Harga Cabai Di Mataram Melambung Rp. 115 Ribu Perkilogram

KabarNTB, Mataram – Harga cabai rawit di pasaran Kota Mataram dan NTB pada umumnya meningkat jauh menjadi Rp115 ribu perkilogram dalam sepekan terakhir, dari sebelumnya berkisar Rp80-85 ribu perkilogram.

Ulah spekulan menangkap moment kenaikan harga cabai rawit di Jakarta dan kota besar di pulau Jawa dinilai menjadi pemicu kenaikan harga cabai di NTB.

“Ketersediaan komoditas cabai di NTB, Lombok dan Sumbawa itu mencukupi untuk kebutuhan lokal, bahkan produksi kita surplus. Kenapa harga naik sampai Rp115 ribu per Kg, karena ada yang tidak beres dengan sistem niaganya, ada ulah spekulan,”kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTB, Husnul Fauzi, dalam jumpa pers, Selasa (10/1), di kantor Gubernur NTB.

Husnul menjelaskan, kebutuhan cabai masyarakat NTB berkisar 15 ribu sampai 20 ribu ton pertahuan. Sememtara total produksi cabai di NTB mencapai 105 ribu ton dari luas tanam 5.800 hektare per tahun.

“Produksi cabai kita 105 ton pertahun, sementara kebutuhan lokal kita di NTB hanya 15-20 ribu ton pertahun, sisanya surplus kita kirim ke luar daerah,” katanya.

Ia mengatakan, kenaikan harga cabai di pasaran Kota Mataram dan NTB pada umumnya diduga terjadi lantaran cabai dari petani dibeli oleh spekulan dan dikirim ke Jakarta dan kota besar lain di pulau Jawa, tanpa memasok untuk pasar-pasar tradisional lokal NTB.

Para spekulan mengambil kesempatan di saat kenaikan harga cabai yang cukup drastis terjadi di Jakarta dan kota besar lainnya di pulau Jawa sejak dua bulan terakhir.

Husnul memaparkan, selama ini kebutuhan cabai di Jakarta disuplai dari Jawa Timur. Tapi karena produksi Jawa Timur tak bisa memenuhi kebutuhan Jakarta saat ini, maka cabai NTB dikirim untuk memenuhi kebutuhan Jakarta dan kota besar lain di Jawa.

“Kita sudah turun ke petani dan juga sejumlah pasar. Dan ternyata kenaikan itu memang karena produksi kita diambil spekulan untuk dikirim ke Jawa tanpa menyisakan untuk pasar lokal,”katanya.

Husnul mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan institusi terkait termasuk Dinas Pergangan NTB untuk mengontrol sistem niaga cabai tersebut.

Pihaknya juga mengerahkan tim penyuluh pertanian ke sejumlah Kecamatan Sentra Cabai di Kabupaten Lombok Timur untuk memantau aksi para spekulan.

Dari total luas tanam cabai 5.800 hektare di NTB, Kabupaten Lombok Timur merupakan pusatnya dengan luas tanam lebih dari 4.500 hektare.

“Di tingkat petani harga cabai masih berkisar Rp35 ribu sampai Rp45 ribu perkilogram. Nah jangan sampai komoditi ini justru tidak punya nilai tambah bagi petani tapi justru bernilai tambah untuk makelar, spekulan,”katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan NTB, Baiq Selly Andayani mengatakan, kenaikan harga cabai di NTB dipicu faktor lokal dan luar.

Faktor lokal karena kebutuhan meningkat di saat bulan Maulud dimana masyarakat NTB dan Lombok khususnya bisa merayakan maulud Nabi Muhammad hingga satu bulan penuh.

“Kebutuhan akhirnya meningkat dan harga cabai ikut naik di saat bulan Maulud,”katanya, Selasa (10/1).

Sementara faktor luar menurut Selly, lantaran kebutuhan di pulau Jawa yang harus disuplai dari luar termasuk dari NTB.

Menurutnya, pemberitaan media massa terkait kenaikan harga cabai yang signifikan di pulau Jawa membuat oknum spekulan mengambil keuntungan dengan mengirim cabai NTB ke Jawa dalam jumlah tidak terkontrol.

“Di sisi lain pedagang di pasar di NTB juga terinspirasi menaikan harga cabai mengikuti harga di Jawa,”katanya.

Menurut Selly, kenaikan harga cabai merupakan siklus tahunan yang biasa terjadi khususnya di musim penghujan. Tapi tahun ini menjadi semakin tinggi karena ada ulah spekulan.(K-Y)

Komentar