PTAMNT, Antara Penghargaan dan Tuan Rumah yang Menjadi Penonton

*) Oleh : Alimuddin, SE

Awal Desember 2017), diberitakan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) mendapat penghargaan tambang terbaik katagori prakter terbaik dalam Distribusi Mineral (The Best Practices in Mineral Distribution) dalam ajang penghargaan tambang bergengsi tingkat ASEAN yang diselenggarakan oleh Sekretariat ASEAN dalam rangkaian ASEAN Senior Officials Meeting on Minerals di Nay Pyi Taw.

Selain menjadi distributor konsentrat tembaga di Asia dan global, juga terbaik dalam hal distribusi informasi sehingga mendapat juga penghargaan “Golden World Award” dari International Public Relations Associations kategori Reputation & Brand Management Online. Padahal, dalam satu tahun terakhir, operasional perusahaan operator tambang emas dan tembaga Batu Hijau itu, diwarnai kisruh tenaga kerja dan juga pemuda yang menjadi tuan rumah di wilayah lingkar tambang yang hanya menjadi ‘penonton di rumah sendiri’.

Sungguh, AMNT yang baru seumur jagung tak pantas mendapat penggargaan tesebut.

Sejak awal peralihan PT. Newmon Nusa Tenggara (NNT) berubah menjadi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), terus membuat kegaduhan ditengah masyarakat. PT AMNT yang merupakan perusahaan Nasional diharapkan mampu membawa angin segar bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya yang berada di wilayah tambang beroperasi. Perusahaan Nasional yang diharapkan mampu memberikan manfaat ekonomi justru malah sebaliknya. Inilah babak baru Perusahaan Nasional Rasa Kolonial.

Jika kita mengingat kembali sejak peralihan dari PT. NNT menjadi PT. AMNT, ada berbagai kegaduhan yang terjadi dalam satu tahun terakhir.

Kegaduhan pertama terjadi pada bulan Januari 2016, dimana terjadi pemblokiran gate Benete menuju lokasi tambang, yang dilakukan oleh sub kontraktor akibat invoice atas pekerjaan yang telah mereka laksanakan belum dibayar. Kegaduhan itu sempat menjadi perhatian Pimpinan daerah (Sumbawa Barat). Pimpinan daerah bahkan sempat berstatement melalui media massa – AMNT Diminta Segera Bayar Hutang – “Kami minta ini harus segera dilunasi. Karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak yang bekerja diperusahaan sub kontraktor itu sendiri,” tegas Wakil Bupati KSB, Fud Syaifuddin, saat itu.

Satu bulan kemudian, kegaduhan berikutnya terjadi. Dua sungai di Desa Tongo Kecamatan Sekongkang, tercemar akibat meluapnya bendungan penampungan air asam tambang milik PT AMNT.  Air asam tambang tesebut mencemari sungai Tongo Loka dan Sejorong. Akibatnya, ikan dan biota yang ada disungai tersebut lemas dan mati. Kebanyakan jenis ikan yang mati seperti tuna dan udang.

Akibat pencemaran dua sugai itu warga sekitar dibuat khawatir untuk mengonsumsi ikan atau beraktifitas disekitaran sungai tersebut.

Seperti yang diungkapkan Muammar Khadafi, pemerhati lingkungan dan juga putra warga Tongo “kejadian over flow yang terjadi di bendungan Tongo Loka dan bendungan Sejorong merupakan kejadian yang sangat luar biasa dan mengerikan, sehingga berdampak kepada masyarakat,”– Air Asam Tambang Meluap Dua Sungai di Sekongkang Tercemar — http://mediaindonesia.com/

Selain itu, program pemberdayaan masyarakat disekitar tambang sudah tak terlihat lagi. Salah satu contoh pengembangan Nursery  Berbasis Tanaman Tahunan dan Semusim Melalui Kegiatan Demplot  dan pendampingan Petani sudah tidak dilakukan. Lokasi yang dulunya merupakan tempat masyarakat mengambil bibit dan sejenisnya, kini menjadi semak belukar dan sudah tidak terawat.

Akhir-akhir ini, PT. AMNT dilaporkan, kembali membuat kegaduhan, akibat ketidak pastian terkait realisasi program Restrukturisasi Tenaga Kerja (RTK) yang sudah disepakati. Pihak perusahaan merubah kembali sistim pembayaran dengan cara sepihak. “Saya minta Disnaker tegas. Surati AMNT minta penjelasan tertulis. Jangan buat gaduh di Sumbawa Barat,” M. Hatta Anggota Komisi I DPRD Sumbawa Barat — AMNT Tak Ubahnya Broker — Suara Rinjani Edisi 05 Oktober 2017.

Sudah sepatutnya perusahan nasional memberikan kesejahteraan, kenyamanan bagi masyarakat khususnya masyarakat di sekitaran tambang. Bukan malah sebaliknya. Tambang yang katanya dapat memberikan kesejahteraan bagi warga sekitar jangan hanya sebatas harapan semata, namun yang terpenting adalah realita dan wujud dari kesejahteraan itu sendiri.

Bukan hanya sekedar penghargaan semata, perusahaan nasional, seharusnya lebih Nasionalis.(*)

*) Penulis adalah Warga dan Pengelola Bumdes Benete, Kecamatan Maluk

Komentar