KabarNTB, Mataram – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, sudah mulai mempersiapkan langkah – langkah antisipasi dan penanganan yang akan diambil menghadapi musim kering (kemarau).
BPBD memperkirakan musim kering yang akan dihadapi oleh beberapa wilayah di NTB waktunya akan lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya.
Kepala BPBD NTB, H Muhammad Ruum, mengatakan pihaknya telah menjalin koordinasi dengan pemangku kepentingan lainnya untuk menghadapi musim kering yang puncaknya diperkirakan mundur dibadingkan dengan tahun lalu.
“Kita telah melaksanakan Rakor, terus kita minta kepada BPBD Kabupaten Kota untuk menetapkan siaga darurat kekeringan agar segera lapor pada kami apa kendalanya hinga bisa kita bantu,” ujarnya, Kamis 19 Juli 2018.
Berdasarkan data dari BMKG, ungkapnya, bahwa puncak kekeringan tahun ini diperkirakan pada bulan Agustus. Dan walaupun awal kekeringan mundur tetapi masanya lebih lama karena akan terjadi elnino di bulan Oktober, November dan Desember.
“Kalau ada elnino, curah hujan dibawah normal. Kalau curah hujan dibawah maka ancaman banjir kurang tapi kita siapkan antipasi untuk dampak kekeringan yang berkepanjangan,” urainya.
Antisipasi dampak kekeringan juga akan dilaksanakan TNI/Polri, PDAM dan PU Cipta Karya, yang akan membantu untuk menyalurkan air dengan mobil tangki yang dimiliki.
Per 30 Juni lalu, sebut HM Ruum, ada beberapa wilayah di NTB yang diperkirakan akan mengalami kekeringan yang ekstrim dan kekeringan yang panjang.
Untuk kekeringan yang ekstrim diperkirakan akan terjadi di wilayah Sape, Madapangga, Bima, Jerowaru dan Pringgabaya di Lombok Timur dan wilayah Pujut, Praya Tengah dan Praya Timur Lombok Tengah.
“Sedangkan untuk kekeringan panjang dengan rentang dua bulan tidak ada hujan diperkirakan terjadi di wilayah di Swela, Aikmal dan Labuan Haji Lombok Timur, kemudian Alas Sumbawa, Pemenang KLU serta wilayah Bima yaitu Wawo, Soromandi dan Rasanae Timur,” demikian HM Ruum.(VR)
Komentar