Bantahan Pemda dan Dikes Sumbawa Soal Penyakit Aneh di Langam Tidak Sesuai Fakta Lapangan

KabarNTB, Sumbawa – Bantahan Pemda Sumbawa tentang adanya warga desa Langam Kecamatan Lopok yang menderita penyakit aneh melalui pernyataan resmi Kabag Humas dan protokol, Lutfi Makki dan bantahan dari Kabid P2PL Dinas Kesehatan setempat, Agung Riyadi terbukti tidak benar.

Hasil investigasi sejumlah wartawan yang datang langsung ke desa Langam dan menemui sejumlah warga, menemukan penyakit dengan gejala gatal-gatal disertai benjolan berisi cairan itu, dialami bukan hanya oleh satu penderita tetapi mencapai belasan orang. Bahkan ada satu keluarga yang anggota keluarganya berjumlah tujuh orang, semuanya terserang penyakit dimaksud.

Kondisi ini semakin menguatkan bahwa bantahan yang disampaikan juru bicara Pemda dan Dikes tidak sesuai fakta di lapangan. Bahkan Jubir Pemda dan Dikes terkesan sengaja menutupi jumlah penderita dan bersikeras hanya satu orang yang terjangkit.

H Nurdin Bole yang disebut Dikes Sumbawa sebagai satu-satunya penderita, ternyata ia bersama enam orang anggota keluarganya menderita penyakit yang sama

Wartawan dari berbagai media massa bersama Salamuddin Maula, Anggota DPRD Sumbawa dari Dapil II mendatangi rumah H Nurdin Bole yang oleh Jubir Pemda dan Dikses disebut sebagai satu-satunya penderita penyakit dimaksud di Desa Langam.

Lelaki sekitar 68 tahun itu masih belum pulih. Ia mengaku masih menderita gatal-gatal. Pernyataan Jubir Pemda dan Dikes yang menyebut H Nurdin satu-satunya penderita juga terbukti tidak benar. Pasalnya dirumah tersebut, istri dan anak perempuan H Nurdin, Nur Wahidah, mengaku sudah sebulan mengalami gatal-gatal dan kondisinya cukup parah.

Ia mengatakan tidak tahu penyebab penyakit tersebut. Yang ia tahu, penyakit itu bisa menular dengan cepat. Gejalanya, kulit gatal-gatal, semakin parah dalam kondisi berkeringat disusul kulit bentol-bentol bernanah.

“Hanya dengan bersentuhan langsung menular. Anak saya yang SMA dan dua adiknya berumur 5 dan 3 tahun, serta saudara ipar saya juga terkena penyakit ini. Semuanya ada tujuh orang,” ungkap Nur Wahidah.

Wartawan saat mewancarai warga lainnya di Dusun Langam. Mereka juga mengaku terjangkit penyakit gatal-gatal

Nur Wahidah mengaku telah berobat secara mandiri ke sebjah klinik di Sumbawa. Ia juga mengakui beberapa hari lalu didatangi petugas Puskesmas yang mengambil air sumur untuk diteliti. Mereka hanya disarankan berobat ke Puskesmas.

“Saya meminta pihak desa untuk mengumumkan lewat masjid agar semua warga yang terkena penyakit ini melapor agar bisa ditangani petugas. Karen bukan keluarga kami saja yang kena, banyak warga yang lain juga,” katanya.

Dari rumah H Nurdin, wartawan mendatangi rumah Raihani atau Ina Ani yang kesehariannya merupakan Pedagang keliling. Ina Ani juga mengaku sudah lama mengalami gatal-gatal bahkan bagian belakangnya sudah berkerak karena sering digaruk.

“Anak saya juga kena. Sekarang ia di Lombok dan kondisinya lebih parah dibandingkan saya,” akunya.

Nur Saidah dan Muhaini bersama putranya yang berumur 15 tahun, tetangga Ina Ani, juga mengalami penyakit serupa seperti yang dialami keluarga H Nurdin Bole.

“Semakin digaruk gatal-gatal itu semakin menjadi-jadi dan menjalar ke bagian tubuh lainnya,” ujar Muhaini.

Secara terpisah, Dokter Puskesmas Lopok, dr Fatwa Widiasari mengakui jika penderita penyakit dimaksud lebih dari satu orang. Namun demikian, hanya H Nurdin Bole yang dinilai paling parah.

“Namun penyakit itu bukan dampak dari Mercury karena untuk membuktikannya membutuhkan waktu di atas 10 tahun. Sedangkan tambang ilegal Bukit Labaong baru mulai Tahun 2010 lalu, yang artinya masih 8 tahun,” katanya.

Demikian juga aktivitas tambang juga tidak continue tidak seperti tambang besar pada umumnya. Dr Fatwa mengaku sudah turun ke lapangan dengan mengambil sampel air sumur milik H Nurdin. Dari pengecekan, air sumurnya tidak ada masalah, tidak ada perubahan warna ataupun baunya, sehingga disimpulkan tidak ada indiaksi terkontaminasi zat kimia.

“H Nurdin Bole memiliki riwayat elergi makanan, lingkungannya juga belum memenuhi standar PHBS. Jadi Alerginya bisa timbul dari obat-obatan jangka panjang karena Haji Nurdin ada mengidap penyakit lain,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, Haji Nurdin pernah diopname di Puskesmas selama tiga hari. Istri dan ketiga anaknya saat itu belum mengalami gatal-gatal. Saat datang yang kedua kali, istri dan anaknya mulai mengalami penyakit gatal-gatal tersebut.

“Sejauh ini, belum ada yang datang berobat ke puskesmas, yang banyak datang berobat seperti anak-anak pesantren yang mengalami gatal-gatal yang lazim ditangani,” ungkapnya.(JK)

Komentar