KabarNTB, Sumbawa – Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa membantah keras adanya warga Desa Langam Kecamatan Lopok yang menderita penyakit aneh.
Kabid P2PL Dikes Sumbawa, Agung Riyadi, Jumat 2 maret 2018 mengatakan, berdasarkan hasil kroscek di lapangan, tidak ditemukan adanya penyakit aneh yang diindikasikan sebagai sindrom minamata atau penyakit menyerupai penduduk Minamata di Jepang.
“Yang kami temukan hanya penyakit dermatitis (alergi). Yakni alergi yang disertai dengan infeksi yang lainnya tidak ada,” tegas Agung.
Sementara untuk penyebab alergi itu, kata Agung, tidak bisa diketahui. Karena sama halnya dengan penyakit astma. Yang bisa diketahui adalah pemicu dari alergi tersebut.
“Misalnya makan ikan asin, kadang-kadang orang terkena alergi. Menginggat dalam tubuhnya akan ada perlawanan. Itulah yang kemudian memicu munculnya alergi,” jelasnya.
Ia menyatakan, alergi bisa muncul dengan macam-macam manifestasi. Yang paling sering yakni pada bagian kulit sering mengalami gatal-gatal. Selanjutnya jika terjadi gatal dan digaruk dalam kondisi tangan kotor, maka akan menyebabkan infeksi. Penyakit alergi, kata dia, tidak ada obatnya dan tidak akan sembuh. Karen itu yang mesti dihindari adalah pemicu alergi.
“Dikes, dr Fatwa bersama tim sudah turun ke Desa Langam. Dari hasil turun lapangan itu, ternyata warga yang terjangkit tersebut hanya alergi yang disertai dengan infeksi atau dermatitis/peradangan,” jelasnya.
Agung juga menegaskan untuk menyimpulkan penyakit apa yang diderita warga Langam, tidak perlu ada uji laboratorium. Jikapun penyakit yang bersangkutan harus dilakukan uji lab, minimal yang bersangkutan juga harus dibawa.
“Tetapi dalam perspektif kesehatan masyarakat, hal semacam ini tidak layak diuji, karena baru satu orang. Lain halnya jika terjadi lebih dari satu orang misalnya pada 15 orang,” ucapnya.
“Sejauh ini sample darah kita tidak ambil, karena itu urusan orang perorangan. Berbeda halnya jika esoknya warga ramai terkena dengan gejala yang sama dan mirip, maka hal itu baru itu baru masuk keranah kesehatan masyarakat untuk mengurusnya apakah terjadi penularan atau tidak. Ini baru ditemukan satu orang dan sudah ditangani, maklum orang tua,”ujarnya.
Ia juga menegaskan, uji alergi terhadap orang perseorangan itu bukan tugas pemerintah, melainkan tugas perseorangan. Demikian juga jika penyakit tersebut terindikasi karena dampak mercuri, maka bukan satu orang saja yang akan terdampak.
“Terlalu dini jika disimpulkan itu adalah dampak mercuri. Terlebih belum pernah melakukan kajian terkait keberadaan mercuri, namun kita tetap mengambil dulu diagnosa umumnya. Sekali lagi untuk saat ini masih terjadi pada satu orang. Jika terjadi pada lebih banyak orang, maka baru ada landasan kuat kami untuk menelitinya,” tegas Agung Riyadi.
Ia juga menjelaskan, faktor resiko (jika dicurigai karena hal tertentu) menurutnya selalu dilihat dari jenis kelamin, umur dan pekerjaan.
“Jika pekerjaannya seorang marbot, misalnya, lantas apa kaitannya dengan mercuri. Jika disebutkan karena mengkonsumsi air, maka bukan satu orang saja yang akan terkena penyakit tersebut,” tukasnya.
Sementara mengenai kualitas air yang dikonsumsi oleh H Nurdin Bole (warga yang disebut terkena penyakit aneh,red), Agung menyatakan kualitasnya bagus. Pihaknya juga sudah mengecek keasamannya. Bahkan banyak kepala keluarga yang menggunakan air tersebut.
“Orang panu aja gatal-gatal kok. Masyarakat silahkan berkomentar apa saja. Tapi tim kami sudah turun. Faktanya hanya ketemu satu orang saja yakni H Nurdin namanya. Dia marbot masjid. Infeksi yang paling kentara itu bernanah,” jelasnya.
Sementara itu klarifikasi Dikes berbeda jauh dengan apa yang disampaikan oleh Kades langam, Sudirman. Sebelumnya Kades menyatakan bahwa penderita bukan satu orang tapi lebih dari itu. Sudirman juga mengaku penyakit itu tergolong aneh, lantaran baru terjadi di wilayahnya dan pemerintah desa tidak berani berspekulasi penyebabnya lantaran itu bukan ranahnya.(JK)
Komentar