KabarNTB, Mataram – Bayi Muhammad Talif, bayi kembar siam dengan dua kepala dari Kabupaten Sumbawa yang saat ini menjalani perawatan intensif di RSUP NTB di Mataram, divonis tidak bisa dipisahkan.
Dalam perawatan saat ini, bayi Muhammad Talif, dipantau langsung oleh tiga orang dokter spesialis ahli kesehatan anak kembar siam dari Rumah Sakit dr Sutomo Surabaya, yakni dr Agus Harianto SpA(K), dr Purwadi SpB SpBA dan DR dr Mahrus A. Rachman SpAA(K).
Ketiga orang dokter ini diundang secara khusus oleh RSUP NTB untuk melakukan penanganan terhadap anak dari pasangan Fathul Bahri dan Zurriyah asal Dusun Genang Genis, Desa Kerato, Kecamatan Unter Iwes Kabupaten Sumbawa itu.
Ketiga dokter ini menyatakan bayi Muhammad Thalif tidak mungkin bisa dipisahkan akibat menderita kembar siam parapagus (posisi tubuh berdempetan secara menyamping dengan dua kepala).
Menurut dr Agus Harianto SpA(K), kasus kembar siam parapagus bukan hanya dialami oleh bayi Muhammad Talif. Fenomena ini, kata dia, juga terjadi di daerah lain Indonesia, seperti di daerah Magetan, Madiun, Jawa Timur dan Medan Sumatera Utara.
dr Agus menyatakan dirinya pernah menangani sekitar sepuluh bayi lahir kembar siam parapagus. Kebanyakan bayi tersebut tidak bisa bertahan lama.
“Seperti kasus kembar siam parapagus di Bangkalan hanya bisa bertahan selama tiga belas hari.,” ungkapnya.
Sedangkan untuk kasus kembar siam parapagus yang dialami bayi Muhammad Talif, ia lahir dengan keadaan sudah kekurangan oksigen. Kondisi itu, kata dokter Agus, akan menjadi ancaman bagi masa depan bayi yang lahir pada tanggal 10 april 2017 lalu itu.
“Dengan kondisi lahir kurang oksigen ini, otaknya akan terganggu. Paru-parunya juga terganggu, begitu pun dengan pembuluh darahnya. Yang bisa kita lakukan hanya memberikan terapi nutrisi dengan membawa susu formula dari Surabaya,” urai Agus dalam konferensi pers di Media Center RSUP NTB, Selasa lalu.
“Pasien kembar siam parapagus tidak mungkin untuk dipisahkan dalam keadaan normal. Dia akan bertahan hidup sepanjang masa berdampingan,” timpalnya.
Ada tiga faktor bayi kembar siam tidak bisa dipisahkan, lanjutnya, yakni jantung dan pembuluh darahnya menyatu, jaringan otaknya menyatu, dan sistim pembuluh darahnya menyatu.
“Sehingga tim memutuskan agar bayi kembar siam ini dirawat sehingga mereka bisa bertahan hidup sepanjang masa,” ucapnya.
Sementara , dr Purwadi, mengatakan meski jantung bayi Muhammad Talif terpisah namun pembuluh darah besar (aorta) menyatu. Begitu pun dengan ginjal dan livernya juga hanya ada satu. Dengan kondisi seperti itu, tidak mungkin untuk dipisahkan. Jika dipaksakan, maka salah satu akan menjadi korban.
Soal kondisi jantung , DR Mahrus A Rachman menjelaskan, bayi Muhammad Talif memiliki dua jantung. Keadaan jantung tersebut dalam kondisi baik dari aspek struktur dan fungsinya normal.
“Keadaan jantung bayi yang sebelah kanan lebih kecil dari jantung bayi yang sebelah kiri. Akan tetapi, pembuluh darah bayi itu hanya satu. Begitu pun kondisi paru-parunya kecil karena dipengaruhi oleh kondisi jantungnya yang berdempetan sehingga mempengaruhi masalah pernafasannya,” ujar pria kelahiran Kota Bima itu.(Yus)
Komentar