KabarNTB, Mataram – Peristiwa erupsi Gunung Agung di Provinsi Bali berdampak terhadap angka kunjungan wisatawan dan bisnis lainnya di bidang Pariwisata di NTB.
Seperti diketahui, akibat erupsi Gunung Agung, kini aktifitas penerbangan di Bandara Internasional Lombok (BIL) terpaksa harus buka tutup.
Jika kondisi ini terus terjadi hingga akhir Desember ini, maka target kunjungan dari sektor Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) diperkirakan bakal berkurang mencapai 20-30 persen.
Ketua Indonesian Congress and Convention Association (INCA) NTB, M. Nurhaedin mengatakan, salah satu agenda nasional yang terdampak bencana Gunung Agung yaitu kegiatan Desa Benderang Informasi Publik (DBIP) yang berlangsung dari tanggal 28 – 30 November 2017 di Kota Mataram.
Sebab, selain gagalnya kedatangan Wapres Jusuf Kalla bersama para Menteri kabinet kerja membuka kegiatan nasional tersebut, pihak event organizer yang telah menyiapkan akomodasi di hotel berbintang dan melati sekitar 4200 kamar, yang terpakai tidak lebih dari 1000 kamar.
“Kondisi ini disebabkan banyaknya peserta dari luar daerah yang tidak bisa datang ke Lombok akibat penutupan bandara,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Edo mengaku, dalam INCCA terdapat 22 entitas usaha yang bergerak. Diantaranya, travel agent, catering, pengusaha souvenir, event organize dan lain sebagainya. Meski demikian, pihaknya belum mampu menghitung secara detail kerugian financial dari bencana ini.
“Kalkulasi kerugian akan bisa kita lakukan pada akhir tahun ini. Tapi, yang kelihatan adalah target kunjungan dari MICE yang jelas berdampak pada angka kunjungan wisatawan ke NTB,” tuturnya.
Sementara itu secara terpisah, Ketua Persatuan Hotel dan Restoran (PHRI) NTB, H. Lalu Abdul Hadi Faisal mengatakan, kegiatan lain yang juga batal dilakukan. Salah satunya,acara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang telah direncanakan juga batal dilaksanakan.
“Selain itu, ada juga 20 orang wartawan Korea Selatan tertunda menuju Lombok akibat penutupan BIL,” ucapnya.
Hadi berharap kondisi seperti ini bisa segera terlewati. Apalagi saat ini okupansi hotel atau tingkat hunian juga sedang musim sepi.
“Jangan sampai melewati 3 hari, kita sudah punya pengalaman waktu erupsi gunung Baru Jari,” tukasnya.
Menurutnya, okupansi hotel saat ini rata-rata 65 persen. Meskipun masih ada yang mencapai 90 persen, terutama hotel-hotel di kota. Namun ada pula yang okupansinya hanya 45 persen.
“Pengaruh Gunung Agung ini yang kita khawatirkan,” timpalnya.
Hal yang menjadi perhatiannya juga yaitu wisatawan yang tidak bisa kembali ke kampung halamannya. Sebagai bentuk rasa tanggungjawab, pihaknya memberlakukan diskon harga sewa kamar hingga 50 persen.
Hadi menegaskan, langkah tersebut harus diambil untuk membuat wisatawan yang telah berkunjung ke Lombok tetap merasa nyaman. Mengingat, banyak wisatawan yang harus menambah waktu menginap di hotel karena BIL ditutup.
PHRI sendiri menyerahkan sepenuhnya kepada masing-masing hotel untuk mekanisme diskon. Meskipun begitu, para pemilik hotel telah sepakat untuk memberlakukan kebijakan diskon tersebut untuk segera diterapkan. PHRI juga menyediakan fasilitas transportasi gratis bagi wisatawan yang terdampak erupsi gunung Agung.
“Mereka sudah batal balik, masa kita mau beratkan lagi,” demikian ia menambahkan.(By)
Komentar