KabarNTB, Jawa Tengah – Gubernur NTB, TGH M Zainul Majdi (Tuan Guru Bajang – TGB), mendapat sambutan antusias dari para ulama, pemerintah daerah dan masyarakat Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
“Gubernur NTB sebagai seorang Kyai, juga pejabat pemerintahan. Harus diakui tokoh seperti Gubernur TGB ini, masih sangat langka di negara kita saat ini,” ungkap Penjabat Walikota Pekalongan H Syailani, saat memberikan sambutan pada acara Pengajian Akbar kerjasama Pemerintah Kota Pekalongan bersama pengurus masjid Al Ikhlas kawasan bundaran Jetayu, Kota Pekalongan, Minggu, 1 oktober 2017.
Penjabat Walikota Pekalongan menegaskan, Ilmu yang dimiliki TGB selaku ulama dan Umara sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama dalam menghadapi kondisi bangsa saat ini. Karena itu, Ia berharap kehadiran TGB akan dapat berbagi ilmu dan menginspirasi bagi masyarakat dan jajaran Pemkot Pekalongan.
“Masyarakat kota Pekalongan adalah Masyarakat yang religius. Walaupun masyarakat kami majemuk karena terdiri dari berbagai golongan, etnis dan agama, namun tetap harmonis dan taat beribadah,” ujar H Syailani.
Ketua Takmir Masjid Al Ikhlas, H Zais, juga mengungkapkan hal serupa tentang TGB.
“TGB ini adalah sosok yang sudah lama kami dengar dari media massa maupun media sosial sehingga hari ini kami sangat bersyukur bisa berjumpa langsung dengan TGB,” ungkapnya.
Ratusan masyarakat dan jamaah masjid Al Ikhlas Kota Pekalongan tampak sangat Antusias mengikuti pengajian akbar tersebut, meski sempat menunggu beberapa jam sebelum TGB tiba di lokasi acara.
Dalam Tausyiahnya, TGB mengajak jamaah untuk senantiasa bersyukur dan memperbanyak intensitas perjumpaan. Menurutnya, dengan memperbanyak perjumpaan secara langsung merupakan wujud ukhwuah dan silaturrahim.
“Manusia yang baik adalah Manakala mampu mensyukuri nikmat dan jangan sampai lebih banyak perjumpaan di dunia maya dibandingkan dunia nyata. Sesungguhnya Allah menciptakan laki-laki dan perempuan, berbangsa dan bersuku suku untuk saling mengenal satu sama lainnya,” ungkap TGB, mengutip Surat Al Hujurat ayat 13.
Menurutnya, ayat tersebut menunjukkan bahwa kemajemukan bangsa ini semuanya adalah skenario Allah, bukan skenario manusia. Sehingga manusia tidak bisa memaksakan untuk membuat skenario menjadi satu suku, satu agama dan lainnya. Gubernur Hafizd Al Qur’an itu menegaskan, manusia hanya menjalani hidup sesuai skenario Allah.
“Maka manusia harus siap menjalani hidup sesuai kodrat. Hidup sebagai Fahayiakum, yaitu kasih sayang Allah yang membuat kita dari tidak ada menjadi ada,” ucapnya.
Menurut TGB, hal itu mempertegas bahwa manusia, tugasnya bukan untuk mengganti skenario tetapi menjalani hidup, bukan merubah keragaman tapi menjalani dan menjaganya. Dengan keragaman, kata TGB, maka manusia bisa saling berbagi ilmu.
“Bagaimana membuat batik yang bagus maka dipekalongan tempatnya. Tetapi kalau mau belajar membuat sambal cabai rawit yang enak maka datanglah ke Lombok,” ungkap TGB memberi ilustrasi.
Dalam pandangannya perbedaan juga bagian dari ujian, sekaligus kesempatan bagi manusia untuk merajut keberagaman menjadi sebuah konsensus berbangsa dalam membentuk Indonesia.
Sebagai khalifah di muka bumi, TGB menguraikan empat hal yang perlu dilakukan manusia, yakni, pertama : memakmurkan bumi Allah. Kedua, menata hidup dengan sebaik baiknya. Kemudian ketiga, melatih diri menjadi lebih baik, dengan pendidikan karakter dan nilai nilai ilmu pengetahuan dan agama, serta yang keempat adalah mengamalkan dan menjalankan perintah perintah dari Allah SWT serta menjauhi segala laranganNya.(Bi)
Komentar