KabarNTB, Sumbawa Barat – Puluhan anak berusia antara 5 sampai 11 tahun, terlihat berkumpul di Pendopo Wakil Bupati Sumbawa Barat (KSB), di Taliwang, Kamis pagi, 13 April 2017 lalu. Mereka mengenakan baju seragam berwarna putih dengan sarung, lengkap dengan Sapu’ – ikat kepala khas Samawa, mengikuti prosesi ‘Barodak’ (luluran) yang dipimpin seorang ‘Ina odak’ (seorang perempuan sepuh yang memiliki kemampuan dalam meramu berbagai jenis rempah dan bahan tradisional sebagai luluran).
Didampingi orang tuanya masing-masing, puluhan anak-anak itu terlihat ceria. Wajah mereka nampak berseri – seri ketika tersapu ramuan ‘odak’ (lulur) yang dioleskan oleh orang tua, para tetua, juga tokoh masyarakat dan orang yang dihormati (semuanya adalah kaum perempuan).
Karena banyaknya anak – anak yang di-odak, prosesi yang diringi suara tetabuhan (gong genang) dan lengkingan suara serune (serunai) itu berlangsung cukup lama. Anak-anak bergiliran menuju tempat barodak yang ditempatkan persis di beranda Pendopo.
Ratusan tamu undangan, termasuk Wakil Bupati KSB, Fud Syaifuddin, Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Ny Neni Apriani Fud Syaifuddin, para pejabat lingkup Pemda KSB serta tokoh agama dan tokoh masyarakat, terlihat hadir menyaksikan prosesi itu.
Usai barodak, anak-anak tersebut, oleh orang tua masing-masing dibawa menuju meja -meja yang ditata berderet dibawah tenda yang didirikan tidak jauh dari lokasi Barodak. Disekeliling meja, telah berdiri tiga hingga empat orang perawat yang menunggu mereka.
Kehebohan mulai terjadi saat itu. sejumlah anak mulai menampakkan penolakan, ada yang menangis ada yang meronta, bahkan ada yang lepas dari rangkulan orang tuanya, kemudian lari menjauh dari tenda.
Beberapa orang tua terlihat sibuk berusaha mendiamkan anak mereka yang menangis sekeras – kerasnya menolak untuk naik keatas meja. Tapi sekeras apapun penolakan yang dilakukan, akhirnya mereka hanya bisa pasrah dengan sigap sejumlah perawat mulai bekerja ‘mempermak lambang kejantanan mereka sebagai lelaki’.
Wakil Bupati KSB, Fud Syaifuddin beserta sejumlah pejabat lainnya tampak hilir mudik berkeliling dari satu meja ke meja yang lain untuk menyapa anak-anak tersebut. Tapi kehadiran pemimpin KSB itu tidak mampu meredam suara tangisan histeris mereka yang tetap saja semakin keras.
Ya, hari itu, puluhan anak-anak yang berasal dari seluruh KSB tersebut, menjadi peserta keg iatan khitanan massal yang diselenggarakan oleh GOW bekerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) KSB. Tercatat lebih dari 60 orang anak yang terdaftar menjadi peserta.
“Kegiatan khitanan massal ini merupakan agenda rutin GOW setiap tahun yang diselenggarakan sebagai wujud kepedulian dan mempererat silaturahmi antar masyarakat,” ujar Ketua GOW KSB, Ny Neni Apriani.
Selain khitanan massal, katanya, GOW juga aktif dalam sejumlah program pemberdayaan masyarakat lainnya yang difokuskan pembinaan kelompok usaha kecil mandiri, pendampingan kelompok wanita tani hingga peningkatan kesadaran masyarakat tentang lingkungan, menyukseskan program tuntas buta huruf membaca Al Qur’an bersama TP PKK.
“Khitan adalah salah satu fitrah kesucian. Semoga anak-anak yang dikhitan hari ini menjadi anak yang soleh dan nantinya menjadi generasi penerus KSB yang beriman dan bertaqwa dan mampu berbuat untuk kemajuan daerah dan masyarakat,” harapnya.
Sementara Wakil Bupati KSB, Fud Syaifuddin menyatakan pemerintah daerah berkomitmen untuk mendukung agenda – agenda yang dilaksanakan GOW serta organisasi kewanitaan lainnya.
“Keberadaan kaum wanita ini menjadi salah satu instrument penting dalam program pembangunan di daerah. Banyak wanita yang terlibat aktif sebagai agent PDPGR dan menjadi motor penggerak dalam program – program berbasis gotong royong yang kita laksanakan,” puji Wabup.
Ia berharap kedepan para wanita di KSB bisa mengambil porsi lebih besar dalam program pembangunan.(EZ)
Komentar