Sumbawa, KabarNTB – Peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1437 H/2015 Masehi pada Selasa (13/10/2015) di Lapangan Pahlawan Sumbawa Besar, dimeriahkan dengan pagelaran Melala atau membuat minyak Sumbawa.
Kegiatan yang sudah memasuki tahun ketiga tersebut selalu ramai dipadati oleh masyarakat yang sengaja datang untuk berburu aneka jenis dan khasiat dari minyak Sumbawa yang sudah terkenal tersebut.
Setelah merampungkan seremoni peringatan 1 Muharram, panitia menyalakan lampu di setiap tenda atau stand masing-masing Kecamatan. Di stand tersebut sudah menunggu para sandro atau tabib andalan masing-masing Kecamatan dengan aneka rempah ramuan yang akan dicampur ke dalam wajan atau kuali bersama santan kelapa di atas nyala api.
Tentunya tiap Kecamatan memiliki sandro dan nama minyak yang berbeda-beda sesuai khasiatnya masing-masing. Namun secara umum, minyak Sumbawa yang dibikin pada malam 1 Muharram tersebut didominasi oleh minyak untuk meningkatkan stamina dan vitalitas pria, minyak untuk menghilangkan pegal-pegal, penyembuhan dari dalam dan minyak penyembuhan patah tulang.
Kecamatan Labangka misalnya, tampil dengan minyak bernama Marungkas, Kecamatan Lape tampil dengan miyak Toar Basa’ dan Kecamatan Lenangguar dengan minyak Bacan Putih. Hampir semua stand diramaikan dengan pengunjung yang memang datang untuk memburu minyak hingga ampas terakhir di dalam wajan.
Tidak hanya kaum adam yang tertarik dengan minyak Sumbawa, kaum hawa dan remaja putri juga penasaran ingin merasakan sensasi minyak Sumbawa. Bahkan Yayan, yang jauh-jauh datang dari Bali ikut memburu minyak Sumbawa. “Saya baru coba pertama kali ikut teman-teman,” katanya.
Ditemui di lokasi Melala, Bupati Sumbawa, Jamaluddin Malik, mengatakan bahwa sebenarnya Melala bisa dilakukan setiap hari. Minyak yang dibuat di malam 1 Muharram merupakan minyak dengan khasiat tertentu. Karena ada keyakinan bahwa 1 Muharram merupakan bulan keramat dan bulan penuh berkah.
“Khasiat minyaknya lebih tinggi. Sebenarnya kalau Menurut logika kita kapan saja bisa membuat minyak dan tergantung niat pembuat minyak,” kata Bupati.
Sebenarnya tegas Bupati, nilai pembuatan minyak Sumbawa saat ini tidak mengalami pergeseran nilai. Hanya saja anak-anak muda saat ini tidak begitu tertarik dengan tradisi tersebut.
Salah seorang sandro pembuat minyak asal Kecamatan Labangka, Darussalam, menginformasikan sedikit mengenai mengenai seluk beluk minyaknya yang dinamakan Marungkas.
Marungkas lebih mengarah kepada stamina laki-laki sehingga isteri lebih merasa disayangi suami. Ada pun bahan-bahanya terdiri dari 44 macam kayu rempah yang berasal dari alam Sumbawa. “Normalnya pembuatannya harus sampai tiga jam sehingga bisa maksimal,” kata Alam.
Ia berpendapat, pembuatan minyak di bulan Muharram sebenarnya hanya prosesi saja. Tapi yang lebih sakral adalah penggunaan air hujan yang sengaja ditadah pada saat bulan Muharram. Air tersebut kemudian digunakan sebagai bahan untuk memeras santan dari kelapa untuk menghasilkan minyak.(K-K)
Komentar