KabarNTB, Mataram – Para pelaku seni di Nusa Tenggara Barat (NTB) dilibatkan dalam upaya pencegahan terorisme dan radikalisme.
Wakil Gubernur NTB, HM Amin ketida membuka kegiatan dialog pelibatan komunitas seni budaya dalam pencegahan terorisme dengan tema “Sastra cinta damai, cegah faham radikalisme”, di Mataram, Kamis, 3 Agustus 2017, mengatakan, kesenian memiliki nilai yang sangat kuat sebagai sarana sosialisasi terhadap pencegahan terorisme dan berkembangnya paham radikalisme di tengah-tengah masyarakat.
“Dengan melibatkan pelaku kesenian seperti para musisi lewat sentuhan lirik lagunya dapat menyentuh hati pendengarnya. Lewat puisi dan Dalang dengan Wayang Kulitnya, dapat disampaikan pesan-pesan yang penuh makna sebagai sarana untuk mitigasi tindakan terorisme dan berkembangnya paham radikaslisme di kalangan masyarakat,” ujar Wagub dihadapan Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Hj Andi Intang Dulung, tokoh agama, tokoh adat, para budayawan dan mahasiswa yang menjadi peserta dialog.
Wagub menegaskan perlunya kerjasama berkesinambungan semua pihak melalui program-program strategis dalam mencegah tindakan terorisme dan radikalisme.
“Perbedaan harus dijadikan sebagai sebuah kekuatan untuk membangun negara dan daerah menjadi lebih maju dan kuat, bukan sebaliknya sebagai sumber perpecahan,” ajak Wagub.
Ia juga mengingatkan pentingnya mewaspadai adanya sel-sel tidur yang siap bangun kapan saja untuk melakukan tindakan teror di daerah. Untuk itu pemerintah dan DPR, kata wagub, harus segera bersinergi untuk membentuk regulasi sebagai payung hukum guna meminimalisir tindakan terorisme.
Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Hj Andi Intang Dulung menyampaikan, pelibatan komunitas seni budaya dalam pencegahan terorisme merupakan kegiatan sangat strategis dan perlu terus dilakukan. Pendekatan seni budaya, menurutnya, akan menjadi strategi yang efektif dalam mengeleminir masuknya faham radikalisme dikalangan generasi muda, karena melibatkan mereka secara langsung dan kesenian disenangi oleh banyak pihak.
“Miitigasi harus dimulai dari generasi muda, karena mereka adalah orang-orang yang paling aktif berinteraksi dengan media sosial. Generasi muda paling rentan terpapar persoalan radikalisme,” katanya.(Bi)
Komentar