Menteri Agama Buka Konfrensi Internasional Alumni Al Azhar

KabarNTB, Mataram – Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin membuka secara resmi Konferensi Internasional Alumni Al-Azhar di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB di Mataram, Kamis 19 oktober 17.

Dihadapan para ulama dari 22 negara yang merupakan Alumni Al-Azhar Mesir dan para santri yang hadir, Lukman Hakim memberikan apresiasi kepada para alumni Al-Azhar atas kontribusi dan sumbangsihnya dalam membangun kehidupan  keagamaan di Indonesia yang  senantiasa menjunjung tinggi Islam secara moderat yang Rahmatan Lil’alamin.

Menteri Lukman juga mengapresiasi kiprah  Al Azhar sebagai lembaga pendidikan Islam tertua dunia,  yang telah berusia lebih dari 1000 tahun. Lembaga tersebut senantiasa menebarkan Islam wasathiyah sehingga kemudian dunia mengenangnya sebagai benteng moderasi Islam.

“Bangsa Indonesia merasa sangat bersyukur karena banyak sekali alumni Al-Azhar yang telah berkiprah dihampir semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi. Bahkan Presiden RI, Gus Dur pun merupakan alumni Al-Azhar,” terang Lukman Hakim.

Dalam pandangan Menteri Agama, Al-Azhar memiliki daya tariknya tersendiri, selain karena keikhlasan para Ulama-ulamanya dan para guru-gurunya yang mendatangkan keberkahan bagi seluruh pelajar Mahasiswa, juga daya tarik Universitas Al-Azhar adalah karena tradisi keilmuannya yang begitu kuat yang bercirikan Islam moderat.

Ciri ini berasal dari awal Al-Azhar dari sebuah Masjid yang kemudian berkembang menjadi Universitas yang senantiasa mengusung nilai-nilai tauhid yang penuh dengan spiritualitas islam yang dipadukan dengan keilmuan.

“Ciri utama Al-Azhar bukan hanya menghimpun para pelajar dari seluruh penjuru dunia untuk mendalami keilmuan Islam, tetapi juga tradisi keilmuannya yang menghimpun berbagai mashab, berbagai aliran pemikiran dan berbagai aliran faham keagamaan yang merupakan kekayaan Islam yang mampu dijaga dan dirawat dengan baik oleh Al-Azhar,” tuturnya.

Kelebihan lainnya, adalah memadukan hal-hal yang sifatnya tekstual dengan nalar dan kontekstual. Wahyu Al-Qur’an dan Hadist dijaga sedemikian rupa tapi juga kemudian akal diposisikan pada tempatnya secara proporsional. Disisi lain penggunaan akalpun dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak tercerabut dari teks-teks yang bersumber dari AL-Qur’an dan Hadist.

Pada kesempatan itu, Lukman Hakim juga memuji alumni-alumni Al Azhar yang sebagian besar menghimpun dan mempersatukan umat islam serta senantiasa memelihara keragaman pandangan keagamaan dalam internal umat Islam itu sendiri. Bahkan juga keberagaman pandangan keagamaan di luar Islam.

Menurutnya, tiga isu besar yang dikupas dalam konferensi internasional di Lombok NTB ini, yakni  kufur/kafir, fatwa dan dakwah, menunjukkan alumni-alumni Al Azhar sangat arif dan bijaksana.

Ia menegaskan konsepsi tentang apa itu kufur sebagai sesuatu yang belakangan ini menjadi isu yang cukup marak di masyarakat karena hanya persoalan yang sifatnya tidak pokok membuat sebagian orang saling mengkafirkan satu sama lain.

“Maka dalam konteks kekinian kita perlu memahami apa sesungguhnya definisi dan konsepsi dari kufur tersebut,” katanya.

Demikian pula tentang fatwa. Lukman menilai sangat relevan dan kontekstual untuk dibahas, terlebih di era teknologi komunikasi saat ini dimana kita nyaris tiada henti menerima pandangan agama bahkan fatwa-fatwa dari pihak yang tidak cukup memiliki otoritas untuk mengeluarkannya.

Sementara tentang definisi dan konsepsi dakwah, Menteri Agama menegaskan bahwa dakwah yang mengajak, mengayomi bukan dakwah yang saling menafikkan antara satu dengan yang lain.

Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi dalam sambutannya secara singkat mengatakan bahwa moderatisasi bukan hanya bagian dari agama islam akan tetapi pusat untuk dakwah dalam agama islam.

“Mari kita menjaga, memuliakan, meyakini dan mensyukuri moderatisasi ini,” ajaknya.(By)

Komentar