KabarNTB, Mataram – Sejumlah tokoh agama yang mewakili semua agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghucu di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersepakat untuk menjaga kerukunan antar umat dan toleransi masyarakat di NTB.
Kesepakatan itu terungkap dalam pertemuan silahturahmi kebangsaan yang digelar di pendopo Gubernur NTB, Senin malam (14/11),di Mataram, menyikapi kontroversi kasus dugaan penistaan agama yang menimpa Gubernur Non Aktif DKIJakarta Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) .
Gubernur NTB, KH Muhammad Zainul Majdi mengatakan, di tengah memanasnya situasi nasional saat ini, para tokoh agama merupakan katup pengaman atau pagar untuk memastikan agar dinamika yang terjadi bisa diarahkan kepada kemaslahatan masyarakat, termasuk di NTB.
“Dugaan penistaan Al Quran, jelas melukai seluruh umat Islam termasuk di NTB dan kami meminta hukum tetap ditegakkan. Namun, saya juga mengajak tokoh agama Islam untuk sama-sama mengobati luka umat Islam dan mengingatkan umat agar semarah-marahnya umat Islam atas kejadian ini tidak boleh menghilangkan akal sehat,” katanya.
Menurut Zainul Majdi, dinamika kasus Ahok mulai menimbulkan dampak negatif yang menyebabkan rasa ketidakpercayaan satu sama lain di antara umat beragama.
Hal ini bisa dilihat dari sering terjadinya aksi saling hujat antar agama di sosial media. Gubernur juga menyayangkan bahwa ada juga akun dari NTB yang ikut-ikutan saling cerca.
“Saya harap kita saling ingatkan umat kita, biar proses hukum (kasus Ahok) bisa selesai dengan keadilan. Saudara Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu mohon situasi ini dipahami. Saling mengingatkan komitmen terhadap NTB dan Indonesia tidak boleh melakukan penistaan kepada siapapun dan agama apapun,” katanya.
Zainul menekankan, keamanan dan kedamaian serta toleransi yang begitu apik di NTB selama ini, tak lepas dari peran para tokoh agama.
Kepada umat Islam di NTB, Zainul mengajak untuk selalu mengayomi kaum minoritas yang ada di NTB.
Tokoh agama Kristen, Yahya Mugiono mengatakan, panasnya dinamika kasus Ahok di media massa dan media sosial, mulai menimbulkan keresahan bagi umat Kristen di Mataram, lantaran khawatir menjadi imbas.
“Sudah ada beberapa umat yang ingin pindah saja dari NTB ke Bali karena khawatir terkena imbas kasus ini. Padahal peristiwa akhir-akhir ini, saya pikir, ini gara-gara mulut orang yang sok tahu soal agama lain,” katanya.
Menurut Mugiono, pihaknya juga mengingatkan umat Nasrani di NTB agar tidak perlu khawatir berlebihan, dan percaya bahwa masyarakat NTB mampu menjaga kerukunan umat antar agama.
Terlebih, Gubernur NTB KH M Zainul Majdi yang selama ini mampu mengayomi kaum minoritas di NTB.
Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) NTB, I Gde Renjana menyatakan, umat Hindu di NTB, juga merasa sedih dan prihatin atas adanya kasus dugaan penistaan agama terhadap umat Islam.
“Dalam situasi nasional yang berdinamika ini, kami sangat mendukung pertemuan yang memperkuat silahturahmi antar umat seperti ini. Kerukunan antar umat beragama di NTB hendaknya tidak terdampak kasus di Jakarta,”katanya.
Dalam pertemuan silahturahmi kebangsaan itu, para tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat yang hadir menandatangani kesepakatan bersama.
Kesepakatan itu berisi antara lain bahwa seluruh umat beragama di NTB meminta agar kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok diselesaikan secara hukum dengan memenuhi rasa keadilan masyarakat.
Umat beragama di NTB menilai bahwa NTB adalah amanah Tuhan yang maha kuasa, sehingga wajib dijaga keamanan dan kerukunannya dengan jiwa dan raga.
NTB adalah rumah bersama dan harus dijaga dan rawat bersama. Serta umat beragama di NTB adalah bersaudara dan saling hormat menghormati dengan sepenuh hati.(K-Y)
Komentar