PKS Gelar Ngaji Budaya dan Lomba Baca Kitab Kuning

KabarNTB, Mataram – Bidang Seni dan Budaya Dewan Perwakilan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (DPW-PKS) Nusa Tenggara Barat (NTB) menginisiasi beberapa kegiatan budaya melalui acara ‘Ngaji Budaya dan Peluncuran Lomba Baca Kitab Kuning’.

Ketua Panita, Syawaluddin, mengatakan kegiatan yang dilaksanakan meliputi Pentas Seni, Ngaji Takepan dan Dialog Budaya.

Kegiatan yang mengangkat tema ‘Memperkokoh Keindonesiaan Kita Menyongsong Kebangkitan Nasional’ ini lanjutnya, juga menghadirkan pihak Fraksi DPRD NTB, Majelis Masyarakat Adat Sasak NTB, Paguyuban Adat Budaya Sasak, Persatuan Pemuda Sasak NTB dan Sanggar Seni Budaye Sakti Kampung Adat Sade.

“Khusus acara dialog budaya kami menghadirkan HL Bayu Windiya dan H Johan Rosihan ST sebagai pembicara,” ujar Syawaluddin yang juga Ketua Bidang Seni dan Budaya DPW PKS NTB.

“Selain melestarikan atau mengembangkan budaya Islam di NTB, kita juga ingin lebih mengenalkan nilai-nilai budaya sekaligus memahami budaya dalam memperkokoh jati diri,” imbuh Syawal yang ditemui KabarNTB disela-sela Ngaji Budaya dan Lounching Lomba Baca Kitab Kuning di Aula Taman Budaya Kota Mataram-NTB, Ahad (7/5) malam.

Kegiatan itu disupport Fraksi PKS DPRD NTB, khususnya H Johan Rosihan, selaku Ketua Fraksi PKS DPRD NTB.

Menurut Syawal kegiatan Ngajo Budaya itu juga menepis anggapan bahwa PKS merupakan partai elit yang eksklusif sebagaimana sebagaimana anggapan sejumlah kalangan. Sekaligus sebagai upaya PKS menangkal radikalisme dan terorisme serta mengenal nilai budaya umat muslim di NTB.

“Intinya kami berharap dan menginginkan agar jangan sampai kita lupa nilai budaya dan kita harus memahami budaya leluhur kita. Kalau kata pepatah, jangan seperti kacang lupa kulitnya,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Fraksi PKS DPRD NTB, H Johan Rosihan ST dalam sambutannya, memberikan apresiasi penuh kepada pihak panitia penyelenggara kegiatan.

Menurutnya, acara ini sangat positif dan perlu untuk didukung. Sebab baginya berbicara soal Budaya tentunya sangat dalam. Dimana sangat penting pemahaman nilai-nilai budaya, sehingga terus dilestarikan sebagai mana para leluhur terdahulu.

Kedepan sambung pria yang karib disapa-Bang Jo ini, bidang senbud DPW PKS harus melakukan semacam kontrak dengan taman budaya, sehingga bisa mengakomodir, merealiasasikan serta memfasilitasi kaula muda/paguyuban.

“Jangan sampai kita asing dengan taman budaya. Karena taman budaya ini adalah rumah kita,” tuturnya.

Persoalan antaran pendidikan dan kebudayaan bagi Johan masih menuai tanda tanya. Dimana ia mempertanyakan bahwa kenapa perlu pendidikan itu disandingkan dengan kebudayaan? Menurut pria asal Sumbawa itu, pendidikam masih jauh dari kebudayaan padahal pendidikan dan kebudayaan disatukan dalam kurikulum.

“Nah ini dia yang menjadi PR kita bersama. Karena budi pekerti hilang dalam pendidikan kita. Untuk itu, saya berharap dan ingin membawa ruh kehidupan budaya bisa berjayaan dalam mengembalikan harkat dan martabat kita,” tandasnya.(Bi)

Komentar