa juga mengarahkan dan merujuk korban ke Puskesmas Poto Tano untuk mendapatkan perawatan sesuai SOP dan suntikan vaksin anti rabies.

“Namun dari keterangan bidan desa, pasien tidak mau ke Puskesmas karena beranggapan bahwa anjingnya bukan anjing rabies. Jadi bidan desa hanya memberikan obat penurun panas dan injeksi. Setelah dua bulan berlalu, pasien baru dibawa ke Puskesmas Poto Tano sebelum dirujuk ke RSUD Asy Syfa. Namun pasien dibawa pulang ke rumahnya oleh pihak keluarga pada hari yang sama. Jadi pasien meninggal dunia di rumahnya,” jelas Hj Erna Idawati.

Petugas lapangan dari Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian yang tergabung dalam Satgas Anti Rabies Pemda KSB, sambungnya, telah bekerja sesuai SOP terhadap pasien dimaksud. Selain itu petugas lapangan juga telah turun langsung ke desa setempat dan melaksanakan KIE terhadap keluarga tentang penyakit yang dialami pasien. Tim juga berkoordinasi dengan pihak Poskeswan dan Dinas Pertanian untuk upaya lebih lanjut dalam penanganan gigitan hewan pembawa rabies (GHPR).

“Seluruh keluarga vasien yang melakukan kontak langsung dengan pasien juga sudah disuntik vaksin anti rabies untuk mengantisipasi kemungkinan tertular,” imbuhnya.

Ia menghimbau masyarakat yang tergigit HPR atau mengetahui kasus gigitan HPR untuk tidak abai dan proaktif dengan melaporkan diri ke petugas atau fasilitas kesehatan terdekat.

“Ini kasus (suspect rabies) pertama yang korbannya meninggal dunia dan harus menjadi perhatian semua pihak. Sikap proaktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya mencegah kasus-kasus seperti ini terulang kembali,” demikian Hj Erna Idawati.

Sebelumnya video mengenai pasien dimaksud saat berada di RSUD Asy Syfa beredar luas dan viral di berbagai group WA berisi warga KSB. Dinas Kesehatan meminta masyarakat untuk lebih bijak dan tidak menyimpulkan sendiri penyakit yang dialami pasien bersangkutan karena untuk memastikannya harus melalui uji laboratorium. Masyarakat juga dihimbau untuk tetap meningkatkan kewaspadaan karena sejak ditetapkan pada 31 Maret 2022 lalu, KSB hingga saat ini masih berstatus KLB (kejadian luar biasa) Rabien.(EZ)

Komentar