Pertama Kali di NTB, KONI KSB Gelar Pelatihan Juri Paralayang Tingkat Nasional

KabarNTB, Sumbawa Barat – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) bekerjasama dengan Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) NTB, menggelar kegiatan pelatihan dan seminar juri paralayang tingkat nasional di Taliwang, Sabtu, 1 April 2017. Pelatihan dan seminar juri ini akan menghadirkan sejumlah pembicara dan instruktur dari FASI Pusat.

Penggagas kegiatan itu, Ketua KONI KSB, Deden Zaedul Bahri, mengatakan pelatihan dan seminar juri paralayang penting dilaksanakan karena dalam beberapa tahun terakhir perkembangan olahraga dirgantara itu di NTB, cukup pesat. Selain banyaknya atlet-atlet baru dan lokasi (site) paralayang yang bermunculan di semua Kabupaten/kota, event paralayang berkelas regional, nasional bahkan dunia juga semakin intens dilaksanakan di daerah ini.

“Kondisi ini yang coba kita sikapi dengan mengadakan pelatihan dan seminar juri tingkat nasional. Selama ini jika ada kejuaraan yang dilaksanakan di NTB, kita selalu mendatangkan juri dari luar daerah. Ini baru pertama kali dilaksnakan di NTB,” ungkap Deden.

Koni KSB menargetkan kegiatan pelatihan dan seminar itu akan diikuti oleh 30 orang peserta dari seluruh NTB. Menurut Deden, sasaran utama program itu adalah penggiat paralayang yang tidak ada orientasi untuk menjadi atlet. Para peserta itu nantinya akan langsung menerapkan ilmu yang mereka dapat dari pelatihan pada Kejurda Paralayang NTB yang akan digelar tanggal 2 – 4 April di Mantar.

“Meski targetnya 30 tetapi jumlah peserta yang telah terdaftar di panitia lebih dari itu. Ini positif untuk perkembangan olahraga paralayang di NTB,” imbuh Ketua KONI yang juga merupakan tokoh dibalik dikenalnya Desa Mantar sebagai site paralayang berkelas dunia itu.

Sekretaris Umum FASI, Wim Salim yang akan menjadi salah satu instruktur dalam kegiatan pelatihan itu mengapresiasi gagasan KONI KSB untuk menggelar pelatihan itu. Menurutnya, pelatihan dan seminar juri dilaksanakan sebagai bagian dari pengembangan olahraga paralayang di daerah.

“Karena untuk membawa juri dari luar daerah dalam suatu kejuaraan, itu membutuhkan biaya yang besar. Kalau di daerah ada juri, kita bisa menghemat biaya besar sekali. Karena juri ini tidak hanya ada di Jakarta, tapi ada dari Pontianak, Malang, bahkan Padang,” ungkapnya.

Wim berharap para pegiat paralayang di NTB aktif mengikuti kegiatan pelatihan dan seminar itu, karena pasca pelatihan mereka akan diundang untuk mengikuti kegiatan magang di berbagai kejuaraan yang akan dilaksanakan FASI.

“Setelah magang mereka akan kita kasi lock book untuk kita jadikan juri-juri nasional,” janjinya.

Saat ini di KSB sendiri terdapat dua klub dan sekitar 15 orang atlet paralayang. Lima orang diantaranya sudah memiliki lisensi. Sementara secara keseluruhan di NTB jumlah atlet sudah mencapai sekitar 50 orang. mereka tersebar diseluruh kabupaten/kota dan telah terdaftar sebagai peserta Kejurda yang akan digelar mulai hari minggu besok di Mantar.

Wim Salim, mengakui perkembangan olahraga paralayang di NTB memang tidak sepesat Manado, Sulawesi Utara. Dalam konteks ini, Wim mengingatkan bahwa peran instruktur (pelatih) sangat penting dalam program pembinaan atlet.

“Harus dipastikan dulu atlet yang dibina sudah matang, baru diikutkan kejuaraan. Jangan ‘dipaksa’ ikut kejuaraan mengejar lisensi lalu diikutkan kejuaraan, padahal mereka belum paham aturannya, bagaimana saffety juga bagaimana berkompetisi dalam kejuaraan. Kalau ini bisa dilakukan instruktur, pasti akan lebih baik,” demikian Wim Salim.(EZ)

Komentar