Wabup : “Menumbuhkan Minat Baca Harus Dimulai dari Guru”

 

KabarNTB, Sumbawa Barat – Guru harus memberi contoh dan membuat gerakan untuk meningkatkan minat baca, menulis dan berhitung (calistung) siswa.Wakil Bupati Sumbawa Barat, Fud Syaifuddin, saat membuka Sosialisasi Program Rintisan Pembelajaran Literasi Tingkat Awal (Pelita) di KSB, Rabu pagi 28 Maret 2018, mengatakan, guru ibarat buku berjalan.

Menumbuhkan minat baca, kata Wabup, harus dimulai dari guru itu sendiri. Jika guru tidak bisa memberikan yang terbaik, maka tidak mungkin muridnya akan melakukan yang terbaik. Karenanya guru mesti mencintai profesinya.

“Dengan mencintai profesi tersebut, maka akan memberikan dedikasi yang terbaik untuk anak-anak. ‘Kepala Sekolah dan guru juga harus memberikan contoh gerakan litetasi agar diikuti anak-anak,’’ kata Wabup.

Meningkatkan kesadaran membaca atau literasi yang kemudian membangkitkan kesadaran menulis dan berhitung, sambungnya, tidak cukup hanya dengan mengajak. Harus ada gerakan yang dilakukan sekolah sebagai ujung tombak. Wabup pun mencontohkan seperti yang dilakukan di SDN 1 Sapugara Bree, dimana pihak sekolah menempel beraneka tulisan yang berwarna warni. Tujuannya tentu untuk mengajak siswa membaca.

Guru juga juga bisa menggerakkan meningkatkan literasi dengan menjadwalkan anak-anak ke perpusatakaan. Atau bisa juga bekerjasama dengan Dinas Perpusatakaan mendatangi sekolah agar anak-anak bisa bisa membaca buku lebih banyak.

“Memberi pekerjaan rumah kepada murid untuk membuat dongeng, maka murid tersebut akan membaca kemudian menulis dongeng yang diminta guru. Atau mengadakan lomba pidato dan lomba karya tulis di sekolah. Lomba tersebut akan membuat murid mencari referensi yang tentu akan mereka baca dan dituangkan dalam bentuk tulisan,” jelas Wabup.

Koordinator Inovasi KSB selaku Ketua Panitia Sosialisasi Zulkarnain, menyampaikan, program PELITA merupakan program berkelanjutan. Sebelumnya telah dilaksanakan prapilot di tiga sekolah, yakni di SDN 4 Taliwang, MTS Lamunga dan SDIT Imam Syafi’i. Prapilot itu berjalan sukses dan dilanjutkan dengan sosialisasi.

“Kegiatan dilakukan agar melahirkan perubahan meski terlihat kecil untuk meningkatkan Calistung anak-anak. Selain itu, juga untuk memperkenalkan Inovasi di KSB. Akhirnya adalah bagaimana pembelajaran literasi bisa dilanjutkan oleh Pemerintah Daerah,” ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) KSB, Tajuddin, mengatakan, strategi dasar membangun kemajuan pendidikan ada tiga, yakni pemerataan/perluasan unit pendidikan, peningkatan mutu dan manajemen kependidikan.

Untuk pemerataan unit pendidikan sudah berjalan baik. Tidak ada anak-anak yang tidak terjangkau unit pendidikan, termasuk dukungan fasilitas yang memadai. Untuk peningkatan mutu, setiap tahun terus dilakukan.

“Mengenai literasi meningkatkan kemampuan calistung ini gampang susah. Program calistung barang lama yang dikemas baru. Sejak zaman orde baru, anak-anak harus bisa calistung baru bisa naik kelas. Kemudian bergeser di era reformasi yakni dengan dilahirkannya program wajib belajar 12 tahun. Program ini mengarahkan anak-anak tetap bisa naik kelas meski tidak bisa calistung,” urainya.

Yang menjadi masalah di lapangan, tambahnya, guru ternyata tidak memiliki target. Tidak menyusun RPP (rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang jelas. Yang terjadi hanya memberikan pengajaran begitu saja. Ini tentu berdampak pada peningkatan mutu atau kemampuan anak-anak.

Untuk itu, Dikpora melakukan konsolidasi dengan pengawas sekolah, agar hasil pengawasan dilaporkan setiap bulannya, pola ini untuk mengetahui di mana kelemahan yang terjadi.

“’Program Inovasi ini bisa membangkitkan semangat untuk menguatkan pembelajaran di kelas. Jika tidak membawa perubahan yang signifikan dari evaluasi maka bisa saja dihentikan,” tandasnya.(EZ/*)

Komentar