Oleh : Firdauzi Nuzula
Banyak orang terkenal atau para pesohor duni yang menderita penyakit Parkinson. Penyakit yang mungkin masih belum begitu dikenal orang awam. Parkinson merupakan gangguan otak yang menyebabkan menurunnya kontrol otot. Ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan, gemetaran pada saat istirahat (tremor), kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Parkinson adalah nama seorang dokter asal London, Inggris, yang pertama kali mempublikasikan gejala penyakit ini tahun 1817. Hingga saat ini, diperkirakan terdapat lebih dari 10 juta orang di dunia yang menderita penyakit Parkinson.
Diantaranya terdapat beberapa nama-nama orang terkenal, seperti petinju Muhammad Ali, Paus John Paul II, Yasser Arafat (Mantan Pemimpin Palestina), bahkan hingga Adolf Hitler (Pemimpin Nazi Jerman). Meski tak ada hubungannya Parkinson dengan kepopuleran seseorang, namun penyakit ini bisa menimpa siapa saja. Kebanyakan menimpa kalangan orang tua dan lebih cenderung terjadi kepada laki-laki. Biasanya gejala penyakit Parkinson mulai terasa ketika penderitanya memasuki usia 50 tahun. Tapi ada sekitar 5 persen orang yang mengalami gejalanya pada usia 40 tahun.
Tanda-tanda awal terkena Parkinson mungkin tidak secara langsung diketahui, karena mirip dengan kondisi lain. Tanda-tanda itu, seperti : sedikit gemetar jari, tangan, kaki, atau bibir; kekakuan atau sulit berjalan; kesulitan untuk keluar dari kursi; sulit menulis dengan tangan; postur bungkuk; serta wajah seperti “topeng”, tanpa ekspresi wajah atau datar.
Penyebab umum terjadinya penyakit ini masih belum diketahui, namun ada beberapa faktor , diantaranya yaitu genetik ( faktor keturunan ), lingkungan (misalnya: terkena paparan racun dari lingkungan, racun yang dapat memicu adalah karbon monoksida, karbon disulfide, pestisida dan herbisida, begitu juga dengan polusi industri, ikut berkontribusi dalam terjadinya kondisi Parkinson), usia ( rata-rata 60 tahun ), jenis kelamin ( lebih rentan laki-laki ), adanya kehadiran lewy body ( jumlah yang tidak normal dari protein yang terbentuk di dalam sel saraf ), dan alpha-synuclein ditemukan di dalam lewy body ( protein yang terdapat di otak ).
Pada Parkinson, sel-sel di substansia nigra yang mengontrol gerakan, berhenti memproduksi dopamine, zat kimia yang membantu sel-sel saraf berkomunikasi. Saat sel-sel yang memproduksi dopamin mati, otak tidak menerima pesan yang diperlukan tentang bagaimana, dan kapan harus bergerak. Parkinson bersifat progresif, yaitu perubahan di dalam otak terus dari waktu ke waktu.
Sementara Parkinson dapat diagnosis yang menakutkan, harapan hidup adalah sama dengan orang yang tanpa penyakit.Untuk beberapa gejala, orang yang terkena Parkinson berkembang secara perlahan selama 20 tahun.
Pada beberapa penelitian, sekitar 5%- 10% kasus terkena Parkinson terjadi sebelum usia 50 tahun. Dua penelitian yang dikembangkan untuk penyakit Parkinson sebelum usia 50 tahun: Muhammad Ali pada usia 42 tahun, dan aktor Michael J.Fox pada usia 30.
Soal kenapa penyakit ini cenderung diderita oleh public figure menurut saya berkaitan erat dengan gaya hidup dan padatnya jadwal baik sebagai entertainer, olahragawan maupun politisi dan pemimpin.
Hal ini dapat mempengaruhi kejernihan mental dan pikiran, serta mengubah perilaku dan suasana hati dimana dapat menyebabkan depresi. Jika kondisi itu terjadi, yang bekerja hanya serotonin nya dan dopamine menurun. Tingginya tingkatan serotonin akan mempengaruhi otak seperti gelisah, gemetar dan perasaan dingin. Kondisi ini akan semakin parah jika dibarengi dengan gaya hidup yang tidak sehat dan konsumsi minuman beralkohol.
Bagi sebagian kalangan konsumsi alkohol dianggap menghilangkan stress, tetapi yang tidak disadari alkohol dapat mempengaruhi cerebellum pada otak yang mengontrol gerakan otot. Cerebral cortex dan cerebellum bekerja sama dengan mengirimkan sinyal melalui sumsum tulang belakang untuk mengontrol fungsi otot. Konsumsi alkohol berlebih akan membuat gerakan otot menjadi tidak terkoordinasi. Hal ini tidak hanya memicu, apabila diikuti dengan adanya faktor genetik (keturunan), maka resiko terserang parkinson menjadi lebih tinggi.
Tingkat keparahan parkinson dapat dideteksi / diukur dengan skala Hoehn dan Yahr . Persatuan penyakit Parkinson, mengevaluasi skala kejernihan mental dan fungsi, perilaku dan suasana hati, aktivitas hidup sehari-hari, dan fungsi motorik. Skala ini dapat digunakan agar yang beresiko terkena Parkinson dapat mencegah ataupun dapat mengurangi tingkat keparahannya.
Meskipun Parkinson sebenarnya tidak dapat dicegah, namun ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar parkinson tidak semakin parah, yaitu dengan menghindari rokok dan alkohol, olahraga teratur dan menghindari olahraga ataupun pekerjaan atau mengangkat beban-beban yang berat.
Selain itu terdapat diet yang seimbang antara kalsium dan vitamin D untuk kekuatan dan kesehatan tulang. Ada juga perawatan dan dopamine agonists, sebuah obat yang mirip dopamine yang digunakan untuk menunda gerakan terkait gejala Parkinson. Misalnya: apokyn, mirapex, parlodel, dan requip.
Sedangkan untuk tindakan medisnya dapat dilakukan dengan pembedahan pallidotomy dan thalamotomy yang merupakan prosedur bedah yang menggunakan energi radio-frekuensi untuk menghancurkan secara permanen area seukuran kacang dalam globus pallidus atau thalamus. Daerah ini berhubungan dengan tremor, kekakuan, dan bradykinesia, sehingga gerakan umumnya membaik setelah operasi dengan mengurangi ketergantungan terhadap levodopa (asam amino di otak yang dikonversi menjadi dopamine).
Jadi, dengan mengetahui ciri-ciri dan gejala parkinson, kita tidak boleh lagi menyepelekan setiap gejala yang kita alami. Karena bisa saja gangguan yang kita anggap biasa saja, ternyata merupakan penyakit yang cukup serius dan bisa berakibat fatal yaitu kematian.(*)
*)Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang
Komentar